MEMBANGUN MOTIVASI
DIRI BERBASIS RASA SYUKUR
03 SEPTEMBER 2014
A. PENGANTAR
Layaknya mahasiswa baru, wajah lugu masih terkesan kuat. Apalagi ini baru pertama kali mereka merantau dan hidup
jauh dari ayah, ibu, adik dan sanak saudara yang mereka cintai. Tentu, wajah-wajah merindu ini gampang sekali meneteskan air mata bila diajak berkisah tentang keluarga mereka di kampung halaman.
Masa-masa adaptasi semacam ini tampak begitu berat. Bagaimana tidak, disatu sisi keadaan memaksa untuk melakukan penyesuaian diri dalam kebiasaan hidup dan disisi lain rasa rindu kampung halaman mengisi suasana kebathinan mereka. Kalau biasa mereka tinggal dirumah bersama keluarga, sekarang mereka harus tinggal di asrama dan hidup bersama kawan2 yang baru saja mereka kenal saat pertama kali menginjakkan kaki di kota Purwokerto. Tentu, situasi ini memerlukan adaptasi yang tak mudah. Belum lagi dalam urusan makan, kalau dirumah mereka terbiasa makan berjama'ah bersama keluarga dengan serangkaian menu berselera, kini mereka harus ke warung tiap kali ingin menghilangkan rasa lapar. Tak pelak lagi, tak jarang saat menyantap nasi bungkus derai air mata tidak tertahankan sambil mengingat kehangatan suasana rumah di jam sama. Sekilas ini tampak mudah, tetapi faktanya wajah-wajah muda nan lugu itu menandaskan perlu perjuangan tak biasa untuk mencapai titik mapan mentalitas sehingga ikhlas jiwa raga menerima kenyataan bahwa "saat ini sudah berbeda".
Namun demikian, ada satu alasan yang sama dari segenap mahasiswa baru ini untuk bertahan, yaitu: "cita-cita". Bayang indah tentang sebuah masa depan menjadi factor terpenting untuk bertahan dan menerima dinamika situasi dan segala resiko di fase perjuangan mewujudkannya.
Harapan tentang kebahagiaan dijadikan sebagai asa yang selalu menyemangati, meng-energi untuk terus berupaya dan melakukan yang terbaik.
Oleh
karena itu, untuk meningkatkan mentalitas juang dari mereka, panitia menggelar satu materi "pemberian motivasi".
Disesi ini, segenap mahasiswa baru yang berjumlah lebih kurang 20 orang, panitia dan beberapa pengurus PMAT di mantik spirit of fighting dalam mencapai
cita-cita. Rasa percaya diri dibangunkan agar semangat juangnya terus menyala. Mereka didorong untuk terus mengembangkan rasa syukur yang mewujud dalam tindakan-tindakan keseharian baik secara vertikal maupun horizontal. Pencapaian mimpi kemudian dikaitkan dengan peningkatan kapasitas diri mereka seperti hard skill, soft skill dan spiritualitas.
Intinya, segenap mahasiswa/i baru dan juga para seniornya di dorong untuk terus bergerak merangkai ragam jejak baik yang layak dikenang dan juga di ceritakan. Mereka dimotivasi untuk terus concern dengan hal-hal yang berhubungan dengan ketercapaian cita-cita. Dalam fikiran seisi ruangn ditegaskan bahwa tidak ada keberhasilan tanpa keprihatinan. Keprihatinan yang dimaksud adalah kesadaran untuk menahan ingin atas segala sesuatu yang kontadiktif terhadap focus utama, tidak pernah memaki kenyataan dan mengoptimalkan apa yang ada serta tidak pernah mengeluh atas segala kekurangan.
Intinya, segenap mahasiswa/i baru dan juga para seniornya di dorong untuk terus bergerak merangkai ragam jejak baik yang layak dikenang dan juga di ceritakan. Mereka dimotivasi untuk terus concern dengan hal-hal yang berhubungan dengan ketercapaian cita-cita. Dalam fikiran seisi ruangn ditegaskan bahwa tidak ada keberhasilan tanpa keprihatinan. Keprihatinan yang dimaksud adalah kesadaran untuk menahan ingin atas segala sesuatu yang kontadiktif terhadap focus utama, tidak pernah memaki kenyataan dan mengoptimalkan apa yang ada serta tidak pernah mengeluh atas segala kekurangan.
B. MATERI
mantapp bapak... :D
BalasHapusterimakasih...
sama2 mas Amin....sukses selalu untuk kita semua..amin..
BalasHapus