SAAT KEPERI-HEWAN-AN LELAKI
BAREP KU MENGEDEPAN

“Malam ini ada cerita unik pa?”, ungkap istriku usai
aku meneguk air putih mengakhiri makan malamku. Tadi Mas Daffa (demikian lelaki
barep ku biasa di sapa) terlambat pulang karena harus ke klinik hewan dulu. “Kenapa emangnya?”, tanyaku penasaran karena
memang terdengar tidak biasa. Ternyata, saat berkonvoi sepada motor pulang dari
SMA Al Irysad Al Islamiyyah, tiba-tiba saja ada kucing menyeberang dan tak
mungkin dihindari. Sebab, kalau nge-rem mendadak dikhawatirkan menyebabkan temen-temen kelabakan dan bahkan bukan tidak mungkin menabrak
Mas Daffa dari belakang. Tak pelak lagi, kucing itu pun tertabrak. Mendengar jeritan
sang kucing, Mas Daffa dan temen-temen nya pun langsung berhenti untuk
memastikan kondisi kucingnya.
Mendapati
hidung dan bibir kucing itu sedikit terluka disertai erangan yang mengundang
miris hati, mereka pun langsung bergerak cepat dan bersepakat membawanya ke
klinik hewan. “Mas Daffa tidak tega
melihat kondisi kucing itu, apalagi mendengar erangannya yang begitu menyayat
hati”, ungkap istriku menirukan kalimat lelaki barepku saat melaporkan peristiwa
yang menyebabkannya terlambat pulang sekitar 2 (dua) jam. “Trus bagaimana kondisi kucingnya?”,
tanyaku antusias. Alhamdulillah tidak ada patah tulang, hanya saja karena
bibirnya memar sehingga susah makan,
terpaksa diinfus dan juga rawat inap.
“Besok kita mbesuk kucingnya ke klinik yuh
mas”, Dek Deva (lelaki bontotku) ber-ide “Yuh Dek, Mas Daffa juga merasa
kasian banget sama kucing itu, apalagi saat diobatin sama dokter , kucing itu pasrah
sambil menatap mas daffa sampai jarum infus mendarat ketubuh kucing itu”, jawab
Mas Daffa. “Gimana nanti ya ma biaya perawatannya?”, lanjut mas daffa bertanya
pada mamanya. “ Iya, nanti mama akan
cerita ke papah. Karena niat Mas Daffa dan temen-temen baik, Insha Allah papah tidak
marah. Doakan aja papah ada rejeki biar kucingnya besok segera bisa pulang. Kejadian
ini juga sebagai pengingat untuk tidak
lupa bertasbih dan bersholawat setiap kali berkendaraan”, jawab istriku
menenangkan Mas Daffa. “Iya Ma....terus nanti kalau sudah sembuh kucingnya
pulang kemana ma?. Kan kucingnya kucing kampung bukan kucing peliharaan
sehingga tidak pasti siapa pemiliknya”, lanjut Mas Daffa bertanya pada mamanya.
“Ya udah, kita bawa saja ke rumah dan kita pelihara, “Gimana ma, setuju ndak?” ”,
usul Dek Deva sambil minta persetujuan mamanya. “Mama
setuju saja asal kalian konsekuen memelihara dan menyayangi kucing itu. Kalau ndak,
kita bisa berdosa”, jawab mamanya bernada sedikit nasehat.

Kalau ini tentang ke-perihewan-an, semoga hal ini pun menjadi cerminan kualitas keperimanusiaan yang terbangun dalam diri dan akhlak mereka. Aaamiin.
NB. : Gambar kucing hasil searching google untuk sekedar mendukung tulisan
Posting Komentar
.