SENTUHAN KEMANUSIAAN NAN
INSPIRATIF
SANG PERAWAT PASIEN
GANGGUAN JIWA (ODGJ)
Kepenasaran Bermula

Kisah ini bermula sejak salah satu kakak
iparku (sebut saja Mbakyu) ditengarai mengalami penyakit Dimensia, sebuah penyakit yang ditandai dengan lupa secara tiba-tiba dengan lupa yang sangat dan terkadang berakibat menimbulkan emosi,
sehingga harus di rawat di RSJ Dr. Soerodjo Magelang. Khawatir belum sembuh
total usai masa perawatan di RSJ, keluarga ber-ide agar Mbakyu untuk sementara tinggal di kota seribu bunga itu.
Dengan demikian, bila sewaktu-waktu kambuh dan atau memerlukan penangan emergency bisa langsung segera dilarikan
ke RSJ untuk mendapat penanganan terbaik. Namun demikian, rencana itu berhenti
pada 2 (dua) tanya, “tinggal dimana dan ditemani oleh siapa?”.
Kalaupun misalnya ditempatkan disebuah wisma atau kos-kosan, trus yang mau
nememin siapa?. Sebab, kota Magelang berjarak 4 (empat) jam perjalanan dari kota tempat kami tinggal,
Purwokerto. Setelah mencoba mengkomunikasikan dengan salah satu perawat tentang kekhawatiran dan kebingungan tersebut dengan salah satu suster perawat RSJ Soerojo, beliau mereferensikan satu panti yang layak untuk perawaran lanjutan setelah dinyatakan/diperbolehkan pulang dari RSJ Soerojo.
Tawaran
ini seperti menemukan setetes air diperjalanan panjang melintasi gurun pasir di
bawah terik matahari. Tanpa berfikir panjang, Kangmas yang aktif mondar-mandir Purwokerto-Magelang selama
perawatan mbakyu itu pun merespon dan langsung meninjau panti yang ditawarkan. Setelah
sampai ditempat tujuan dan menyaksikan puluhan pasien juga ada disana, Kangmas
pun merasa mantap dan langsung
menyetujui. Sejak saat itu, Mbakyu yang terkene
penyakit alzeimer itu pun tinggal dipanti yang bernama “waras jiwa” itu.
Sesudah proses pindahan dari RSJ ke panti selesai dan terpastikan semua
terkendali, kangmas dan anggota keluarga
lain pun berpamitan pada sang perawat yang bernama asli Thaifur dan akrab
dipanggil dengan sebutan “Mas Ipung”.
Sesampai
di rumah, aku langsung mendengar testimoni istri, yang kebetulan ikut serta ke
Magelang, tentang kerennya sang perawat berikut keistimewaan pelayanan panti
itu. Istriku bersyukur banget dipertemukan Tuhan dengan Mas Ipung pulang ke rumah dengan hati yang tenang tanpa
sedikitpun menyisakan kerisauan. Mendengar hal itu, aku yang kebetulan tidak
bisa ikut karena mengejar deadline
pekerjaan, pun ikut tenang dan kemudian
mengucapkan “Alhamdulillah”. Dari cara dan ekspresi istrku bercerita dan menyampaikan
kekagumannya terhadap Sang Perawat, seketika kepenasaran tentang sosok Mas Ipung
menghinggapi benakku. Namun karena saat itu,perhatianku lebih fokus pada
tertemukannya solusi tempat tinggal sementara Mbakyu, kepenasaran itu pun berlalu
seiring berjalannya waktu.
Menguatnya
Keinginan Mencari Jawab

Dalam
2 (dua) hari terakhir, 2 (dua) kali pula mendengar tentang Mas Ipung. Keduanya
menandaskan hal senada, yaitu kagum dan salut dengan segala hal yang dilakukan
oleh beliau terhadap pasien dan juga keluarganya. “Pasti apa yang disajikan oleh Mas
Ipung melebihi defenisi kebanyakan orang tentang sebuah pelayanan. Atau mungkin
saja terasa istimewa karena baru pertama kali berinteraksi dengan perawat
kejiawaan”, ucapku dalam hati namun semakin mengundang kepenasaran.
Mulai
Sependapat
2 (dua) minggu sebelum tulisan ini tersaji,
penulis ikut rombongan keluarga ke Magelang saat menjenguk Mbakyu. Berdasarkan
informasi terakhir dari Mas Ipung, Mbakyu harus dirawat kembali di RSJ karena
kondisi kesehatannya menurun sehingga keluarga besar khawatir dan ingin melihat
langsung kondisinya.
Kami berangkat sekitar jalan jam 10.00-an dan kondisi jalan yang
ramai memaksa sampai di RSJ sekitar jam 15.00 Wib. Saat kendaraan kami memasuki
gerbang dekat IGD, tak lama berselang seorang laki-laki yang menggunakan sepeda
motor datang dan langsung mengarahkan
kendaraan kami ke arah ruang perawatan. Setelah mencapai parkiran dan semua rombongan
sudah keluar dari kendaraan, satu per satu bersalaman dengan pria yang ternyata
adalah lelaki yang telah mengundang kepenasaranku beberapa minggu terakhir,
yaitu Mas Ipung. Cara beliau menyapa dan menyalami setiap orang terasa begitu tulus dan akupun bisa
merasakannya secara langsung. Kesan familiar dan hangat seolah sudah lama
berkenalan.
Sambil melangkah menuju ruang perawatan
Mbakyu, Mak Ipung sambil memberi penjelasan muasal mengapa mbakyu yang
sementara waktu menjadi penghuni pantinya harus dibawa kembali ke RSJ. Beliau
begitu hati-hati dalam menjelaskan tentang perkembangan kondisi kesehatan
mbakyu terkini yang cenderung . Mas Ipung sangat selektif dalam memilih kata
demi kata. Dengan cermat beliau mempertimbangkan efek psikologis yang mungkin muncul dari
setiap penjelasan yang diberikan. Beliau benar-benar memperhatikan rasa dan menjaga semangat setiap anggota
rombongan kami di minggu sore itu. Kalimat-kalimat yang dipilih semaksimal
mungkin bernada positif sehingga membuat semua tetap optimis. Atas hal ini, akupun mulai sepakat dengan testimony istri dan kesimpulan Kangmas beberapa
waktu lalu tentang perawat yang satu ini
.
Selanjutnya akupun mulai bersimpati dengan
Mas Ipung saat mencapai ruang perawatan dimana kami mendapati Mbakyu tengah terbaring
lesu dengan tatapan kosong menerawang ke atas. Kami juga mendapati satu orang
penunggu yang kemudian kutahu sebagai tenaga aplusan yang sengaja ditugaskan Mas
Ipung menjaga Mbakyu. Dengan piawai Mas
Ipung mengabarkan kehadiran kami dengan caranya sendiri. Bak magic, sontak suara Mas Ipung langsung
mengalihkan perhatian Mbakyu yang kemudian memandangi kami walau tatapan itu
seperti kosong. “ini teknik yang keren dalam menyentuh kejiwaan pasien”,
bathinku saat itu sambil terus mengamati sikap dan tindakan Mas Ipung dalam
memperlakukan pasiennya. Tak lama berselang, Mas Ipung pun memberikan
kesempatan kami ber-interaksi total dengan Mbakyu dan kemudian pamit untuk
melayani ke bangsa lain menyambangi pasien-pasien yang memerlukan sentuhan
magisnya.

Menjelang maghrib, Mas
Ipung datang lagi ke ruang rawat Mbakyu. Beliaupun mempersilahkan kami bila
ingin menunaikan ibadah sholat dan sekaligus menunjukkan arah masjid. Tak lama
sesudah sesudahnya,kami pun izin berpamitan pulang ke Kota Purwokerto. “
Bapak/Ibu tidak perlu khawatir. Insha Allah mbakyu akan dirawat dengan penuh
kesungguhan dan kami berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik.
Seperti biasa, saya akan mengabarkan perkembangan Mbakyu setiap harinya. Saya
akan menelepon bisa sesuatu emergency berlangsung dan atau saat akan melakukan
tindakan medis yang memerlukan persetujuan pihak keluarga. Insha Allah, mbakyu
akan kami jaga 24 jam dengan memberdayakan personil panti secara bergantian.
Jadi, bapak/ibu tidak perlu khawatir dan bisa tetap fokus dengan aktivitas
rutin masing-masing di Purwokerto”, demikian inti kalimat bijak yang
tersampaikan dalam nada landai dan begitu menenangkan hati. Tak sampai disitu,
beliau pun mengantar sampai parkiran dan mempersilahkan saat kami mulai
meninggalkan kawasan RSJ. “Sebuah pelayanan luar biasa yang hanya bisa
dilakukan orang istimewa. Beliau benar-benar melakukan segala sesuatunya dengan
ikhlas dan penuh penjiwaan. Perlakuannya terhadap pasien dan juga keluarga
pasien melebihi SOP sebuah pelayanan yang saya fahami selama ini. Dari apa hati
Mas Ipung terbuat?”, tanyaku dalam hati sambil mulai menginjak pedal
gas memulai 4 (empat) jam perjalanan menuju Kota Mendoan.
Baca Lanjutan kisahnya...klik disini
Baca Lanjutan kisahnya...klik disini
, Purwokerto.
Posting Komentar
.