Bertemunya “Gusar" pada "Jawab” di Saat Yang Tepat
A. Prolog
Kisah ini menjadi bagian dari perjalanan panjang mencari
Tuhan yang dilakukan oleh Sahabat pemilik Identitas’99 dan gerombolannya .
Selalu ada kisah menarik dan mengundang pencarian hikmah. Atas izin beliau,
kemudian beberapa pengalaman beliau dan temen-temennya tersajikan dalam beberapa
tulisan di blog ini.
Penyajian tulisan di blog ini dimaksudkan untuk
mengabarkan kepada khalayak lebih luas dengan harapan segenap pembaca mendapati
satu hikmah. Untuk menghindari melencengnya niat atas pengungkapan kisah ini, nama-nama
dan tempat kejadian sengaja di ganti karena khawatir terjebak dalam riya.
B. Kegusaran
Pengelola Pondok Pesantren di Kamis Sore
Kamis sore itu, Ustadz Sang Pimpinan Pondok Pesantren
agak sedikit gusar dan harus berfikir keras. Beliau menghitung saldo kas dan
ternyata hanya ada Rp 3.000.000,oo (tiga juta rupiah). Beliau bingung bagaimana
memanfaatkannya yang tepat; (i) apakah di belikan beras semua tetapi tidak bisa
beli kebutuhan lainnya atau; (ii) di
belikan kebutuhan lainnya tetapi 500-an penduduk pesantren akan terjebak dalam
kelaparan. Utak-atik disepanjang sore hingga malam tak kunjung bertemu formula
terbaik untuk diambil. Rencana beliau untuk ke jakarta mengikuti silaturrahmi
rutin para kyai pun sepertinya harus ditundakan, sebab sangat tidak mungkin
meninggalkan pesantren dalam keadaan stock
makanan tidak tersedia yang mengakibatkan segenap penghuni pondok akan lapar.
Stock makanan pun hanya cukup sampai Jum’at pagi.
Sa’at subuh tiba, seperti biasanya beliau ke mesjid dan
menjadi imam sholat ber’jamaah. Setelah selesai zikir dan kembali ke rumah
Induk, beliau mengambil keputusan aneh bila ditinjau dari logika kebanyakan
orang. Beliau memanggil beberapa santri senior dan memerintahkan untuk
membagikan sedekah kepada orang-orang miskin di sekitar kampung. Akhirnya, semua sisa uang yang berjumlah Rp
3.000.000,oo itu pun habis terbagi dan sang kyai tidak memegang uang serupiah
pun. Beliau meyakini penuh bahwa Allah SWT tidak akan membuat lapar para yatim,
piatu dan kaum dhuafa yang berjumlah 500-an orang itu. Disepanjang pagi itu,
tak henti-hentinya beliau melantunkan do’a agar diberi pertolongan dan solusi atas kesulitan
yang sedang dihadapi, khususnya dalam memenuhi kebutuhan dasar para penghuni
pondok pesantren.
Bisa dibayangkan, situasi semacam ini benar-benar tidak
mudah. Andai saja itu terjadi pada diri anda, dimana uang yang ada tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan susu anak atau beras serta kebutuhan dasar lainnya,
akankah anda tetap tenang?. Mungkin saja, ini persoalan keterlatihan atau
kebiasaan. Mungkin saja Sang Pimpinan Pondok Pesantren itu pun menghadapi
situasi semacam itu bukan untuk pertama kali nya, sehingga berdiri tegaknya
pesantren sampai detik ini menjadi dasar keyakinan beliau bahwa dibalik
kesulitan pasti akan ada kemudahan. Artinya, beliau meyakini bahwa akan ada
solusi bijak dari Allah SWT. Toh yang beliau lakukan bukanlah untuk keperluan
pribadinya, tetapi untuk keberlangsungan hidup 500-an penghuni tetap pesantren.
C. Situasi lain di Tempat Yang Berbeda Dalam Waktu Sama
Kamis sore ini, tiba-tiba saja seorang Habib (sebutan
bagi kyai yang memiliki garis nasab keturunan dengan Rasulullah SAW), yang
sudah dikenal si’99 dengan baik menelepon, Beliau menanyakan apakah si’99 punya
acara nanti malam sekitar jam 20,00 wib. Pembicaraan per telepon itu pun
berakhir dengan kesepakatan bahwa si’99 bersama dua temennya setuju mengikuti
agenda Sang Habib yang malam itu direncanakan akan memberikan ceramah di salah
satu kesatuan pengamanan. Ternyata pengajian semacam ini rutin diselenggarakan
setiap kamis malam oleh Komandan tersebut.
Pengajian semacam ini selalu menyertakan para staffnya dan pelaksanannya selalu
di tempat di kediaman Sang Komandan. Sebuah kebiasaan yang mungkin masih jarang
didapati pada kesatuan-kesatuan lain atau sejenis di daerah berbeda.
Awalnya si’99 dan kawan2nya agak ragu dan berfikir akan terjebak
di suasana kaku dimana level kedudukan akan menyebabkan kekakuan suasana.
Tetapi, ternyata si’99 dan kawan2nya salah menduga. Suasana begitu cair dan
jauh dari kesan keformalan. Sang Habib pun cukup cerdas dalam membangun suasana
pengajian sehingga kekhusyu’an mendorong terbentuknya keakraban dan seolah semua
ikhlas melepas diri dari sekat strata disepanjang pengajian berlangsung.
Kondisi ini semakin mendatangkan kenyamanan bagi si’99 dan kawan2nya. Apalagi,
di malam itu mereka bisa berkomunikasi langsung dengan sang komandan. Sebuah situasi yang
jarang didapat dalam kondisi jam kerja.
Sebagaimana layaknya pemburu pahala, momen ini
dimanfaatkan oleh si’99 dan kawan2nya menebarkan virus kebajikan, dimana mereka
menawarkan peluang kebaikan disetiap celah kesempatan dimanapun dan kepada
siapapun. Dari berbagai kisah yang mereka sampaikan, sang komandan sangat
tertarik dengan cerita satu cerira tentang pondok pesantren gratis berpenghuni
500-an orang yang terdiri dari kaum dhuafa, yatim dan piatu. Setelah diam sejenak,
Sang Komandan pun menceritakan kalau tadi sore istri beliau sangat ngebet
untuk segera menyalurkan sedekah yang
sudah lama direncanakan dan materi sedekahnya pun sudah terkumpul dan siap
untuk di distribusikan. Atas dasar kekaguman Sang Komadan terhadap pesantren
itu, beliau pun langsung mengambil keputusan penyalurannya sedekah itu ke
pesantren tersebut dan sekalian ingin silaturrahmi dengan pimpinan pondok
pesantren. Langkah ini juga bagian dari cara untuk menjawab kepenasaran beliau atas
pola pengelolaan pesantren gratis tersebut sebagaimana di ceritakan oleh si’99
dan temen2nya.
Kepenasaran beliau sebenarnya bisa ditebak dan sangat
difahami, yaitu;”bagaimana mungkin ada pesantren gratis, dihuni oleh 500-an kaum dhuafa,
yatim dan piatu, tetapi bisa hidup dan berjalan dengan lancar”. Nalar
manapun akan bertanya hal sama, tetapi faktanya pesantren itu tetap bisa
berjalan dan anak-anak yang ada didalamnya tetap bisa menjalakan aktivitas
belajar sebagaimana seharusnya.
D. Tersalurkannya Sedekah Sang Komandan
Untuk niat penyaluran sedekah tersebut, Sang Komandan
merencanakan pelaksanaannya di pagi hari sebelum matahari terbit. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga niat agar tidak terjebak dalam perasaan ria, sebab khawatir hal ini akan menghapuskan segala
faedah dari apa yang beliau yakini sebagai tindakan kebaikan. Sementara itu,
untuk kunjungan secara pribadi ke
pesantren tersebut, beliau rencanakan
jam 11-an sehingga sekalian Jum’atan di pesantren.
Sang Komandan pun meminta perkenan ikhlas salah satu
staffnya untuk membantu mengantarkan sedekah tersebut. Sebagaimana arahan, sang
staff pun bergerak pagi-pagi sekali menuju pesantren itu menggunakan sebuah
truk. Hanya saja, ada hal unik dimana truk pengangkut material sedekah tersebut
mengalami kerusakan di tengah jalan, sehingga memerlukan waktu yang lumayan
untuk memperbaikinya. Akibatnya, truk pembawa material sedekah ini baru bisa memasuki
area pesantren sekitar jam 11-an dan hampir bersamaan dengan datangnya sang
komandan berkunjung.
Disambut hangat tuan rumah, Sang Komandan memasuki rumah induk dimana Pimpinan Pondok Pesantren
tinggal. Rasa kagum terhadap pesantren ini tidak bisa disembunyikan dari wajah
sang komandan. Ada hal yang mengagumkan juga terdengar dari perkataan Sang
Komandan, ternyata beliau juga bercita-cita mendirikan pondok pesantren sejenis. 2 (dua) insan ini pun semakin larut dalam
pembicaraan seputar pendirian dan pola pengelolaan pondok pesantren. Waktu
menunjukkan waktu untuk Jum’atan akan segera mulai, Sang Komandan pun menunaikan
Jum’atan di pondok tersebut. Sesaat setelah Jum’atan selesai, Komandan itu pun
pamit kepada pimpinan pondok tersebut dan sekaligus memohon perkenan untuk
saling mendo’akan satu sama lain.
E. Keunikan Itu Benar-Benar Terjadi
Sebuah kebetulankah sedekah itu datang saat pondok
pesantren memang benar-benar sedang sangat membutuhkannya?. Ataukah ada campur
tangan Allah SWT mempertemukan dua situasi dari dua tempat yang berbeda
tersebut?. Wallahu a‘lam. Yang jelas, penulis pun iri atas makelarisasi kebaikan yang telah
dilakukan oleh si’99 dan temen-temennya. Seperti pengakuan si’99, mereka pun tidak
menduga sama sekali atas respon sang komandan sebagaimanapun mereka tidak
mengerti kalau saat bersamaan sang pimpinan pondok pesantren sedang gusar dengan ketersediaan
stock kebutuhan dasar pondok. Si’99 dan temen-temennya baru mengetahui kondisi
pesantren setelah di kisahkan oleh pimpinan pondok pasca kepulangan sang
komandan.
Mereka merasa bertemu
dengan keajaiban yang luar biasa. Speechless dan terhenyak beberapa
saat mengetahui bahwa bantuan itu datang di waktu yang sangat tepat. Kejadian
ini benar-benar membuat mereka semakin yakin dan bersemangat untuk terus menyerukan
kebaikan pada siapapun, dimanapun dan kapanpun. Mereka semakin yakin pondok
pesantren ini akan semakin kokoh ke depan bersamaan dengan semakin banyaknya
insan-insan yang tergerak untuk berbagi dan peduli. Mereka semakin yakin akan
hubungan kuat antara keimanan dengan perolehan rezeki seseorang . Perjalanan
panjang sampai detik ini membuat mereka semakin banyak mendapati bukti bagaimana rezeki datang ke hidup
hamba-hamba-Nya.
F. Terjebak di ragam tanya..
Terbersit tanya adakah dosa bagi kita yang masih asik
dengan agenda sendiri sementara kita tidak peduli dan bahkan membiarkan
seseorang yang mau mengorbankan dirinya untuk mengurus yatim, piatu dan kaum dhuafa
yang berjumlah 500-an orang itu?. Ataukah “menjadi sebuah dosa” bermula ketika
kita mengetahui hal ini dan kemudian cuek dan tetap asik dengan agenda-agenda
yang hanya focus membahagaiakan pribadi atau keluarga sendiri?. Ataukah dengan terbacanya tulisan ini adalah
bagian dari cara Tuhan menyampaikan pesan bijak
bahwa anda terpilih menjadi barisan yang akan diberi kemampuan berbagi
dan mengambil sebagian tanggung jawab?. Ataukah sampainya kabar ini
kehadapan anda menjadi tiket meraih kesuksesan dan kebahagiaan yang lebih
luas bila anda kemudian meresponnya
secara bijak?. Wallahu a’lam, sebab
penulis pun sedang mencari hikmah mengapa kabar tentang pesantren ini datang ke
kehidupan penulis. Penulis pun berharap lewat penyajian kisah ini akan bertemu hikmah
yang akan membawa pada satu kebahagiaan dan keselamatan hidup di dunia dan
akhirat.
Satu hal yang menjadi catatan dari kebiasaan sang
pimpinan pondok pesantren tersebut, beliau tidak pernah mau meminta pertolongan
pada siapapun kecuali pada Allah SWT. Beliau selalu menolak kalau diminta
membuat proposal atas adanya harapan bernada bantuan. Hal itu beliau lakukan
berulang-ulang tiap kali ada pihak-pihak yang menyarankan. Beliau hanya katakan,”
biarlah Allah SWT yang menuntun hamba-Nya untuk melihat pesantren ini adalah
sebuah peluang kebaikan. Biarlah Hidayah Allah SWT yang akan menggerakkan
langkah orang-orang terpilih untuk menjadi bagian yang akan mendukung jalannya
pesantren ini”. Sebuah sikap
tawaddu’ yang luar biasa. Sebuah keyakinan tidak tergoyahkan tentang kasih
sayang Allah atas hamba-Nya.
Adakah katauladanan dalam sikap-sikap yang cenderung jauh
dari jangkauan rasionalitas semacam ini?. Jika kita tidak menemukannya, apakah
berjalannya pesantren sampai detik ini sebagai bukti nyata tentang kekuasaan
Allah yang masih mau disangkal?. Pernahkah terfikirkan apa yang bisa mereka bisa nikmati di makan
malam dimana saat yang sama anda sedang asik bersama keluarga merayakan ulang
tahun atau ragam keberhasilan lainnya di sebuah restoran atau cafe yang mahal?.
Terfikirkankah mengalihkan kunjungan refreshing anda dari tempat-tempat
wisata ke pondok pesantren ini dalam tema wisata rohani?. Mungkin
pertanyaan-pertanyaan diatas layak menjadi bahan perenungan dan atau bahkan
momentum mengikis ke-egoisan dan atau mempertebal kepedulian.
Mungkin, dalam rangka menumbuhkembangkan kepedulian, bukanlah sesuatu yang buruk membayangkan andai saja Allah SWT
mencabut segala ni’mat yang masih bisa kita nikmati sampai detik ini. Sebab, penghapusan
ni’mat mungkin saja terjadi bilamana
manusia lupa mensyukuri atas segala kemudahan yang diberikan Allah SWT ke dalam
hidupnya. Juga bukanlah sesuatu yang dilarang melakukan perenungan atas setiap
hal-hal yang baik maupun kurang baik datang ke hidup kita. Sebab melakukan auto
koreksi (muhasabah) adalah muasal lahirnya kemauan untuk berbuat lebih baik di
waktu berikutnya. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Posting Komentar
.