MENGIKIS KERABUNAN WARNA KOPERASI
A. Prosesi
Pembukaan
Semarang, 13 Feb 2019. Hari ini Dinas Koperasi
& UKM Prov Jawa Tengah menggelar Bimbingan Teknis Kepatuhan di Hotel
Noormanz. Semarang. Bimtek ini diikuti oleh koperasi-koperasi syari’ah dan
konvensional dari lingkungan Jawa Tengah, antara lain Semarang, Kendal, Boyolali
dan Klaten. Fokus Bimtek kali ini di fokuskan pada anggota koperasi yang
potensial menjadi pengurus dan pengawas di mendatang. Sementara itu, di barisan
narasumber ada Polda Jateng, UKSW Salatiga, KAP Tarmidzi Achmad, OJK dan Bung Arsad dari Kopkun Institute
Purwokerto.
“Bimtek ini merupakan bagian dari upaya untuk mendorong koperasi
berpraktek sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi serta
regulasi “, ungkap Ibu Endah
Ariyani, Kabid Koperasi & UKM dalam sambutan dan arahannya di acara pembukaan.
Beliau juga menginformasikan beberapa hasil pengawasan dari Satgas Pengawasan
Dinkop & UKM Prov. Jateng terhadap koperasi-koperasi di lingkungan Jawa Tengah yang memerlukan perhatian
dan tindaklanjut, antara lain :
1.
Beberapa koperasi belum bisa melaksanakan RAT
2.
Beberapa Koperasi yang membentuk kantor cabang belum dilengkapi dengan izin pembukaan kantor
cabang
3.
Belum memiliki usaha simpan pinjam atau sudah
habis tetapi belum diperpanjang
4.
Status calon anggota melebihi 3 (tiga)
bulan
5.
Beberapa pengurus koperasi memiliki hubungan semenda
6.
Masa kepengurusan yang sudah melebihi batasan
yang ditentukan dalam aturan organisasi. Hal ini disebabkan keterjebakan Koperasi simpan pinjam (KSP) terhadap persoalan “kefiguran” karena
berkaitan dengan menjaga trust kelembagaan.
7.
Beberapa koperasi masih lemah dalam hal Kelengkapan
buku-buku organisasi.
8.
Modal sendiri lebih kecil daripada modal luar. Akibatnya,
Rasio keuangan menunjukkan koperasi jauh dari kemandirian
dpenghujung sambutannya , Bu Endah Ariyani berharap para anggota koperasi
peserta Bimtek akan memahami dan menjalankan fungsi dan perannya secara
maksimal sehingga koperasi mewujud sebagai organisasi ekonomi kerakyatan yang
memberdayakan.
B. Mengikis
Kerabunan Warna

Sejalan dengan itu, mewujudkan tata kelola koperasi
berbasis jati diri (baca: nilai2 dan prinsip2) perlu terus disemangati di
lingkungan koperasi,termasuk KSP/USP. Tegasnya, hanya dengan implementasi jati
diri secara total, koperasi akan bisa mewujud menjadi organisasi pemberdaya
dimana semua potensi dan bakat hebat yang melekat pada barisan anggota berpeluang
menemukan titik optimalnya. Pada saat optimalisasi terlaksanan, maka akan terbangun
multiplier effect dari keberadaan organisasi
dan perusahaan koperasi, khususnya dalam mendorong geliat ekonomi kerakyatan. Pada titik ini, koperasi sebagai media “self
help” bagi setiap anggotanya mewujud. Anggota benar-benar bisa merasakan langsung “nilai
tambah” dari menjadi bagian drai barisan anggota koperasi. Dengan demikian, testimoni setiap anggota
tentang peran strategis koperasi dalam meng-akselerasi tumbuhkembang
usaha-usaha produktif yang dikelolanya secara pribadi dan juga testimoni
anggota tentang adanya kemudahan-kemudahan dalam meng-akses ragam kebutuhan
dengan harga lebih terjangkau di koperasi, akan menjadi faktor yang berpengaruh
significant pertumbuhan jumlah
anggota koperasi. Satu hal yang perlu menjadi catatan, semakin banyak jumlah
anggota maka semakin besar kemampuan koperasi dalam menciptakan efisiensi
kolektif.
Gambaran tentang koperasi pada paragraf diatas merupakan
iklim yang ingin dibangun dalam lingkar koperasi. Anggota diharapkan tidak
berjarak dengan koperasinya dan pada koperasi pun terbangun suasana yang
meng-anggota. Dengan demikian, hubungan antara anggota dan koperasi bukanlah
semata-mata hubungan transaksional, tetapi juga terbangun hubungan emosional
yang terus tumbuh seiring dengan semakin luasnya kebermaknaan dan kebermanfaat
koperasi. Inilah yang disebut kebersamaan produktif dalam koperasi dimana pada setiap
orang terbangun kesadaran untuk mengambil tanggungjawab ikut membesarkan
koperasi. Setiap anggota juga memahami secara utuh bahwa pada saat dirinya
mengembangkan partisipasinya, di saat yang sama anggota sedang menolong dirinya
sendiri (self help). Inilah
sesungguhnya warna koperasi dimana kemanfaatan diposisikan buah dari kolektivitas
yang terbangun.
Untuk tujuan itu, pendidikan perkoperasian
terhadap anggota menjadi pintu gerbang keterbangunan kefahaman, kemauan
berkoperasi dan kesadaran untuk mengembangkan partisipasi di lingkar koperasi.
C. Materi tentang “Pendidikan Anggota”
Salah satu materi dari Bimtek ini adalah tentang “pendidikan
anggota” dengan nara sumber Bung Muhammad Arsad Dalimunte. Untuk mengingatkan
dan sekaligus meningkatkan pemahaman serta keterbangunan lipatan semangat
berkoperasi, berikut di sajikan secara lengkap materinya di ....klik disini.
+ komentar + 1 komentar
Yaa bagus
Posting Komentar
.