Terpenggalnya kisah sepanjang perjalanan Purwokerto sampai Kledung’ | ARSAD CORNER

Terpenggalnya kisah sepanjang perjalanan Purwokerto sampai Kledung’

Minggu, 27 Oktober 20190 komentar


Terpenggalnya kisah sepanjang perjalanan 
Purwokerto sampai Kledung’



Telepon berdering dan layar hanya menunjukkah nomor tanpa nama. Pasti dari supir travel, gumamku dalam hati dan kemudian mengangkatnya. Dugaanku tak salah dan sang supir mengatakan sebentar lagi akan menjemputku. Ternyata aku giliran penjemputan pertama sehingga kursi lainnya masih kosong. Selanjutnya, sang supir membawa mobil melaju menuju garasi di Desa Beji sebab  ada penumpang yang minta dijemput di titik itu. Sayangnya, sesudah 15 menit menunggu, sang penumpang tak kunjung datang. Sang supir pun memutuskan untuk meninggalkan calon penumpang tersebut sesudah melakukan konfirmasi terakhir via HP tak juga bersahut. Mengetahui penumpang yang jatah duduknya ditengah itu gagal, akupun meminta izin pada sang supir untuk pindah posisi duduk dari depan samping sopir ke tengah. Sang Supir setuju dan mempersilahkan aku duduk di bangku tengah sebelah kanan persis di belakang sang sopir



Mobil pun bergerak kembali untuk menjemput calon penumpang berikutnya.Sampai satu titik penjemputan terjadi sebuah kesalahfahaman. Satu penumpang merasa kecewa karena ternyata dia menaiki kendaraan yang berbeda dengan temennya. Ternyata wanita ini tidak menduga kalau hari ini manajemen travel memberangkatkan 2 (dua) kendaraan diwaktu bersamaan. Ironisnya dia dan temannya berada di kendaraan yang berbeda. “Aduh gimana sih mas, saya kan dah pesen barengan kemarin tapi kok pisahan kendaraannya. Padahal HP temen saya itu ada disaya “, ungkap wanita itu dengan nada penuh kecewa. Sang Supir pun mencoba menenangkan sang penumpang dan memastikan nanti akan ketemu dengan temennya di peristarahatan travel, Rumah Makan Kledung tepatnya. Sang penumpang itu pun tenang dan kemudian mencoba menelepon temennya itu bahwa mereka akan bertemu dan digabungkan dalam satu kendaraan ditempat peristarahatan trave. Situasi pun kondusif dan sang supir pun bisa tenang menjalankan peran utamanaya dibelakang setir bunder.



Dipenjemputan penumpang terakhir yang jatah posisi duduknya dibelakang kebetulan seorang wanita. Entah untuk alasan apa, sang penumpang yang tadi sempat galau itu memberikan penumpang terakhir menempati posisi duduknya di depan dan kemudian memilih untuk duduk dibelakang saja. Penumpang terakhir itu pun setuju dan dengan senang hati menerima tawarannya. Sesudah semua duduk diposisinya, sang sopirpun melanjutkan perjalanan  menuju kota semarang yang akan menempuh perjalanan kurang lebih 4-5 jam.



Aku sempat menduga kalau wanita itu akan menyadari kekeliruannya memilih duduk di belakang karena goncangan hebat akan dialami khususnya saat mobil nyalip atau melintasi kelokan. Ternyata dugaanku salah, sebab ternyata dia punya alasan tersendiri untuk melakukannya, yaitu kenyamanan berkomunikasi dan bermain dengan gadget. Hal ini tertandaskan lewat berlangsungnya komunikasi via telepon sejak awal duduk dibelakang. Beliau tampak cuek dengan sekitar yang mendengar segala hal yang dia bincangkan dengan lawan bicaranya diseberang sana yang ntah siapa. Aku pun tak ambil pusing dan memilih cuek dan berjuang menemukan titik kelelapan untuk menghindari kebosanan perjalanan. Akhirnya aku sukses pulas dan terbangun saat kendaraan memasuki peristrahatan di rumah makan kledung.



Setelah selesai menyambangi toilet, aku bergegas memasuki rumah makan untuk sekedar minum teh  hangat dan jajanan.Tiba-tiba Sang Supir memohon persetujuanku nanti akan dipindah ke kendaraan yang satunya karena sang supir ingin menunaikan janjinya pada sang penumpang yang sempet terpisah dengan temennya. Tanpa basa-basi aku pun langsung meng-iya kan saja dan melanjutkan langkahku menuju ruang makan. Baru saja duduk dan menyeruput the panas, tiba-tiba ada yang datang dan mengkonfirmasi bahwa mobil travel akan diberangkatkan kembali. Ternyata, dia adalah supir kendaraan yang satu lagi dimana aku akan pindah ke kendaraan yang akan disetirinya. “mohon izin sebentar ya mas untuk menghabiskan minum saya”, pintaku yang kemudian disetujuinya. “Soalnya kendaraan yang saya bawa lebih dulu masuk mas dan sekarang udah mau diberangkatkan lagi”, ungkap sang sopir memberi alasan.



Sambil menikmati minuman hangat, aku sempet menyaksikan wanita galau tadi sedang bersenda gurau dengan temennya, seorang lelaki yang terlihat lebih tua darinya. Sesekali terdengar cekikan yang menandaskan kegembiraan yang tengah menggelayut di keduanya. Tak lama berselang, akupun beranjak dan kemudian memasuki kendaraan yang akan melanjutkan perjalanan menuju semarang.  




Kehadiranku sebagai penumpang baru dikendaraan ini menjadi pemantik perbincangan seru bak infotainmen yang membahas selebritis. Mereka sepertinya tahu alasan kepindahanku adalah untuk meng-akomodir kepindahan seorang penumpang agar bisa satu kendraaan  dengan temennya. Sang Supirpun mengkisahkan kalau awalanya penumpang tersebut hampir saja tidak mau naik saat mengetahui temennya ada dikendaraan yang berbeda. Terungkap pula dari penumpang lain tentang keresahan sang lelaki disepanjang jalan dari purwokerto sampai tempat peristirahatan kledung. Satu penumpang lagi berseloroh, “namanya juga jatuh cinta, urusan hati memang tidak selalu mudah”.Satu penumpang lain agak berbeda pendapat karena melihat dari sisi usia seharusnya malu dengan usianya. Sang supir menimpali lagi, “ makanya dari tadi muring-muring aja gara-gara pisah kendaraan”. Ragam komentar yang muncul pun membuat suasana agak riuh tapi diiringi tawa yang seolah membaiat bahwa kedua penumpang tersebut berstatus “pacaran”. Apalagi sang supir menyampaikan bahwa kedua penumpang itu nanti turunnya di titik lokasi berbeda walau masih di sekitar kota semarang. Penulispun mencoba menetralisir keadaan dengan berkomentar bahwa “keresahan kedua insan itu sejak awal perjalanan karena tidak satu kendaraan adalah terpotongnya moment indah sehingga kisah terpenggal disepanjang purwokerto sampai dengan kledung”. Statemen bernada rendah itupun disambut tawa semua penumpang dan tidak ketinggalan sang supir. Kemudian akupun bertanya,"kira2 keikhlasanku untuk pindah kendaraan demi mengakomoidr mereka dapat pahala atau tidak ya?", tergantung niatnya mas, sambut salah satu penumpang disambut tawa seisi mobil.        


       
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved