OPTIMISME EKONOMI DI RAKORWIL TPID
SE-EKS KARASIDENAN BANYUMAS
Hari
ini, Selasa, 23 April 2019, TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) menggelar
rapat koordinasi se-eks karasidenan Banyumas di Khrisna Ballroom Hotel Java
Heritage. TPID Jawa Tengah, BI Pusat bidang kebijakan moneter dan staf ahli kementrian
keuangan bidang perekonomian RI bertindak sebagai narasumber. Sementara itu,
dibarisan peserta antara lain; Kepala dinas dan instansi di lingkungan Pemkab
Eks Karasidenan Banyumas; BPS eks karasidenan Banyumas; , Bulog, Kadin se-Eks
Karasiden Banyumas; Hipmi se-Eks Karasiden Banyumas Kab. Banyumas dan lain
sebagainya.

Dalam
arahannya, Anggota tim TPID Jawa Tengah yang juga Kepala biro Perekenomian Jawa
tengah, Bapak Ignatius, menyampaikan beberapa hal, antara lain :
1.
Secara
historis, kelompok voletile food menjadi pemicu inflasi.
2.
Beras
merupakan komoditas yaang memiliki bobot tertinggi memicu inflasi.
3.
Kenaikan
harga beras tidka diikuti dengan kesejahteraan petani yang disebabkan oleh
margin yang diterima oleh petani relatif kecil. Disamping itu, panjangnya
rantai distribusi perdagangan beras meneyebabkan dispratitas harga yang tinggi
ditingkat petani dna konsumen serta banyak dinikmati oleh midle.
4.
Diperlukan
upaya agar bisa mensinergikan pata pihak yang terintegrasi hulu smapai hilir
agar mampu men-stabilkan harga beras, meningkatkan produktivitas, mengamankan
stock dan memperpendek jalur distrubi dan mensejahterakan masyarakat petani.
Hal ini diinisiasi dan menjadi program unggulan TPID Prov Jawa tengah ditahun
2018.
5.
Inflasi
provinsi adalah agregat kab/kota sehingga perlu adanya sinergitas program
dengan kab/kota agar inflasi bisa terkendali.
6.
Langkah
yang sudah diambil antara lain:
a.
Penguatan
pemanfaatan teknologi ozone pada produk2 hortikuluta dengan meamnfaatkan gudang
di jawa tengah melalui CSR dan sumber pembiyaan lainnya
b.
Pengaturan
pola tanam yang baik untuk menghindari panen secara bersamaan.
c.
Memberikan
akses pasar kepada petani dan konsep pasar harus disosialisasikan ke petani
d.
Mendorong
BUMD yang berkerak di bidang pangan untuk mengambankan sisi hulu dan hilir
komoditas pangan seperti berasm, cabe dan jagung
e.
Menyediakan
akses permodalan dan keuangan untuk menopang produksi hasil pertanian.
7.
Resiko
inflasi disampaikan antara lain sebagai berikut :
a.
Keterbatasan
pemanfaatan teknologi pertaian
b.
Gangguan
ketersediaan stock pangan
c.
Gangguan
distribusi akibat hasil produksi terdistribusi ke luar daerah
Dalam
bahan presentasinya, beliau juga menyampaikan seputar perekonomian Jawa tengah
sebagai berikut :
- pertumbuhan ekonomi (pe) tahun 2018 sebesar 5,32%
menguat dibanding tahun 2017 (5,26%) dan lebih tinggi dari nasional (5,17
%).
- inflasi tahun 2018 sebesar 2,82% lebih rendah
dari tahun 2017 (3,71%) dan lebih rendah dari inflasi nasional (3,13%).
- kemiskinan jawa tengah periode september 2019
sebesar 11,19 %, lebih rendah dari periode yang sama tahun 2017 (12,23%),
namun masih lebih tinggi dari nasional (9,66%).
- pengangguran periode agustus 2018 sebesar 4,51%,
lebih rendah dibanding dengan periode yang sama tahun 2017 (4,57%) dan
lebih rendah dari nasional (5,34%).
- ipm tahun 2017 sebesar 70,52 meningkat sebesar
0,77% dibandingkan tahun 2016 (69,98).
Sementara
itu, prediksi pada tahun 2019 pe jateng berkisar 5,3% - 5,7% dengan inflasi
pada kisaran 3,5% ± 1%
Bapak
Iwan, anggota TPIP (Tim Pengendalian Inflasi Pusat) yang juga staff di Divisi
kelompok ekonomi makro Bank Indonesia, menyampaikan bahwa inflasi bagi BI
sebagai dasar dalam menentukan kebijakan moneter, antara lain penetapan tingkat
suku bunga. Beliau juga menegaskan bahwa inflasi (baca: kenaikan harga)juga
sangat berpengaruh dengan kesejahteraan rakyat miskin. Sebagai gambaran, rakyat
miskin menghabiskan pendapatannya 60% hanya
untuk pemenuhan konsumsi. Oleh karena itu, upaya penurunan konsumsi perlu terus
dilakukan secara kreatif. Selanjutnya,
beliau menyampaikan bahwa Ada 4 (empat) komoditas yang sangat berpengaruh dalam
kelompok Volatile food (VF) yaitu bawang merah, bawang putih, cabe merah dan
cabe rawit.
Bank Indonesia dan
Pemerintah menyepakati beberapa hal antara lain:
1.
inflasi ihk diperkirakan
tetap terjaga 3,5 +- 1
2.
inflasi volatile food maksimal
sebesar 4-5%
3.
penguatan koordinasi
& sinkronisasi kebijakan pengendalian inflasi
4.
melanjutkan upaya
perbaikan statistik inflasi
5.
mempersiapkan langkah
mitigasi apabila terjadi penyesuaian harga bbm
6.
membawa inflasi dalam
tren yang menurun menjadi sebesar 3±1% di 2020 dan 2021
kegiatan strategis 4k tahun 2019
difokuskan pada ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi
yang didukung oleh penguatan kelembagaan dan perbaikan statistik.
sasaran koordinasi pengendalian inflasi 2019 adalah : (i) menjaga
inflasi inti; (ii) menjaga stabilitas inflasi vf pada kisaran 4-5% dan; (iii) mengendalikan
inflasi ap. Sejalan dengan itu,
program kerja TPIPdan TPID
2019 sebagai berikut :
A.
keterjangkauan harga
- kebijakan yang
konsisten dengan sasaran inflasi
- konsistensi
pelaksanaan program ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (kpsh) d/h
operasi pasar
- penyelarasan proker
k/l terkait pengendalian inflasi (permen ppn)
B.
ketersediaan pasokan
- peningkatan produksi
pangan (beras, jagung, aneka cabai, bawang merah)
- peningkatan pasokan ikan segar antara lain melalui penyediaan cold
storage
- fleksibilitas impor
pangan terutama pada komoditas dg neraca pangan defisit (bawang putih dan
daging sapi)
- penguatan cadangan
pangan pemerintah termasuk cadangan pangan pemda à
penyusunan panduan penguatan cadangan pangan pemda
- pengelolaan pasca panen
C.
kelancaran distribusi
- pengembangan model
bisnis dan fasilitasi kerjasama perdagangan antar daerah
- optimalisasi pasar
induk beras baru
D.
komunikasi efektif
- kebijakan untuk
mengelola ekspektasi inflasi
- perbaikan statistik
produksi jagung,
- perbaikan statistik
inflasi (pulsa ponsel, tarif au, beras)
- perluasan data pihps
(harga produsen dan stok)
- peningkatan kualitas
tpid melalui: permenko tentang mekanisme penilaian kinerja tpid dan
permendagri tentang pembinaan tpid
- penguatan dan
penyelenggaraan koordinasi (rakornas dan rakorpusda)
- sinkronisasi peta
jalan pengendalian inflasi nasional dan provinsi
- kajian perhitungan
vf spasial
nara sumber terakhir, staf ahli
kementrian keuangan bidang perekonomian RI yang juga mewakili TPIP menjelaskan tentang upaya pengendalian harga bulan puasa dan idul fitri 2019 dengan
mereferensi pada surat menko perekonomian
ek.2.1/85/m.ekon/04/2019 tanggal 8 april 2019 sebagaimana dijelaskan berikut
ini :
a. mulai
mengintensifkan pemantauan pergerakan
harga intensif bahan kebutuhan pokok terutama beras, cabai merah, bawang
merah, bawang putih, daging sapi, daging ayam, telur ayam, terigu dan gula
b. memastikan
ketersediaan stok dan pasokan
bahan kebutuhkan pokok di wilayah masing-masing
c. melakukan
langkah-langkah korektif atas
indikasi ketidakwajaran kenaikan harga, gangguan distribusi, kekurangan stok
dan penimbunan
d. mengupayakan
agar kanal pemasaran langsung di luar pasar tradisional & pasar ritel
modern tidak mengganggu kelancaran
distribusi logistik ataupun angkutan penumpang
e. koordinasi
pemantauan penerapan dan kepatuhan pelaku usaha jasa transportasi jika terdapat
kebijakan pengaturan tarif angkutan
dalam rangka hbkn
f. melakukan
moral suasion dalam
rangka membentuk ekspetasi masyarakat
1. Menyampaikan
upaya pemerintah
2. Himbauan
konsumsi secara wajar dan bijak berbelanja
3. Inpeksi
ke pasar-pasar dan pergudangan
g. koordinasi pelaksanaan kebijakan ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga
(kpsh) maupun kegiatan pasar murah dan dikoordinasikan dengan tpid
h. pelaksanaan kpsh dan upaya lain
dilaksanakan secara transparan, mengikuti kaidah tatakelola yang baik serta
dapat dipertanggungjawabkan
Posting Komentar
.