MENAKAR “KETAMAKAN”
SEORANG JULIUS SETYA KESUMA

“asyiknya
akhir
bulan ini merdeka dari tekanan target”, demikian inti update statusnya di salah satu akun
medsosnya beberapa bulan sesudah memutuskan resign
dari tempat kerja. Status ini setidaknya mengkisahkan tentang indahnya sebuah
kemerdekaan. Hal ini mungkin berbeda ketika beliau masih bekerja dimana tekanan akhir bulan kerab menghimpit kenyamanan hidup dan bahkan tak jarang berasa seperti kiamat kecil kala
capaian kinerja sedang tidak berpihak seperti keinginan sang bos. Apakah
Om Julius hari ini hidup tanpa tekanan hidup?
Hidup adalah tentang perjalanan yang belum
terpetakan dan manusia sesungguhnya selalu diajarkan oleh alam untuk bisa nyaman
diketidakpastian. Alasannya sederhana saja, karena satu detik sesudah saat ini sesungguhnya
prerogatif Sang Khalik. Ahli
klimatologi pun hanya berani memberi judul “Prakiraan Cuaca” dalam men-simpulkan apakah esok hari hujan, berawan atau terang. Sikap ini menandaskan pengakuan bahwa
diatas kecanggihan ilmu pengetahuan masih ada Tuhan sebagai Sang Penentu. Sepertinya Om Julius begitu memahami tentang
hal ini. Kenyamanan terletak pada ketidaknyamanan itu sendiri dan kepastian
terletak pada ketidakpastian itu sendiri. Kalau demikian adanya, menjadi diri
sendiri sepertinya lebih menarik bagi Om Julius untuk digeluti ketimbang
menyerahkan masa depan dengan bersandar atau mengabdi pada corporate besar sekalipun. Tampaknya, hal ini yang mendasarinya Om Julius memilih untuk menggeluti
profesi mulia yang disebut wirausaha atau biasa diistilahkan dengan Entrepreneur.

Beberapa malam lalu, Om Julius mengirim WA padaku
berisi satu poster promosi seminar
motivasi bertajuk “cara cerdas melek
finansial”. Sepertinya Om Julius tengah menggeluti usaha EO (Event
Organizer), fikirku sambil membaca isi poster itu. Dugaanku itu pun terkonfirmasi
saat kemarin sore kami jagongan di WA (Wedangan
Asyik) untuk membincang satu potensi bisnis yang mungkin di sinergikan. “Sepertinya Om Julius terjebak apa yang
disebut ketamakan ide, semoga bukan ketamakan ekonomi”, selorohku kepadanya
disambut senyum Om Julius dan tawa lepas Om Andin. “Bisa jadi memang begitu mas”,
respon spontan Om Budi, lelaki yang kukenal sebagai salah satu laskar Zona Bombong . “kita
lihat saja 3 (tiga) bulan ke depan, Jika segala sesuatunya dikerjakan sendiri oleh Om Julius dan
tidak mendelegasikan pekerjaan itu kepada karyawan, maka hypotesis om Budi benar kalau ini memang tentang ketamakan ekonomi”, tambahku disambut tawa mereka.


Simpulannya, kreativitas produktif yang terus dikembangkan Om Julius dan
juga kawan-kawan hebatnya bukan saja tentang berapa keuntungan yang akan mereka
raup, tetapi lebih menekankan dan mengutamakan pada seberapa banyak orang yang bisa hidup dari setiap
ide kreatif yang dikembangkan. Yang jelas, segala hal keren yang dilakukan Om
Julius bersama kompatriotnya merupakan satu bentuk edukasi kreatif bernada
ketauladanan nyata yang sangat inspiratif.
Posting Komentar
.