SENTUHAN KEMANUSIAAN NAN INSPIRATIF SANG PERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA (tulisan bagian 01) | ARSAD CORNER

SENTUHAN KEMANUSIAAN NAN INSPIRATIF SANG PERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA (tulisan bagian 01)

Senin, 18 November 20190 komentar


SENTUHAN KEMANUSIAAN NAN INSPIRATIF
SANG PERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA (ODGJ) 


Kepenasaran Bermula
Alhamdulillah, kekaguman bercampur kepenasaranku yang amat sangat terjawab tanpa sengaja. Tanpa dinyana dan direncana sama sekali, perbincangan dengan “perawat nan unik” itu pun berlangsung dan mengalir begitu saja usai beliau menyambangi pasien-pasiennya dan memastikan semua terkendali baik-baik saja. Di Latar salah satu ruang perawatan Wisma Indraloka RSJ Dr.Soerodjo Magelang, satu pertayaan yang hampir sebulan dibenakku tersudahkan oleh penjelasan langsung dari sang perawat inspiratif yang satu ini. 

Kisah ini bermula sejak salah satu kakak iparku (sebut saja Mbakyu) ditengarai mengalami penyakit Dimensia, sebuah penyakit yang ditandai dengan  lupa secara tiba-tiba dengan lupa yang sangat dan terkadang berakibat menimbulkan emosi, sehingga harus di rawat di RSJ Dr. Soerodjo Magelang. Khawatir belum sembuh total usai masa perawatan di RSJ, keluarga ber-ide agar Mbakyu untuk  sementara tinggal di kota seribu bunga itu. Dengan demikian, bila sewaktu-waktu kambuh dan atau memerlukan penangan emergency bisa langsung segera dilarikan ke RSJ untuk mendapat penanganan terbaik. Namun demikian, rencana itu berhenti pada 2 (dua) tanya, “tinggal dimana dan ditemani oleh siapa?”. Kalaupun misalnya ditempatkan disebuah wisma atau kos-kosan, trus yang mau nememin siapa?. Sebab, kota Magelang berjarak 4 (empat) jam perjalanan dari kota tempat kami tinggal, Purwokerto. Setelah mencoba mengkomunikasikan dengan salah satu perawat tentang kekhawatiran dan kebingungan tersebut dengan salah satu suster perawat RSJ Soerojo, beliau mereferensikan satu panti  yang layak untuk perawaran lanjutan setelah dinyatakan/diperbolehkan pulang dari RSJ Soerojo.
Tawaran ini seperti menemukan setetes air diperjalanan panjang melintasi gurun pasir di bawah terik matahari. Tanpa berfikir panjang, Kangmas yang aktif  mondar-mandir Purwokerto-Magelang selama perawatan mbakyu itu pun merespon dan langsung meninjau panti yang ditawarkan. Setelah sampai ditempat tujuan dan menyaksikan puluhan pasien juga ada disana, Kangmas pun merasa mantap  dan langsung menyetujui. Sejak saat itu, Mbakyu  yang terkene penyakit alzeimer itu pun tinggal dipanti yang bernama “waras jiwa” itu. Sesudah proses pindahan dari RSJ ke panti selesai dan terpastikan semua terkendali, kangmas  dan anggota keluarga lain pun berpamitan pada sang perawat yang bernama asli Thaifur dan akrab dipanggil dengan sebutan “Mas Ipung”.

Sesampai di rumah, aku langsung mendengar testimoni istri, yang kebetulan ikut serta ke Magelang, tentang kerennya sang perawat berikut keistimewaan pelayanan panti itu. Istriku bersyukur banget dipertemukan Tuhan dengan Mas  Ipung  pulang ke rumah dengan hati yang tenang tanpa sedikitpun menyisakan kerisauan. Mendengar hal itu, aku yang kebetulan tidak bisa ikut karena mengejar deadline pekerjaan, pun  ikut tenang dan kemudian mengucapkan “Alhamdulillah”. Dari cara dan ekspresi istrku bercerita dan menyampaikan kekagumannya terhadap Sang Perawat, seketika kepenasaran tentang sosok Mas Ipung menghinggapi benakku. Namun karena saat itu,perhatianku lebih fokus pada tertemukannya solusi tempat tinggal sementara Mbakyu, kepenasaran itu pun berlalu seiring berjalannya waktu.    

Menguatnya Keinginan Mencari Jawab
Keesokan harinya saat bersilaturrahmi ke rumah, giliran Kangmas  yang menceritakan kekagumannya kepada sosok Mas Ipung. Beliau merasa takjub cara Mas Ipung memperlakukan setiap pasien, baik saat bertugas sebagai perawat kejiwaan di bangsal-bangsal perawatan RSJ Dr.Soerodjo maupun kepada semua pasien yang ada di lingkungan panti dibawah pengasuhan langsung Mas Ipung. “Beliau melakukan segalanya dengan hati dan penuh penjiwaan. Beliau sangat tekun berusaha menemukan cara agar bisa merengkuh haiti   setiap pasien yang mayoritas tengah mengalami gangguan jiwa. Tak heran kalau ada pasiennya yang sudah 10 (sepuluh) tahun lamanya di panti itu dan tidak pernah mau kembali ke keluarganya karena  lebih suka memilih tetap berada di lingkungan panti “waras jiwa”. Demikian halnya perlakuan Mas Ipung kepada setiap keluarga pasien yang datang menjenguk. Beliau selalu menggunakan kalimat-kalimat yang menenangkan dan menentramkan hati. Sikap santun natural itu mendatangkan kesan tulus dna ikhlas begitu kuat. Mas Ipung benar-benar melakukan segala sesuatunya dengan hati. ”, ungkap Kangmas yang juga diiyakan oleh istri beliau.
  
Dalam 2 (dua) hari terakhir, 2 (dua) kali pula mendengar tentang Mas Ipung. Keduanya menandaskan hal senada, yaitu kagum dan salut dengan segala hal yang dilakukan oleh beliau terhadap pasien dan juga keluarganya. “Pasti apa yang disajikan oleh Mas Ipung melebihi defenisi kebanyakan orang tentang sebuah pelayanan. Atau mungkin saja terasa istimewa karena baru pertama kali berinteraksi dengan perawat kejiawaan”, ucapku dalam hati namun semakin mengundang kepenasaran.


Mulai Sependapat
2 (dua) minggu sebelum tulisan ini tersaji, penulis ikut rombongan keluarga ke Magelang saat menjenguk Mbakyu. Berdasarkan informasi terakhir dari Mas Ipung, Mbakyu harus dirawat kembali di RSJ karena kondisi kesehatannya menurun sehingga keluarga besar khawatir dan ingin melihat langsung kondisinya.

Kami berangkat sekitar  jalan jam 10.00-an dan kondisi jalan yang ramai memaksa sampai di RSJ sekitar jam 15.00 Wib. Saat kendaraan kami memasuki gerbang dekat IGD, tak lama berselang seorang laki-laki yang menggunakan sepeda motor datang dan langsung  mengarahkan kendaraan kami ke arah ruang perawatan. Setelah mencapai parkiran dan semua rombongan sudah keluar dari kendaraan, satu per satu bersalaman dengan pria yang ternyata adalah lelaki yang telah mengundang kepenasaranku beberapa minggu terakhir, yaitu Mas Ipung. Cara beliau menyapa dan menyalami setiap orang  terasa begitu tulus dan akupun bisa merasakannya secara langsung. Kesan familiar dan hangat seolah sudah lama berkenalan.

Sambil melangkah menuju ruang perawatan Mbakyu, Mak Ipung sambil memberi penjelasan muasal mengapa mbakyu yang sementara waktu menjadi penghuni pantinya harus dibawa kembali ke RSJ. Beliau begitu hati-hati dalam menjelaskan tentang perkembangan kondisi kesehatan mbakyu terkini yang cenderung . Mas Ipung sangat selektif dalam memilih kata demi kata. Dengan cermat beliau mempertimbangkan  efek psikologis yang mungkin muncul dari setiap penjelasan yang diberikan. Beliau benar-benar memperhatikan  rasa dan menjaga semangat setiap anggota rombongan kami di minggu sore itu. Kalimat-kalimat yang dipilih semaksimal mungkin bernada positif sehingga membuat semua tetap optimis.  Atas hal ini, akupun mulai sepakat  dengan testimony istri dan kesimpulan Kangmas beberapa waktu lalu tentang  perawat yang satu ini .

Selanjutnya akupun mulai bersimpati dengan Mas Ipung saat mencapai ruang perawatan dimana kami mendapati Mbakyu tengah terbaring lesu dengan tatapan kosong menerawang ke atas. Kami juga mendapati satu orang penunggu yang kemudian kutahu sebagai tenaga aplusan yang sengaja ditugaskan Mas Ipung menjaga Mbakyu.  Dengan piawai Mas Ipung mengabarkan kehadiran kami dengan caranya sendiri. Bak magic, sontak suara Mas Ipung langsung mengalihkan perhatian Mbakyu yang kemudian memandangi kami walau tatapan itu seperti kosong. “ini teknik yang keren dalam menyentuh kejiwaan pasien”, bathinku saat itu sambil terus mengamati sikap dan tindakan Mas Ipung dalam memperlakukan pasiennya. Tak lama berselang, Mas Ipung pun memberikan kesempatan kami ber-interaksi total dengan Mbakyu dan kemudian pamit untuk melayani ke bangsa lain menyambangi pasien-pasien yang memerlukan sentuhan magisnya.


Menjelang maghrib, Mas Ipung datang lagi ke ruang rawat Mbakyu. Beliaupun mempersilahkan kami bila ingin menunaikan ibadah sholat dan sekaligus menunjukkan arah masjid. Tak lama sesudah sesudahnya,kami pun izin berpamitan pulang ke Kota Purwokerto. “ Bapak/Ibu tidak perlu khawatir. Insha Allah mbakyu akan dirawat dengan penuh kesungguhan dan kami berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Seperti biasa, saya akan mengabarkan perkembangan Mbakyu setiap harinya. Saya akan menelepon bisa sesuatu emergency berlangsung dan atau saat akan melakukan tindakan medis yang memerlukan persetujuan pihak keluarga. Insha Allah, mbakyu akan kami jaga 24 jam dengan memberdayakan personil panti secara bergantian. Jadi, bapak/ibu tidak perlu khawatir dan bisa tetap fokus dengan aktivitas rutin masing-masing di Purwokerto”, demikian inti kalimat bijak yang tersampaikan dalam nada landai dan begitu menenangkan hati. Tak sampai disitu, beliau pun mengantar sampai parkiran dan mempersilahkan saat kami mulai meninggalkan kawasan RSJ. “Sebuah pelayanan luar biasa yang hanya bisa dilakukan orang istimewa. Beliau benar-benar melakukan segala sesuatunya dengan ikhlas dan penuh penjiwaan. Perlakuannya terhadap pasien dan juga keluarga pasien melebihi SOP sebuah pelayanan yang saya fahami selama ini. Dari apa hati Mas Ipung terbuat?”, tanyaku dalam hati sambil mulai menginjak pedal gas memulai 4 (empat) jam perjalanan menuju Kota Mendoan. 

Baca Lanjutan kisahnya...klik disini





, Purwokerto.
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved