MEMBANGUN USAHA BERMODALKAN
“MINDSET KEMANDIRIAN KOLEKTIF”
disampaikan pada acara "Peningkatan Kompetensi SDM Petani", dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP4K), Kab.Sumedang, Propinsi Jawa Barat, 19 Agustus 2014
A. Pendahuluan
Hidup tidak lepas dari ragam
kebutuhan yang harus terpenuhi. Ada 2 (dua) catatan penting dalam kalimat
tersebut; (i) ragam kebutuhan dan; (ii) harus terpenuhi. Dalam konteks “keragaman”
sesungguhnya berawal dari “persepsi dan keinginan”. Mereka yang mampu
mengendalikan keinginan, maka akan memiliki ragam kebutuhan yang lebih
terkendali ketimbang mereka yang membiarkan dirinya dikuasai ingin. Dalam
kontek “keterpenuham”, tentu diperlukan upaya yang keras dan cerdas, sehingga
terbentuk produktivitas yang tidak hanya memenuhi kebutuhan makan hari ini
saja,
tetapi juga berpeluang untuk melakukan “saving” bagi kepentingan
masa depan, seperti investasi, pendidikan, tempat tinggal, kendaraan dan lain sebagainya.
Untuk bisa mewujudkan kemuliaan “profesi
mulia” itu, maka diperlukan keyakinan yang cukup dan cara
yang cerdas sehingga melahirkan multiplier efect (berbagai efek positif) bagi kehidupan sang wirausahawan dan
juga masyarakat. Hebatnya lagi, kemudliaan profesi wirausahawan bukan saja
sebatas kajian horizontal, sebab dengan terbentuknya multiplier efect tersebut
maka kemuliaan dipandangan Tuhan juga ikut meningkat seiring dengan meluasnya
kebermaknaan diri bagi manusia lainnya melalui tumbuhkembangnya usaha yang
dijalankan.
Oleh karena itu, niatkanlah
berwirausaha tidak sebatas aktivitas mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya,
tetapi juga bagian dari upaya mempertinggi nilai diri dihadapan Sang Pencipta.
Dengan demikian, tanpa disadari peningkatan produktivitas akan sangat
dipengaruhi oleh keinginan sang wirausahawan membahagiakan orang diluar
dirinya. Nalarnya sederhana, bila seorang wirausahawan berfikir untuk bisa
menghidupi lebih banyak orang, maka semangatnya juga otomatis dan energinya
akan berlipat dalam mewujudkannya.
B. Keyakinan sebagai muasal
kehidupan
Bayangkan bila saja anak bayi yang
belajar berdiri berhenti untuk belajar karena terjatuh beberapa kali, maka akan
banyak bayi akan lumpuh disepanjang hidupnya. Tetapi keyakinan dan semangat
untuk bisa, kemauan untuk terus mencoba dan belajar dari setiap kesalahan
sebelumnya, telah menjadi tiket untuk bisa berjalan dan bahkan berlari kencang.
Demikian juga halnya dalam merintis sebuah usaha diperlukan keterjagaan
keyakinan dan semangat. Keyakinan bahwa hari esok adalah harapan, beragam
kebelum-berhasilan dipandang tiket untuk meraih kesuksesan besar, keberhasilan diyakini
akan
menghinggapi setiap niat baik yang terpelihara, adalah beberapa contoh kalimat
yang menandaskan keyakinan kuat dan semangat untuk terus berusaha dan terus
berusaha sampai keberhasilan benar-benar datang. Untuk itu, bunuh ragam Keraguan dan kekhawatrian
serta persepsikan berbagai hambatan dan rintangan sebagai tantangan atau sumber
energi untuk terus melangkah.
Alinea diatas menandaskan perlunya
menjadikan “keyakinan dan semangat” sebagai sumber inspirasi dan sekaligus
sebagai sumber energi untuk terus
melangkah. Dalam banyak kejadian, sebagian
para wirausahawan memilih berhenti dan atau berbalik arah di tahapan tertentu.
Hal ini dilakukan karena kaykinan dan semangatnya pudar saat keberhasilan belum
tiba di hidupnya. Ironisnya, hal sama dilakukan di pilihan barunya yaitu
berhenti sebelum menuai sukses. Akibatnya, hanya “kumpulan kegagalan” yang
mewarnai sepanjang hidupnya. Bayangkan bila dilangkah ke – 99 anda berhenti,
padahal keberhasilan ada dilangkah ke-100. Bukankah anda akan memulai lagi dari
angka 1 untuk pilihan berikutnya?. Untuk itu, keyakinan dan semangat harus
diwujudkan menjadi “satu fokus”, sehingga akan melahirkan banyak faktor pendukung
dari apa-apa yang sedang diseriusi.
Demikian pula ketika dikaitkan dengan
tinjauan vertikal, sesungguhnya segala upaya serius, ketekunan dan kesabaran
adalah tiket pantas untuk di karuniai sebuah keberhasilan. Dengan kata
lain, keberhasilan adalah hadiah kepada mereka yang tekun dan
sabar dalam mentahapi setiap proses.
C. Berkelompok Adalah Sumber Lipatan
Energi
Dalam ber-usaha, berkelompok
merupakan salah satu cara memperkuat diri dan juga bisa menjadi sumber lipatan semangat
dan energi. Berkumpulnya orang-orang dengan berbagai karakter dan potensi
merupakan peluang untuk saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain. Dalam
bahasa kebersamaan, mungkin saja pada anda terdapat ketidakmampuan dalam hal
tertentu, akan tetapi bisa jadi kemampuan itu ternyata ada pada anggota lain
dalam satu kelompok. Dengan demikian, berkat berkelompok menyebabkan tertemukannya solusi yang lebih tepat dan
cepat atas sebuah persoalan.
Untuk mengefektifkan “sebuah
kelompok” maka diperlukan agenda “duduk bersama” dengan beberapa target yang
antara lain dijelaskan berikut ini:
1.
Terbentuknya pemahaman yang sama tentang kelompok dan
tujuan yang akan dicapai.
2.
Teridentifikasinya potensi dan ragam masalah. Hal ini
sebegai referensi untuk merumuskan langkah-langkah kolektif yang akan
dilakukan kelompok.
3.
Tersusunnnya tujuan dan program yang mendasarkan pada
kepentingan mayoritas dari anggota kelompok.
4.
Terdistribusinya peran proporsonal dari setiap individu
dalam mensukseskan apa yang menjadi tujuan bersama.
5.
Sinkronnya antara apa yang dikerjakan kelompok dengan apa
yang dikerjakan oleh pribadi-pribadi kelompok. Artinya, segala aktivitas yang
dijalankan oleh kelompok tidak kemudian meniadakan apa-apa yang telah dikerjakan
anggota secara pribadi. Hal ini menjadi penting, sehingga apa-apa yang
dikerjakan kelompok merupakan seseuatu yang memang tidak mungkin bisa dilakukan
oleh anggota.
Dengan demikian, akan terbentuk satu sinergitas dimana keberadaan
kelompok akan mempercepat atau membantu seluruh anggota dalam mewujudkan
tujuan-tujuan pribadinya. Disamping itu, akan terbentuk pula keyakinan bersama
bahwa berkelompok merupakan sebuah kebutuhan karena perannya yang nyata dan
bisa dirasakan setiap anggota kelompok.
D. “Berbagi” Sebagai Kunci Sukses Berkelompok
Berkelompok itu bermakna
tersatukannya berbagai ragam karakter sehingga diperlukan kepiawaian dalam
menterjemahkan perbedaan kedalam pemaknaan yang bijaksana. Sebagai catatan, hakekat
berkelompok adalah membangun ke-kita-an. Artinya, “perasaan satu” harus hadir
dan dijiwai oleh setiap anggota kelompok sehingga terbentuk kerjasama produktif
yang akan melahirkan nilai tambah berupa ragam manfaat.
Untuk itu, didalam mencapai
tujuannnya, sebuah kelompok harus membentuk konsep “berbagi”. “Berbagi” yang dimaksud tidak hanya tentang “hasil
akhir dari sebuah perjuangan”, tetapi juga “berbagi tugas dan tanggungjawab”
dalam mewujudkan apa-apa yang menjadi tujuan atau cita-cita bersama. Dengan
demikian, bahu membahu yang terus berlangsung akan menghindari “rasa
ketidakadilan” di antara sesama anggota kelompok. Banyak kelompok
akhirnya “bubar” karena tidak mampu mengaplikasikan “konsep berbagi” yang
proporsional dan berkeadilan. Mereka terjebak pada konflik kepentingan yang tak
kunjung berakhir dikarenakan setiap orang ngotot dengan apa yang menjadi
keinginannya. Oleh karena itu, kebijaksanaan setiap orang diperlukan agar
“berbagi” dapat terbentuk dan melahirkan efektivitas dalam arti luas.
E. Mendeteksi Aktivitas Usaha
Berbasis Kelompok
Mengoptimalkan kelompok usaha
sebagai media untuk menguatkan para usahawan di lingkungan kelompok adalah
sebuah tantangan menarik sebab bisa saja anggota kelompok adalah para usahawan
bergerak disektor usaha yang sama. Dalam pembacaan sempit, hal ini bisa dibaca
sebagai sumber persaingan dan bahkan saling mematikan. Namun demikian, dalam
pembacaan luas, kondisi ini justru menjadi peluang untuk menggeser persaingan menjadi
kerjasama. Artinya, energi persaingan
beraroma saling mengalahkan diubah menjadi penyatuan energi untuk meningkatkan
kapasitas usaha masing-masing anggota kelompok.
Sebagai stimulan, berikut
disajikan beberapa contoh yang bisa dilakukan kelompok yang beranggotakan
pelaku usaha di sektor yang sama:
- Join Marketing (pemasaran bersama). Pemasaran bersama merupakan salah satu strategi membentuk efisiensi kolektif (efisiensi yang timbul akibat dari kebersamaan). Dengan join marketing, segenap anggota kelompok bisa mengalihkan energi memasarkan ke aktfitas produksi.
- Join Branding (branding bersama). Dengan penyatuan brand (baca: merk), maka aktivitas branding (strategi mempopulerkan merk dagang) dilakukan secara bersama-sama lewat pendelegasian kepada satu anggota kelompok atau mengangkat satu orang karyawan yang fokus pada aktivitas branding.
- Join Technology (teknologi bersama). Kemajuan teknologi telah membuat segala sesuatunya menjadi mudah. Sebuah pekerjaan yang sebelumnya dilakukan secara manual telah tergantikan oleh mesin-mesin produksi dengan hasil yang lebih baik. Mungkin, dikarenakan harga mesin produksi yang mahal begitu memberatkan bagi seorang pengusaha, tetapi akan menjadi mungkin diadakan ketika dilakukan urunan/patungan untuk membelinya.
- Join Buying (pembelian bersama). Join buying yang dimaksud dalam hal ini adalah pembelian bahan baku bersama. Pembelian bahan baku dalam partai kecil tentu berbeda harganya dengan pembelian bahan baku dalam skala besar. Dengan demikian, disamping terjadi efisiensi waktu, juga menjadikan biaya produksi menjadi lebih murah.
- Join packaging (packaging bersama). Packaging (baca: kemasan) adalah bagian dari strategi untuk mempertinggi nilai perhatian konsumen atas sebuah produk, sehingga peluang produk untuk di konsumsi calon konsumen menjadi lebih tinggi pula. Namun demikian, harga pembuatan format packaging dan pemesanannya juga sangat tergantung skala pemesanan. Artinya, pemesanan dalam skala besar akan lebih murah dibanding dengan skala kecil. Oleh karena itu, disamping bagian dari strategi pemasaran, join packaging juga menimbulkan efisiensi. Hal ini bisa diwujudkan bila seluruh anggota kelompok melakukan join packaging.
- dsb
Beberapa contoh aktivitas berbasis
kerjasama diatas memiliki satu “roh”, yaitu mempertinggi produktivitas
usha-usaha yang dijalankan oleh segenap anggota kelompok. Inilah hakekat
kerjasama, dimana berkelompok efektif menggerus persaingan dan sekaligus
memperkuat satu sama lain. Usaha yang dijalankan juga akan lebih kuat
pertahanannya dan juga lebih kencang pertumbuhannya.
F. Penutup
Berkelompok adalah upaya
mempersatukan ragam potensi. Terakumulasinya ragam potensi merupakan sumber
kekuatan, khususnya dalam membangun bargainning position. Dengan bargainning
position yang bagus akan meningkatkan nilai tawar dan juga
berpeluang terbentuknya efisiensi kolektif sehingga bisa
meningkatkan pendapatan riil anggota dan atau peningkatan daya saing usaha yang
dijalankan oleh anggota. Komunikasi dan keterbukaan merupakan modal penting
dalam meng-create ragam agenda yang muncul di keseharian kelompok.
Tatkala perasaan ke-kita-an
segenap anggota kelompok terbentuk, maka menjadi sangat mungkin untuk
menyelenggarakan aktivitas-aktivitas yang berorientasi pada peningkatan
produktifitas masing-masing anggota dalam arti luas. Hal semacam inilah yang
disebut dengan kemandirian kolektif, yaitu kemandirian dan keberdayaan yang
lahir dari penyatuan semangat, potensi dan energi.
Demikian tulisan sederhana ini,
semoga menjadi inspirasi dalam menumbuhkembangkan semangat untuk “berkelompok”,
khususnya dalam menumbuhkembangkan usaha.
Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Posting Komentar
.