MERUBAH KEADAAN DENGAN MEMBANGUN
KETAULADAN MELALUI OPTIMALISASI PENDIDIKAN
Disampaikan pada : Munas FKKMI (Forum Komunikasi Koperasi Mahasiswa Indonesia) di Baturraden Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia 14-17 Agustus 2014
A. Permulaan bernada kontemplasi
Dalam kalender nasional, Indonesia mendefenisikan setiap
tahunnya di tanggal 12 Juli sebagai hari koperasi, Tiap kali hari itu datang,
tiap kali di gelar ragam acara berskala nasional. Hal ini tak didapat pada
jenis usaha yang lain seperti PT (Perseroan Terbatas) , UD (usaha dagang) , CV
dan lain sebagainya. Kita tidak mengenal hari CV atau hari PT se-Indonesia. Hal
ini merupakan pertegasan bahwa negara masih meyakini, mengakui dan mengharapkan
koperasi sebagai lembaga ekonomi bisa
tumbuh, berkembang dan memainkan peran strategis dalam percaturan ekonomi
nasional.
Ditinjau dari nalar konsepsi koperasi, harapan semacam
itu sangat beralasan. Konsepsi koperasi yang fokus pada pembangunan manusia
(baca :anggota) dan dalam operasionalnya menjalankan perusahaan yang mereka
miliki bersama dan kendalikan secara dmokratis sebagai alat untuk
memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi, sosial dan anggotanya, memungkinkan
koperasi menjelma sebagai institusi pemberdayaan ekonomi rakyat.
Ironisnya, fakta lapangan menunjukkan bahwa masih sedikit
koperasi yang tergolong benar-benar maju. Secara agregat pun demikian, koperasi
belum bisa memainkan peran signifikan dalam percaturan ekonomi nasional. Kalau
kemudian ada beberapa koperasi yang besar, itu pun masih banyak yang belum
dikelola sesuai konsepsinya. Mereka berbaju koperasi tetapi berpraktek layaknya
kapitalis sehingga peran pemberdayaan belum terlihat nyata dan bahkan rentan
terhadap keruntuhan karena iklim organisasinya yang belum mengakar. Akibatnya,
organisasi dan perusahaan koperasi berjarak dengan keseharian
anggotanya. Demikian halnya ragam fasilitasi dan stimulan yang digelontorkan pemerintah
juga belum menunjukkan tingkat efektivitas sebagaimana yang dicita-citakan. Apa
yang salah sebenarnya?.
B. Pendidikan Sebagai Senjata Ampuh
Koperasi adalah kumpulan orang yang berasal dari berbagai
latar belakang sejarah hidup, status sosial, gender, agama, profesi, tingkat
ekonomi dan lain sebagainya. Dikeberagaman tersebut, dalam proses membangun
kualitas kebersamaannya (baca : kolektivitas), keseharian koperasi senantiasa
mengagungkan nilai kesamaan kedudukan (baca: equality) dimana setiap insan
berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah.
Mempersatukan ragam aspirasi dan kebutuhan dari sebuah
kumpulan orang dengan ragam karakter bukanlah pekerjaan mudah. Sebab, untuk
mewujudkan kondisi ideal semacam itu memerlukan
kesamaan persepsi, rasionalitas ekpektasi, kemauan semua unsur mengambil peran
proporsional dalam mewujudkan apa yang didefenisikan sebagai tujuan bersama , kayakinan
yang cukup dari setiap unsur organisasi akan keterjawaban aspirasi dan
kebutuhannya dari apa-apa yang dijalankan organisasi dan perusahaan koperasi
dan kedewasaan setiap orang untuk menilik setiap capaian adalah sebagai sebuah
kinerja kolektif.
Untuk itu, koperasi memerlukan satu alat yang disebut pendidikan.
Pendidikan yang dimaksud adalah upaya serius dalam meningkatkan
kapasitas anggotanya sehingga memiliki pemahaman yang cukup tentang apa,
mengapa dan bagaimana seharusnya berkoperasi. Dalam pemaknaan lebih luas,
pendidikan ini tidak hanya alat untuk menyamakan persepsi tentang koperasi,
tetapi sebagai alat untuk membentuk tindakan-tindakan yang berpihak berupa
kesadaran untuk mengambil tanggungjawab ikut membesarkan organisasi dan
perusahaan koperasi. Kaitannya dengan maksud tersebut, efektivitas materi,
metode dan media pendidikan menjadi kunci terbentuknya apa yang didebut sebagai
“peningkatan
kapasitas insan koperasi”. Sebagai catatan penting, aspirasi yang cerdas
hanya lahir dari manusia yang memiliki kapasitas. Oleh karena itu,
penyelenggaraan pendidikan secara terus menerus sebagai media pencerdasan buka
hanya sebagai kewajiban, tetapi adalah sebuah kebutuhan ketika tumbuh
dan berkembang adalah sesuatu yang diinginkan.
C. Moralitas Untuk Membangun Ketauladan
Koperasi Mahasiswa (Kopma) yang secara kesejaharahan
lahir dari sebuah kampus yang dikenal dan diyakini sebagai “gudang ilmu”, tentu
memiliki tanggungjawab besar atas realitas kurang menggembirakan dari koperasi
di negeri ini. Kopma yang dihuni oleh kaum intelektual muda seharusnya
mengambil inisiatif sadar untuk membentuk keberdayaan koperasi di negeri ini.
Kebaikan-kebaikan yang ada didalam konsepsi koperasi merupakan satu
pembenar untuk mendefenisikan “mengambil inisiatif” adalah sebuah
kewajiban moral. Untuk itu, kopma harus bergerak dan hal ini akan efektif
apabila dimulai dari kopma itu sendiri. Sebab, dalam banyak sejarah, ketauladanan
adalah media edukasi dan motivasi yang paling ampuh. Semua menyadari bahwa
membangun ketauladanan memerlukan energi dan waktu yang tidak sedikit, akan
tetapi bagi mereka yang memiliki kesungguhan, ketulusan dan idealisme yang
terjaga tidak akan pernah kehabisan energi terus bergerak sampai keadaan yang
lebih baik mewujud.
Kopma harus membangun katauladan yang akan mengoreksi
apresiasi masyarakat yang minor terhadap koperasi, baik efek dari realitas mayoritas koperasi yang
tidak berkembang maupun akibat terkuaknya berbagai praktek sesat berbaju
koperasi yang menyedot dana masyarakat yang berujung dengan kemacetan. Lewat
ketauladanan berkarya, kopma juga harus membangun keyakinan baru bagi
masyarakat bahwa ketika koperasi berjalan sesuai dengan konsepsinya akan
terbentuk kemanfaatan-kemanfaatan yang mempertinggi nilai dan kemartabatan
hidup.
Pertanyaan menariknya adalah : apakah para pejuang Kopma melihat realitas koperasi saat ini adalah
sebuah tantangan yang harus dijawab?. Ataukah pejuang kopma memilih diam
sekaligus menegaskan diri sebagai manusia egois dan bahkan pecundang?. Ini
memang persoalan pilihan saja, tetapi saat diam menjadi pilihan maka disaat
yang sama status aktivis seharusnya ditanggalkan dalam kedirian anda. Sebab,
aktivis adalah orang yang mengikhlaskan
dirinya untuk mengambil inisiatif dan tangggungjawab menyelesaikan segala
persoalan disekitarnya dan sekaligus men-drive perubahan-perubahan yang membuat dunia lebih berpengharapan.
D. Memantik Penyusunan Sistem Pendidikan Koperasi
Sebagaimana disebutkan pada salah satu sub bahasan
sebelumnya bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh dalam membangun
koperasi, baik kapasitas organisasnya maupun perusahaannya. Nalarnya sederhana,
pendidikan akan membentuk persepsi yang sama dan selanjutnya berefek pada
keterbentukan perilaku-perilaku berpihak terhadap koperasi sehingga terjadi
akselerasi pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu, perlu dibentuk sistem pendidikan koperasi yang komprehensif
dan memiliki efektivitas terhadap kemajuan koperasi.
E. Penutup
Nalar konsepsi menunjukkan rasionalitas bahwa koperasi layak diharapkan sebagai pelaku ekonomi penting dinegeri ini. Oleh karena itu, mengingat bahwa koperasi adalah kumpulan orang maka muasal membangun kedigdayaan koperasi dalam tingkatan praktek selayaknya dimulai dengan pembangunan orang melalui media pendidikan dengan berbagai ragam metode. Pendidikan efektif akan berpengaruh pada kualitas aspirasi dan pada akhirnya akan berefek pada percepatan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan koperasi. Artinya, kala "ragam manfaat" menjadi satu keinginan kuat, maka hal ini harus diawali dengan proses mencerdaskan segenap insan-insan yang terlibat di dalamnya.
Demikian tulisan ini dibuat sebagai pengantar dalam penyusunan sistem pendidikan koperasi. Semoga ketersusunan sistem pendidikan koperasi yang diikuti dengan kemauan semua kopma untuk mengawal imlementasinya dan melakukan perbaikan secara terus menerus demi kualitas output yang lebih baik, maka peluang kopma mengoreksi apresiasi masyarakat terhadap koperasi dan sekaligus menumbuhkembangkan gairah masyarakat untuk berkoperasi akan semakin terbuka lebar. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
.