PENGHORMATAN TERAKHIR UNTUK GURU IDOLAKU
“BAPAK LINDUNG DONGORAN”
“Bang..Meninggal Pak Lindung Dongoran..Ayah Bang Soleh”, demikian isi WA singkat dari salah satu adikku Zubaidah Dalimunte yang terbaca di Jam 19.31 Wib. Tak lama berselang, aku mendapat WA dari Adikku lainnya Nurhabibah Dalimunte yang mengirim nomor HP/WA Bang Soleh yang kebetulan rekan sejawatnya di MTs Rantau Prapat, SUmatera Utara. Namun, dari keduanya tidak dapat kuperoleh informasi detail tentang kepergian guru yang begitu ku hormati dan kubanggakan sewaku SD, sekitar 36 tahun lalu. Ku coba menelepon Saudara Soleh untuk menyampaikan belasungkawa, tetapi tidak di angkat. Mungkin beliau sedang sibuk mempersiapkan kepulangan alamarhum dari rumah sakit dan atau mempersiapkan segala sesuatunya mengingat beliau meupakan anak pertama dari almarhum Bapak Lindung Dongoran.
Akupun berinisiatif berkirim WA,“Assalamu ‘alaikum Pak Sholeh..ini Bang Arsad..Purwokerto/Jawa Tengah. Saya dan keluarga ikut berduka cita ya atas berpulangnya Tulang Lindung Dongoran..semoga husnul khotimah dan ditempatkan Allah di sisi yang mulia...Aamiin Ya Robbal 'Alamiin”. Hal senada ku ucapkan pada putera lainnya dengan memberi comment pada status facebook putera almarhum lainnya. Namun, kepenasaranku tak berhenti karena kepergiannya terkesan begitu mendadak, ku coba menelepon orang tuaku yang juga sahabat baik Almarhum. Ternyata, Bapakku pun kaget karena beberapa hari lalu masih ngobrol dan bercengkrama bersama teman lainnya, tepatnya di hari minggu lalu kemarin.
Sejujurnya berita ini membuatku kaget. Almarhum adalah guru yang sangat berkesan dalam sejarah belajarku di SD (sekolah dasar) No.1121050 sekitar 36 tahun lalu, khususnya saat duduk di kelas VI dimana beliau sebagai Wali Kelasnya. Kewibawaan beliau begitu kuat sehingga disegani semua murid. Rambut klimis dan selalu berpenampilan rapi menjadi ciri khasnya. Harum tancho rambutnya demikian meng-aroma segar tiap kali melintasi barisan tempat duduk depan kelas yang biasa kami manfaatkan bercengkrama dengan siswa lainnya.
Alhamdulillah, Aku termasuk siswa yang beruntung karena memiliki banyak memory dengan tokoh pendidik yang satu ini. Kebetulan, almarhum dulu mempercayaiku sebagai ketua kelas sehingga praktis banyak berinteraksi di setiap harinya sepanjang kelas VI SD, mulai dari urusan absensi harian, membuat laporan aktivitas kelas, pengumpulan PR sampai memastikan teman-teman masuk kelas dan duduk di kursi masing-masing. Begitu banyak lagi keadaan yang membuatku terus berinteraksi dan berkomunikasi dengan guru penuh kharismatik ini. Beberapa kali, aku juga pernah dimarahi karena kurang disiplin menjalankan tugas-tugas yang dipercayakan. Peristiwa itu membuatku menjadi siswa yang lebih terlatih disiplin, terutama dalam urusan waktu.
Satu kalimat beliau yang begitu memotivasiku dan tidak pernah lupa sampai saat ini, “kamu pinter seperti Gajahmada”, ucap beliau sambil menunjuk gambar Patih Gajahmada yang terpampang dalam barisan tokoh pahlawan yang menempel pada dinding kelas. Beliau mengatakan itu saat aku berhasil menyelesaikan soal matematika dengan cepat dan benar di papan tulis. Memory itu begitu kuat diingatanku. Beliau juga selalu memotivasi kami dengan cara unik yaitu meng-ultimatum kalau satu kelas hanya boleh pulang apabila ada yang bisa menyelesaikan soal matematika yang beliau buat di papan tulis. Temen-temen satu kelaspun mendorongku untuk maju sebagai pemecah soal. Beliaupun memberi senyum saat mendapatiku setengah berani untuk memulai menyelesaikannya. Akhirnya teman-teman satu kelas bertepuk tangan saat aku berhasil menyelesaikannya dan dinyatakan benar oleh almarhum. Kami pun diizinkan pulang. Teman-teman ku pun mengucapkan terima kasih karena bisa langsung pulang ke rumah karena perutnya sudah pada keroncongan dan tak sabaran melahap makanan di rumah.
Juga masih kuat di jejak memoriku saat beliau terus menyemangatiku ketika menjadi salah satu tim delegasi cerdas cermat mewakili SD-ku. Beliau memberi tatapan mata dan senyum yang meng-energiku untuk tetap tenang dan fokus saat perlombaan sedang berlangsung. Aku masih ingat bagaimana ekspresi wajah almarhum saat kami berhasil juara I dan berhak maju ke tingkat berikutnya. Aku pun tak mendapati beliau menunjukkan kekecewaan saat kami kalah di tingkat Kabupaten. Beliau tetap menyemangati dan mengatakan “hebat..hebat..hebat…!!!!”. Tentu kalimat itu menjadi pelipur lara bagi anak-anak sekecil kami yang saat itu sedang dilanda kesedihan yang luar biasa.
Guruku...aku dan seluruh murid yang pernah engkau didik berikut capaiannya masing-masing sampai hari ini tidak lepas dari peranmu sebagai guru kami. Aku pun siap bersaksi bahwa dirimu adalah hamba Allah SWT yang baik. Aku juga meyakini banyak murid dan sejawatmu setuju kalau dirimu adalah guru inspiratif dan menjadi tauladan bagi banyak orang. Lewat tangan dingin dan sentuhan magismu, sudah demikian banyak generasi yang hari ini berkiprah dan memberi warna di kehidupan masyarakat. Aku yakin sepenuhnya segenap ilmu yang engkau ajarkan akan menjadi amal yang tidak pernah terputus untukmu.
Terima kasih Guruku…jarak dan waktu tidak memungkinkan aku ikut memanggul jenazahmu ke tempat peristrahatan terakhirmu . Do'aku untuk segenap kebaikan dan ketauladanan yang selalu engkau ajarkan dan contohkan padaku dan pada semua murid-muridmu.
Tulisan singkat ini mewakili rasa hormatku sebagai seorang murid atas segala hal hebat dan keren yang sudah engkau torehkan dan dedikasikan dalam mendidik anak-anak bangsa ini. Siang ini engkau dikebumikan, namun semua ilmu yang telah engkau ajarkan akan terus menjadi cahaya bagi setiap muridmu dalam memakna, memahami dan menjalani kehidupan dengan segala dinamikanya.
Selamat Jalan Guruku…..semoga kita dipertemukan Allah SWT di surga... Aamiin Ya Robbal ‘Alamiin.
Iya bang..kabarnya hernia bapak tu kambuh..semua org bersaksi dia adalah org baik..Masya Allah...
BalasHapus