Ketika Mukjizat Menyambangi Sang Istri Tentara Berpangkat Kopral Satu | ARSAD CORNER

Ketika Mukjizat Menyambangi Sang Istri Tentara Berpangkat Kopral Satu

Kamis, 27 Januari 20220 komentar

Ketika Mukjizat Menyambangi Sang Istri Tentara Berpangkat Kopral Satu  



Muasal Mengenal

"Mbak Yayah”..demikian aku biasa memanggil pelaku UMKM bernama lengkap “Yayah Muslihah” ini. Beliau adalah salah satu anggota Persit (Persatuan Istri Tentara), Brigif 4/Dewa Ratna. Pertama kali mengenalnya sekitar 7 (tujuh) tahun lalu disebuah pelatihan UMKM dimana aku kebetulan menjadi salah satu instrukturnya.  Sesudahnya, kami sering berkomunikasi via telepon dan terkadang kopi darat. Bersuamikan seorang tamtama berpangkat kopral satu (baca: 2 balok merah) yang bernama lengkap Koptu Lilik Pujiono, Mbak Yayah ikut berjuang membantu ekonomi keluarga. 


Masih kuat dalam memori pertama kali beliau datang ke ruang kerja saya beberapa hari sesudah pelatihan. Kala itu, usaha konveksi yang sedang ditekuninya sedang mengalami dawn. Disaat bersamaan, salah satu karyawannya sedang membutuhkan fresh money untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ironisnya, kondisi Mbak Yayah sedang tidak memungkinkan membantu.  Alhasil, uang zakat mal yang kebetulan dititipkan seseorang padaku untuk diditribusikan langsung dialokasikan untuk karyawannya itu. 


Sejak saat itu, kami sering berkomunikasi seputar dinamika usaha yang dijalaninya, khususnya konveksi. Dalam perbincangan, kami selalu "belajar bersama" mengambil hikmah dari setiap dinamika yang ada, baik dalam urusan bisnis maupun keluarga. Komunikasi dengan suaminya pun berangsur intensif. Bahkan beberapa kali mereka berdua datang ke rumah atau ke kantor untuk bertukar fikir seputar bisnis atau sekedar silaturrahmi.   




Concern Menjalankan Bisnis Bulu Mata

4 (empat) tahun loose contact, komunikasi terjalin kembali. Aku mencoba menyapanya lewat inbox facebook dan kemudian berlanjut intensif di WA. Mbak Yayah menginformasikan kalau saat ini sedang menekuni  bulu mata palsu. Ternyata usaha koveksi yang ditekuninya beberapa waktu lalu berakhir dengan  gagal total. Beliau kemudian mencoba peruntungan ke beberapa jenis bisnis lain seperti percetakan,bikin kue, souvenir dan bahkan pernah jualan di emperan. Namun, lagi-lagi dewi fortuna belum berpihak padanya.  Disaat semua upayanya belum ada yang seatle, salah satu anaknya menderita sakit serius yang memerlukan theraphy rutin ke salah satu rumah sakit di Kota Bandung. “Ini benar-benar kerumitan hidup yang kompleks”, gumamnya dalam hati di suatu waktu. Bertumpu pada gaji suaminya yang berpangkat koptu (kopral satu) jelas tidak mungkin. Keadaan ini yang menggiring beliau  berfikir keras dan bergerak. Ironisnya, semua usahanya bangkrut dan bahkan minus.  


Perjuangan beliau dalam menjalankan bisnis bulu mata ini pun demikian berliku. Beliau memulainya dalam posisi ketiadaan modal (karena modalnya tersedot untuk pembiayaan therapy anaknya). Pertemuannya dengan seorang pengepul bulu mata ke sebuah perusahaan di Purbalingga menjadi pertanda datangnya titik balik.  Berkat pertemuan itu, beliaupun dipercaya menjadi salah satu pengepul bulu mata diperusahaan yang sama. Kualitas produk yang dihasilkannya tergolong istimewa sehingga perusahaan tersebut menetapkan beliau sebagai mitra. Potensi keberhasilan itupun bermula. 


Ketekunannya layak diacungi jempol. Pada diri anggota persit ini melekat semangat juang layaknya suaminya. Tak pernah menyerah dalam keadaan apapun dan tIdak berhenti pada satu cara, begitu kental di keseharian beliau. Sering kali beliau mematahkan prediksiku lewat capaiannya. Optimisme mendorongnya terus melangkah seberat apapun rintangan yang harus dilalui. Terkadang, aku berfikir bisnisnya akan mengalami “lock”, namun ternyata beliau sukses menemukan jalan keluar. Dia tetep berdiri tegak dan terus berusaha bangkit. “Tuhan begitu baik padamu dan sudah seharusnya semakin lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta”, himbauku tiap kali beliau berhasil menemukan jalan keluar dari kesulitan. Kalimat magis ini terus kuperdengarkan sebagai pengingat dan sekaligus pelengkap semangatnya dalam mewujudkan mimpi tentang sebuah bisnis. 


Terlepas dari ketangguhannya sebagai seorang pebisnis, Mbak Yayah juga adalah manusia biasa yang terkadang menemukan titik jenuhnya. Tak jarang beliau pun berderai air mata kala lelah menghampirinya. Beratnya beban hidup dan keinginan untuk menjadi pebisnis sukses menjadi 2 (dua) hal yang sekaligus diperjuangkannya. Untungnya, daya dukung suami atas segala hal yang dikerjakannya demikian besar, sehingga Mbak Yayah tidak merasa sendirian dalam menghadapi segala kerumitan yang ada. Bahkan, selepas jam dinas, suaminya tak segan ikut membantu istrinya menjalankan bisnisnya. 


Ujian berat dirasakan beliau saat suaminya harus menjalankan tugas di Papua lebih kurang selama (satu) tahun. Ini saat yang begitu berat dimana beliau harus berjuang sendiri mengurusi anak-anak dan juga menjalankan bisnisnya. Sejak saat itu, support suaminya terpaksa hanya sebatas telepon atau WA. Beliau menyadari ini bagian dari konsekuensi menjadi seorang istri tentara. “harus kuat..harus bisa.. Tuhan Maha Penyayang dan pasti memberikan pertolongan”, demikian beliau selalu menyemangati dirinya.    


 

Saat Kemukjizatan itu Menghampiri

Sebuah video singkat yang meng-kisahkan tentang perjuangan Mbak Yayah  tanpa sengaja menjadi pintu hadirnya mukjizat di hidupnya. Video singkat ini (silahkan klik di sini) ternyata ditonton oleh Ibu Diah Erwiany yang tidak lain adalah Istri Pangab Bapak Jenderal Andika Perkasa.  Sepertinya, ketertarikan  Ibu Diah bermula ketika dalam video itu terjelaskan kalau Mbak Yayah adalah seorang istri tentara berpangkat kopral satu.  Mungkin saja Ibu Diah bangga memiliki anggota Persit yang gesit berusaha membantu ekonomi keluarga dan bahkan memberdayakan masyarakat sekitar. Penelusuran pun dilakukan oleh Ibu Diah melalui Pangdam IV/Diponegoro. Hal inipun menginspirasi Pangdam IV/Diponegoro dan Istri untuk berkunjung ke usaha yang di kelola Mbak Yayah itu.   


Setengah tidak percaya, Mbak Yayah menceritakan padaku  tentang rencana kunjungan Pangdam IV/Diponegoro beserta Istri melalui telepon. Beliau benar-benar tidak percaya atas semua hal yang akan terjadi, apalagi beliau hanya seorang istri tentara berpangkat kopral satu alias balok merah dua. ini bentuk kemurahan Tuhan dan pasti ada hikmah dari kunjungan ini. Apalagi yang akan berkunjung adalah Pangdam dan Istrinya, hal ini kejadian langka. Beliau pasti seorang jenderal yang bijak. Istrinya juga pasti orang yang sangat humble sehingga berkenan datang berkunjungn dan meng-apresiasi karya Mbak Yayah  ”, ujarku menyemangatinya.  


Hari istimewa itu pun tiba, tepatnya Jum’at tanggal 14 Januari 2021. Kuperoleh informasi kalau Pangdam IV/Diponegoro beserta Istri akan hadir ba’da ashar. Paginya, sesudah melepas anak-anak berangkat ke sekolah, aku bergegas ke rumah Mbak Yayah. Kedatanganku sekedar melihat suasana persiapan dan sekaligus menguatkan semangat Mbak Yayah dan suaminya. Aku mendapati persiapan demikian komplit. Ku dapati Pemdes Kedungwuluh bersama Anggota Korem, Anggota Kodim, Anggota Yonif 406 dan para Anggota  Koramil saling bahu membahu mempersiapkan segala sesuatunya.  Sesudah memastikan mbak Yayah, suami dan keluarganya semangat dan siap menyambut tamu istimewa, aku berpamitan dan beranjak pulang.Pasti sukses..pasti sukses..semangat…semangat”, ujarku pada Mbak Yayah saat meninggalkan rumahnya. 

Sesampai dirumah, aku menelepon Bapak Teuku Khaidir dan memohon perkenannya untuk memberi tambahan semangat Mbak Yayah dan Suami dalam menyambut dan melayani tamu yang akan hadir di sore ini. Bapak Khaidir merupakan partner yang sejak Bulan Desember 2021 lalu ikut men-support mbak Yayah dalam melayani pangsa pasar yang terus mengalami pertumbuhan yang menggembirakan.  

Ting..ting…ting…HP ku berbunyi pertanda ada WA masuk tepatnya jam 16.38 Wib. Ternyata Mbka Yayah berkirim WA berisi 3 (tiga) buah fhoto.  Subhanallah…..saya meneteskan air mata karena terharu dan juga ikut bahagia. Saya mendapati di fhoto itu Mbak Yayah dan suaminya duduk berdampingan dengan Pangdam IV/Diponegoro beserta istri. Berkecamuk perasaanku mendapati suasana yang jarang dimana seorang kopral  bisa duduk berdampingan dengan seorang Jenderal yang tak lain adalah Panglima Kodam IV/Diponegoro Mayjen TNI Rudianto.thanks atas air mata bahagia ini..saya ikut bangga”, balasku atas WA Mbak Yayah.  


Sekejap, aku tertegun dalam diam. Teringat kembali beberapa jejak memori juang Mbak Yayah dan suaminya dalam menekuni bisnis. “Kalau Allah SWT mau memuliakan hamba-Nya, bisa datang lewat cara apapun dan tak terduga sama sekali. Semoga kunjungan Pangdam ini verdampak pada lompatan semangat dan juga akselerasi tumbuhkembang usaha Mbak Yayah. Semoga semua hal istimewa ini semakin mendekatkan Mbak Yayah dan Suaminya pada Tuhan”, simpulku bernada do'a dalam hati.  


semoga penyajian kisah inspiratif ini meng-energi setiap orang untuk semakin bersemangat dalam berusaha. 


Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved