Jumat, 15 Agustus 2014

MERUBAH KEADAAN DENGAN MEMBANGUN KETAULADAN MELALUI OPTIMALISASI PENDIDIKAN



MERUBAH KEADAAN DENGAN MEMBANGUN 
KETAULADAN MELALUI OPTIMALISASI PENDIDIKAN


Disampaikan pada : Munas FKKMI (Forum Komunikasi Koperasi Mahasiswa Indonesia) di Baturraden Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia 14-17 Agustus 2014

   

A.  Permulaan bernada kontemplasi

Dalam kalender nasional, Indonesia mendefenisikan setiap tahunnya di tanggal 12 Juli sebagai hari koperasi, Tiap kali hari itu datang, tiap kali di gelar ragam acara berskala nasional. Hal ini tak didapat pada jenis usaha yang lain seperti PT (Perseroan Terbatas) , UD (usaha dagang) , CV dan lain sebagainya. Kita tidak mengenal hari CV atau hari PT se-Indonesia. Hal ini merupakan pertegasan bahwa negara masih meyakini, mengakui dan mengharapkan koperasi sebagai lembaga ekonomi  bisa tumbuh, berkembang dan memainkan peran strategis dalam percaturan ekonomi nasional.  

Ditinjau dari nalar konsepsi koperasi, harapan semacam itu sangat beralasan. Konsepsi koperasi yang fokus pada pembangunan manusia (baca :anggota) dan dalam operasionalnya menjalankan perusahaan yang mereka miliki bersama dan kendalikan secara dmokratis sebagai alat untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi, sosial dan anggotanya, memungkinkan koperasi menjelma sebagai institusi pemberdayaan ekonomi rakyat. 

Ironisnya, fakta lapangan menunjukkan bahwa masih sedikit koperasi yang tergolong benar-benar maju. Secara agregat pun demikian, koperasi belum bisa memainkan peran signifikan dalam percaturan ekonomi nasional. Kalau kemudian ada beberapa koperasi yang besar, itu pun masih banyak yang belum dikelola sesuai konsepsinya. Mereka berbaju koperasi tetapi berpraktek layaknya kapitalis sehingga peran pemberdayaan belum terlihat nyata dan bahkan rentan terhadap keruntuhan karena iklim organisasinya yang belum mengakar. Akibatnya, organisasi dan perusahaan koperasi berjarak dengan keseharian anggotanya. Demikian halnya ragam fasilitasi dan stimulan yang digelontorkan pemerintah juga belum menunjukkan tingkat efektivitas sebagaimana yang dicita-citakan. Apa yang salah sebenarnya?.

Kalau koperasi dikenal mengusung nilai-nilai kerjasama dan kegotongroyongan, bukankah itu ciri budaya bangsa Indonesia?. Mengapa justru negara-negara yang dikenal kapitalis dan masyarakatnya individualis tampaknya lebih mampu meng-intrepretasikan konsepsi koperasi ke dalam dataran operasional?. Mencari siapa yang salah bukanlah pilihan bijak karena hal tersebut tidak merubah keadaan apapun.  Akan tetapi, yang dibutuhkan adalah  mengurai akar permasalahan, menyusun solusi konstruktif dan menindiaklanjuti kedalam implementasi yang tersistematis dan terukur.  Satu hal yang menjadi catatan penting bahwa menumbuhkembangkan koperasi tidak bisa dilakukan secara instan, tetapi harus melalui tahapan-tahapan berkelanjutan. Sebab, nalar pertumbuhan koperasi bermula dari keterbangunan kualitas manusia didalamnya dan pertumbuhan perusahaan koperasi dibaca sebagai imbas dari keterbangunan gairah segenap unsur organisasinya untuk menyatukan potensi dan kepentingannya.


B.  Pendidikan Sebagai Senjata Ampuh
Koperasi adalah kumpulan orang yang berasal dari berbagai latar belakang sejarah hidup, status sosial, gender, agama, profesi, tingkat ekonomi dan lain sebagainya. Dikeberagaman tersebut, dalam proses membangun kualitas kebersamaannya (baca : kolektivitas), keseharian koperasi senantiasa mengagungkan nilai kesamaan kedudukan (baca: equality) dimana setiap insan berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah.

Mempersatukan ragam aspirasi dan kebutuhan dari sebuah kumpulan orang dengan ragam karakter bukanlah pekerjaan mudah. Sebab, untuk mewujudkan kondisi ideal semacam itu  memerlukan kesamaan persepsi, rasionalitas ekpektasi, kemauan semua unsur mengambil peran proporsional dalam mewujudkan apa yang didefenisikan sebagai tujuan bersama , kayakinan yang cukup dari setiap unsur organisasi akan keterjawaban aspirasi dan kebutuhannya dari apa-apa yang dijalankan organisasi dan perusahaan koperasi dan kedewasaan setiap orang untuk menilik setiap capaian adalah sebagai sebuah kinerja kolektif.

Untuk itu, koperasi memerlukan satu alat yang disebut pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah upaya serius dalam meningkatkan kapasitas anggotanya sehingga memiliki pemahaman yang cukup tentang apa, mengapa dan bagaimana seharusnya berkoperasi. Dalam pemaknaan lebih luas, pendidikan ini tidak hanya alat untuk menyamakan persepsi tentang koperasi, tetapi sebagai alat untuk membentuk tindakan-tindakan yang berpihak berupa kesadaran untuk mengambil tanggungjawab ikut membesarkan organisasi dan perusahaan koperasi. Kaitannya dengan maksud tersebut, efektivitas materi, metode dan media pendidikan menjadi kunci terbentuknya apa yang didebut sebagai “peningkatan kapasitas insan koperasi”. Sebagai catatan penting, aspirasi yang cerdas hanya lahir dari manusia yang memiliki kapasitas. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan secara terus menerus sebagai media pencerdasan buka hanya sebagai kewajiban, tetapi adalah sebuah kebutuhan ketika tumbuh dan berkembang adalah sesuatu yang diinginkan.    


C. Moralitas Untuk Membangun Ketauladan
Koperasi Mahasiswa (Kopma) yang secara kesejaharahan lahir dari sebuah kampus yang dikenal dan diyakini sebagai “gudang ilmu”, tentu memiliki tanggungjawab besar atas realitas kurang menggembirakan dari koperasi di negeri ini. Kopma yang dihuni oleh kaum intelektual muda seharusnya mengambil inisiatif sadar untuk membentuk keberdayaan koperasi di negeri ini. Kebaikan-kebaikan yang ada didalam konsepsi koperasi merupakan satu pembenar untuk mendefenisikan “mengambil inisiatif” adalah sebuah kewajiban moral. Untuk itu, kopma harus bergerak dan hal ini akan efektif apabila dimulai dari kopma itu sendiri. Sebab, dalam banyak sejarah, ketauladanan adalah media edukasi dan motivasi yang paling ampuh. Semua menyadari bahwa membangun ketauladanan memerlukan energi dan waktu yang tidak sedikit, akan tetapi bagi mereka yang memiliki kesungguhan, ketulusan dan idealisme yang terjaga tidak akan pernah kehabisan energi terus bergerak sampai keadaan yang lebih baik mewujud.

Kopma harus membangun katauladan yang akan mengoreksi apresiasi masyarakat yang minor terhadap koperasi, baik  efek dari realitas mayoritas koperasi yang tidak berkembang maupun akibat terkuaknya berbagai praktek sesat berbaju koperasi yang menyedot dana masyarakat yang berujung dengan kemacetan. Lewat ketauladanan berkarya, kopma juga harus membangun keyakinan baru bagi masyarakat bahwa ketika koperasi berjalan sesuai dengan konsepsinya akan terbentuk kemanfaatan-kemanfaatan yang mempertinggi nilai dan kemartabatan hidup.

Pertanyaan menariknya adalah : apakah para pejuang Kopma melihat realitas koperasi saat ini adalah sebuah tantangan yang harus dijawab?. Ataukah pejuang kopma memilih diam sekaligus menegaskan diri sebagai manusia egois dan bahkan pecundang?. Ini memang persoalan pilihan saja, tetapi saat diam menjadi pilihan maka disaat yang sama status aktivis seharusnya ditanggalkan dalam kedirian anda. Sebab, aktivis adalah orang  yang mengikhlaskan dirinya untuk mengambil inisiatif dan tangggungjawab menyelesaikan segala persoalan disekitarnya dan sekaligus men-drive perubahan-perubahan yang  membuat dunia lebih berpengharapan. 

D. Memantik Penyusunan Sistem Pendidikan Koperasi
Sebagaimana disebutkan pada salah satu sub bahasan sebelumnya bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh dalam membangun koperasi, baik kapasitas organisasnya maupun perusahaannya. Nalarnya sederhana, pendidikan akan membentuk persepsi yang sama dan selanjutnya berefek pada keterbentukan perilaku-perilaku berpihak terhadap koperasi sehingga terjadi akselerasi pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu, perlu dibentuk  sistem pendidikan koperasi yang komprehensif dan memiliki efektivitas terhadap kemajuan koperasi.   

Sebagai pemantik awal, ada 2 (dua) kelompok yang harus dicerdaskan, yaitu; (i) kelompok mayoritas  yaitu anggota dan ; (ii) kelompok minoritas yaitu para pejuang koperasi yang biasa dikelompokkan dalam istilah kader. 2 (dua) kelompok ini merupakan satu kesatuan dalam pembangunan koperasi, akan tetapi memerlukan pendekatan berbeda dalam hal materi dan metode edukasinya dikarenakan peran masing-masing kelompok tersebut berbeda di keseharian koperasi. Untuk mempermudah dalam penyusunan detail dari sistem pendidikan perkoperasian, berikut disajikan alur logika dalam bentuk bahasa diagram :  

  
  
E.  Penutup
Nalar konsepsi menunjukkan rasionalitas bahwa koperasi layak diharapkan sebagai pelaku ekonomi penting dinegeri ini. Oleh karena itu, mengingat bahwa koperasi adalah kumpulan orang maka muasal membangun kedigdayaan koperasi dalam tingkatan praktek selayaknya dimulai dengan pembangunan orang melalui media pendidikan dengan berbagai ragam metode. Pendidikan efektif akan berpengaruh pada kualitas aspirasi dan pada akhirnya akan berefek pada percepatan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan koperasi. Artinya, kala "ragam manfaat" menjadi satu keinginan kuat, maka hal ini harus diawali dengan proses mencerdaskan segenap insan-insan yang terlibat di dalamnya. 

Demikian tulisan ini dibuat sebagai pengantar dalam penyusunan sistem pendidikan koperasi. Semoga ketersusunan sistem pendidikan koperasi yang diikuti dengan kemauan semua kopma untuk mengawal imlementasinya dan melakukan perbaikan secara terus menerus demi kualitas output yang lebih baik, maka peluang kopma mengoreksi apresiasi masyarakat terhadap koperasi dan sekaligus menumbuhkembangkan gairah masyarakat untuk berkoperasi akan semakin terbuka lebar. Amin.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.