KEWIRAUSAHAAN “BERAWAL DARI SIAPA” | ARSAD CORNER

KEWIRAUSAHAAN “BERAWAL DARI SIAPA”

Selasa, 23 September 20140 komentar



BELAJAR BERSAMA TENTANG KEWIRAUSAHAAN
“BERAWAL DARI SIAPA”

Disampaikan pada Kegiatan Workshop Penguatan Manajemen Kelompok Belajar Usaha (KBU) dan Desa Vokasi Tahun 2014, dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, 
23 September 2014 di Gedung KORPRI, Jl.Purwokbakti, Purwokert, Jawa Tengah


A.  Pendahuluan
Negara sangat berharap pada pertumbuhan dan perkembangan wirausahawan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Multiplier effect dari tumbuh kembangnya kewirausahaan menjadi alasan logis mengapa kemudian negara sangat concern mendorong hal ini. Disamping terbentuknya insan-insan mandiri (baca: menjadi beban bagi orang lain), kewirausahaan juga berpotensi menciptakan lapangan kerja sehingga meminimalisir angka pengangguran yang sering ditengarai sebagai muasal timbulnya persoalan-persoalan sosial. Secara makro, tumbuh kembangnya wirausahawan juga berpengaruh signifikan terhadap jalannya roda ekonomi, disamping adanya potensi tambahan pemasukan negara dan daerah dari aspek pajak maupun retribusi.

Untuk maksud dan tujuan itu, perlu dimobilisasi serangkaian upaya komprehensif sehingga terbentuk satu gairah atau keinginan untuk terjun ke dunia wirausahawan. Ragam stimulan perlu didorong untuk merubah pradigma masyarakat yang sampai detik ini masih melihat “mencari pekerjaan” sebagai pilihan utama. Apresiasi rendah masyarakat semacam ini telah menjadi bagian dari faktor penghalang berkembangnya inisiatif-inisiatif  untuk menekuni wirausahawan. Budaya instan (ingin segera menghasilkan sesuatu secara cepat), rendahnya daya juang dan sempitnya visi tentang sebuah masa depan, adalah faktor-faktor lainnya yang semakin melemahkan semangat untuk menjadi seorang wirausahawan yang mau berproses dari bawah.

Oleh karena itu, pola pengkampanyean wirausaha perlu pengemasan brilian  sehingga efektif dalam meng-eliminasi semua faktor penghalang dan sekaligus terbangunnya persepsi  bahwa berwirausaha adalah pilihan yang mulia dan patut diacungi jempol. Heroisme (semangat kepahlawanan) juga harus dijadikan landasan yang di doktrin secara massif . Dengan demikian wirausahawan tidak hanya difahami sebatas membentuk kemandirian ekonomi pribadi saja, tetapi juga berjasa besar dalam menciptakan kehidupan bagi orang lain dan berkontribusi nyata dalam pembangunan nasional. Pengawalan yang konsisten perlu dilakukan sebagai upaya menjaga efektivitas setiap stimulan yang dilakukan. Pola-pola pembinaan perlu membangun kesadaran bahwa yang menjadi sasaran adalah keterbentukan kemandirian dan bukan menciptakan ketergantungan tak berkesudahan. Bila hal ini terjadi, maka semua langkah-langkah pendekatan menjadi tidak efektif dan juga tidak mampu menghasilkan out put yang diharapkan.


B.  Sekejap Menela’ah “Istilah dan gambaran”  wirausaha
Secara praktis, wirausaha (wira= mandiri dan usaha: upaya) adalah upaya membentuk kemandirian pribadi dan memperluas kebermaknaan diri melalui penciptaan nilai manfaat lewat kreasi-kreasi positif. Karakter kemandirian semacam ini biasanya menginspirasi gairah untuk menciptakan sesuatu, baik menambah nilai manfaat yang sudah ada maupun menciptakan sesuatu yang benar-benar baru dan belum terfikirkan oleh orang lain. Atas dasar itu, wirausaha lebih tepat dikatakan dunia kreatif karena selalu berupaya menumbuhkembangkan ide-ide baru. Sementara itu, dalam banyak referensi, wirausaha sering dikaitkan dengan persoalan sikap dan  mental. Hal ini bisa difahami mengingat bahwa dalam memulai, menjalankan dan atas hasil akhirnya memerlukan mentalitas (baca: keberanian), sebab dalam setiap keberanian yang diambil mengandung unsur resiko. Oleh karena itu, ada pepatah bijak mengakatakan “kalau takut jangan berani-berani dan kalau berani jangan takut-takut. Hal ini menggambarkan bahwa dunia wirausaha memerlukan keberanian dan konsistensi komitmen untuk terus bergerak sampai apa yang dicita-citakan mewujud. Ketika memasuki dunia wirausaha, maka apapun dinamika yang datang harus dihadapi dengan tenang dan selalu optimis. Ragam hambatan dan rintangan tidak boleh menyurutkan semangat, tetapi harus dimaknai sebagai tantangan yang harus diselesaikan.        


C.  Menilik Ke-Gila-an Dunia Wirausaha
Banyak pelaku usaha maupun yang sudah berbalik arah sepakat berkesimpulan bahwa dunia wirausaha itu dunia yang hanya layak dimasukin oleh orang-orang gila (dalam arti positif). Kesimpulan ini tidak terlalu berlebihan mengingat bahwa dunia wurausaha penuh ketidakpastian dan satu-satunya HAL PASTI dalam dunia usaha adalah ketidakpastian itu sendiri. Sebagai contoh, siapakah yang bisa memastikan omzet yang akan didapat ketika hari ini memutuskan berinvestasi dalam usaha restoran?. Siapakah yang bisa menjamin bahwa usaha yang saat ini berjalan lancar akan tetap eksis di kemudian hari.  Kita bisa lihat bisnis sablon dengan cara manual terpinggirkan oleh kemajuan teknologi. Kita juga masih ingat bagaimana dulu wartel menjadi bisnis idola, saat ini sulit sekali mendapati wartel semenjak berkembang pesatnya HP (Hand Phone). 

Hidup dan kebutuhan hidup terus berlanjut dan pembiasaan diri dalam ketidakpastian  memerlukan keyakinan tinggi sehingga bisa enjoy (menikmati) atas dinamika apapun yang mewarnai perjalanan wirausaha. Memupuk keyakinan tentang hari esok yang indah walau belum terlihat harus dilakukan oleh para wirausahawan. “Selalu ada harapan ketika mau berusaha”, kalimat-kalimat semacam ini  harus terus ditanamkan sebab sangat efektif dalam memelihara sikap optimis. 


D.   “Keterpaksaan” atau “Pilihan”
Mereferensi pada 2 (dua) sub bahasan sebelumnya,  berwirausaha itu memerlukan penjiwaan (soul) sehingga termantik mejadi pribadi yang sabar,tangguh dan ulet dalam menekuni dunia kewirausahaan. Fakta lapangan menunjukkan banyak wirausahawan yang memilih berhenti dan berbalik arah dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama bila dihitung sejak pertama kali terjun ke dunia wirausaha. Mereka begitu mudah patah arang dan kehilangan kesabaran dalam menata usaha yang dijalankan. Hal ini biasanya dialami oleh para wirausahan yang terjun lebih dikarenakan keterpaksaan  keadaan setelah lelah dalam perburuan kesempatan kerja, sehingga selalu berharap hal-hal instan.

Hal berbeda didapati  pada orang-orang  yang menjadikan “berwirausaha” sebagai pilihan terbaik dan keputusan itu diambil dalam keadaan sadar atas ragam peluang dan memiliki kesiapan atas segala resiko yang mungkin muncul. Semangat dan keyakinan keterwujudan mimpi akan membuat mereka lebih sabar berproses. Mereka menyadari bahwa sesuatu yang besar berawal dari kecil. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau mereka tidak mempersoalkan ketika harus memulai dari hal sederhana atau kecil sekalipun. Mereka menyadari bahwa semua membutuhkan proses dan berpandangan bahwa keberhasilan adalah hadiah yang pantas dari akumulasi keuletan, kesungguhan dan ketabahan.

Satu hal yang menjadi catatan, sikap dan mental semacam ini tidak dapat diperoleh pada mereka yang tidak bisa menjiwai atau tidak menemukan feel dari dinamika dan perjalanan sebuah wirausaha. Oleh karena itu, sekedar menyarankan kepada siapapun yang mau memasuki dunia wirausaha, hendaklah memasukinya bukan karena terpaksa atau ketiadaan pilihan, tetapi atas dasar keyakinan dan kesadaran atas segala resiko yang mungkin mengikutinya. Hal ini perlu ditandaskan agar kesiapan mental sudah dipupuk sejak awal.

E. Memulai Wirausaha
Semua berawal dari mimpi, kalimat ini sering dikatakan orang-orang yang meraih sukses dalam bisnis. Mimpi adalah sumber semangat untuk bergerak. Mimpi adalah sumber energi untuk terus melangkah. Mimpi adalah imajinasi indah yang bernilai magis yang mendatangkan keyakinan tersendiri dan menyebabkan tidak  pernah menyerah. Mimpi adalah harapan yang menggiring keterlahiran keberanian untuk melakukan sesuatu. Mimpi pula yang membuat orang siap dengan segala resiko yang mungkin mewarnai perjalanannya. Oleh karena itu, mulailah dengan “bermimpi”. Bangun lah mimpi yang meng-energi dan selalu menyemangati hari-hari anda. Selanjutnya, mimpi tanpa aksi hanya akan menjadi “khayalan” saja. Oleh karena itu, mulailah segera dan jangan menunggu atau terlalu banyak pertimbangan. Bangun fikiran positif dan sikap optimis dan yakini bahwa Tuhan berpihak pada setiap langkah yang berlandaskan niat baik dan diwujudkan dengan cara-cara yang disukai-Nya.

Berbicara tentang aksi alias tindakan dalam wirausaha, mulailah dari kata “siapa” dan bukan dari kata “apa”. Hal ini menandaskan bahwa aksi wirausaha sesungguhnya adalah melayani.  Mungkinkah sang pelanggan memberikan respon positif dan apresiasi ketika anda menyuguhkan sesuatu yang tidak dia butuhkan?.  Kalaupun iya, pasti itu semata-mata karena belas kasihan. Terlalu buruk berharap tumbuh dan berkembang dari akumulasi belas kasihan dan hal itu sangat jauh dari semangat kemandirian yang menjadi tagline perjuangan seorang wirausahawan. Sebagai contoh, mungkinkah calon konsumen berusia 65 tahun akan merespon positif saat anda menawarkan pakaian anak remaja dengan model terkini sekalipun?. Mungkinkah calon konsumen yang kesehariannya menggunakan jilbab merespon positif saat anda tawarkan pakaian mini?. Oleh karena itu, aksi pertama yang dilakukan adalah merumuskan target market (target pelanggan). Selanjutnya, identifikasi apa-apa yang sekiranya menjadi kebutuhannya, kemudian jadikan hal itu sebagai dasar anda merumuskan “apa” yang akan anda tawarkan.    

Fakta lapangan menunjukkan kegagalan berawal dari kesalahan pemilihan tahapan dalam memulai. Lihatlah berapa toko yang tutup karena sepi konsumen. Demikian juga dalam bidang produksi/industri khususnya di lingkungan industri kecil banyak yang sukses memproduksi tetapi kebingungan dalam memasarkannya. Hal-hal semacam ini berawal dari tidak dirumuskannya target konsumen dan terlalu memaksakan menawarkan apa yang dipunyai dan bukan apa yang dibutuhkan.




F. Paradigma Keliru  Tentang Berwirausaha
Banyak orang yang enggan memasuki dunia wirausaha karena alasan klasik, yaitu “uang”. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau kemudian muncul pengusaha-pengusaha dadakan kalau mendengar ada potensi bantuan modal atau pinjaman lunak. Mindset semacam ini kurang tepat, sebab modal terpenting dari berwirausaha itu adalah keyakinan, semangat dan mentalitas produktif. Sementara itu, “uang” berposisi sebagai faktor pembantu dan bukan utama. Sebagai contoh sederhana, anda bisa berjualan dari sebuah toko pakaian dengan memerankan diri sebagai free lance dan kemudian mendapatkan komisi dari penjualan yang bisa anda lakukan. Contoh ini menandaskan bahwa berwirausaha itu persoalan kemauan dan bukan tentang ketidakmampuan. Seorang wirausahawan tangguh tidak akan pernah mengedepankan kekurangan, tetapi mengoptimalkan segala sumber daya yang mungkin digerakkan. Fakta menunjukkan bahwa banyak orang punya uang tetapi tidak punya ide dan sebaliknya banyak yang punya ide tetapi tidak punya uang. Pertanyaannya adalah akankah tercipta nilai tambah bila mereka berdiri sendiri-sendiri?. Nilai tambah hanya tercipta bila mereka berkolaborasi satu sama lain dalam judul “kemitraan mutualisme”. Kalau kolaborasi adalah cara yang anda pilih , 2 (dua) hal penting yang menjadi kata kunci, yaitu “kepercayaan” dan “kecerdasan berbagi” dan selanjutnya dijelaskan secara singkat berikut ini :
a.      Kepercayaan. Kepercayaan lahir dari rekam jejak akumulasi kebaikan atau capaian. Oleh karena itu, jadilah wirausahawan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan komitmen. Tidak ada akhir yang bahagia dan tenang bagi pengusaha yang memasukkan hal-hal tidak baik dalam perjalanan hidupnya. Oleh karena itu, targetkan kepuasan pelanggan dan posisikan laba adalah imbas. Sebab bisa dipastikan tidak ada pelanggan yang akan kembali lagi bila sudah merasa tertipu dengan apa yang anda tawarkan. Semua butuh proses dan pada akhirnya kepercayaan akan membuat usaha anda tetap eksis dan terus berkembang. Inilah yang disebut branding  yang terbentuk dari akumulasi konsistensi dalam membahagiakan konsumen. Oleh karena itu, jadikan “kepercayaan” sebagai tiket anda untuk dipercaya konsumen dan juga pemilik modal.
b.      kecerdasan berbagi”. Fakta menunjukkan banyak kemitraan yang hancur dan berakhir karena urusan “berbagi”. Oleh karena itu, kecerdasan dalam berbagi sangat berengaruh dalam kelanggengan kemitraan.  Berbagi yang dimaksud adalah berbagi dalam hal tugas/tanggung jawab dan berbagi atas hasil yang dicapai.

Penjelasan diatas menunjukkan “kreativitas cara” menjadi tandem dari sebuah semangat dalam meraih mimpi. Tidak pernah putus asa dan tidak berhenti mencari solusi adalah simbol ketangguhan yang nyata.  Untuk itu, singkirkanlah segala bentuk fikiran yang justru menjauhkan anda dari kewirausahaan itu sendiri.  Jangan mencari-cari alasan yang mempertontonkan diri anda sebagai pribadi pengecut dan miskin karya. Seorang wirausahawan harus ulet dan tidak berhenti hanya pada satu cara. Untuk itu, belajar sepanjang waktu adalah bagian dari cara untuk meningkatkan kapasitas diri dan juga kapasitas kekaryaan. Akan tetapi, tidak akan ada hal yang bisa anda pelajari hanya dengan bemimpi tanpa aksi. Artinya, ketika anda memilih diam saja, maka tidak akan pernah lahir karya yang menjadi rekam jejak yang dapat dibangggakan.    


G.  Kesimpulan Bernada Saran
Ditinjau dari kadar, wirausaha itu 95% tentang keyakinan, semangat dan mentalitas, dan hanya 5% tentang hal-hal teknis. Dasar kesimpulan ini sederhana saja, adakah sebuah karya bermula tanpa adanya keyakinan, semangat dan mentalitas dari sang wirausahawan?. Jika tidak ada, bagaimana mungkin pekerjaan-pekerjaan teknis terselenggara?. Oleh karena itu, jika berwirausaha adalah pilihan, maka teruslah memupuk keyakinan, semangat dan mentalitas. Segera mulai dan nikmati serta ambil hikmah setiap dinamikanya sehingga terbentuk kapasitas diri secara alamiah. Semua wirausahawan ingin sukses, tetapi satu hal yang harus disadari bahwa itu memerlukan proses dan waktu. Oleh karena itu, kesabaran, keuletan, , kebesaran jiwa, belajar sepanjang waktu, perlu dilatihkan dalam setiap diri wirausahawan sehingga menjadi pribadi yang tangguh. Sementara itu, keberanian berbeda dari kebanyakan orang menjadi sumber efektif pembentukan karakter diri yang unik dan marketable .  

Demikian materi ini disampaikan sebagai pemantik dalam menumbuhkembangkan semangat berwirausaha. Semoga kita senantiasa dalam arahan Sang Pencipta sehingga bertemu dengan apa yang disebut Sukses. Amin.

Salam Semangat Juang...!!!!!  Berwirausaha itu asik dan bermakna bagi sesama itu Indah.







Lampiran








Lampiran 02


Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved