GADIS MUNGIL AMAZING ITU BERNAMA “DISCA”
Diska, begitu panggilan akrab dari
gadis mungil bernama lengkap Rara
Naisila Adiska. Lahir di Desa Serayu
Larangan, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, tepatnya tanggal 26 April
2006 dari sepasang suami istri yang bernama Adi dan Iis, Diska dibesarkan di
lingkungan desa yang masih kental dengan tatakrama , kesantunan dan selalu
lekat dengan kegiatan bernuansa keagamaan. Bahkan penulis (yang kebetulan bukan
orang jawa) sering kebingungan sendiri saat Diska menggunakan bahasa jawa
halus di sela-sela pembicaraannya. Walau
terlahir sebagai anak tunggal, Diska tidak menunjukkan kemanjaan berlebihan
sebagaimana biasanya ditunjukkan anak tunggal lainnya. Gadis kecil ini memiliki
kemandirian diatas rata-rata seusianya.
Ragam kisah mengundang decak kagum
dari perjalanan hidup gadis mungil yang saat ini tercatat sebagai siswi kelas 02, SDN 01, di Desa Serayu Larangan,
Purbalingga, Propinsi Jawa Tengah.
Dalam urusan pelajaran sekolah pun ternyata Disca tidak kalah hebat, mulai kelas 1 (satu) sampai dengan kelas 2 (dua), Disca selalu berhasil masuk rangking 3 (tiga) besar dalam urusan nilai. Dalam urusan sekolah, ada catatan unik dari seorang Disca dimana beberapa bulan lalu pernah izin tidak berangkat sekolah selama 3 (tiga) minggu. Hal ini dikarenakan mbahnya Disca sedang sakit keras dan harus di rawat di Klaten. Disca ikut serta ibunya saat mendampingi Mbahnya selama di rawat di rumah sakit. Disca baru bisa mulai aktif lagi mengikuti proses pemelajaran di sekolah saat ujian semester tinggal beberapa hari. Berantakan kah nilai raport Diska di semester itu?. Ternyata tidak sama sekali. Bahkan Diska berhasil keluar sebagai juara II di semester tersebut. Amazing….Capaian ini pun memberi sinyal kuat bahwa Disca memang anak yang cerdas dan
Satu hal lagi dan ini sangat jarang didapati
pada anak seusianya, ternyata naluri kewirausahaan Disca sunggu luar
biasa. Keseharian Disca yang sering
menungguin ibunya sedang menjahit di rumah, membawa dia pada satu kreativitas
yang tidak jauh dari urusan jahit menjahit. Berawal dari kebiasaan memanfaatkan
potongan-potongan sisa bahan jahitan (baca: perca-perca) untuk bahan mainan,
Disca kemudian trampil dalam urusan membuat mainan dari perca-perca tersebut.
Tidak sampai disitu saja, kreativitas Disca berlanjut saat diam-diam, Disca
sering mampir ke warnet tanpa sepengetahuan ibunya. Disca berinisiatif
menahan
selera untuk tidak menggunakan uang saku hariannya untuk membeli mainan atau
jajanan di sekolah, tetapi dia manfaatkan untuk mampir ke warnet. Siapa nyana,
di warnet Disca sering minta bantuan operator untuk mencarikan contoh-contoh
design mainan atau lainnya yang menggunakan bahan baku perca-perca (sisa bahan baju jahitan).
Ups…sampailah Disca pada penemuan ragam design sederhana yang menggunakan bahan
panel. Ternyata tak berhenti sampai
disitu, Disca pun mengumpulkan uang saku
hariannya dan kemudian meminta ikut
saat ibunya sedang belanja bahan jahitan di toko. Gayung bersambut, mimpi kecilnya
langsung didukung sang ibu sesaat setelah mendengar penjelasan Disca asal
sejumlah uang yang dia titipkan ke ibunya adalah hasil dari mengumpulkan uang
saku hariannya. Mendapat dukungan penuh dari ibunya, Disca pun mulai beraksi
mewujudkan ide di kepalanya, yaitu membuat hiasan sebagaimana terekam di
ingatannya saat melihat di warnet. Setelah melalui berbagai tahapan
percobaan
yang dirangkainya sendiri, akhirnya Disca berhasil membuat satu hiasan
sederhana. Namun, karya kecil ini sungguh luar biasa untuk anak kecil
seusianya. Aksi seorang Disca tidak berhenti sampai disitu saja. Kekaguman
teman-teman sekelasnya terhadap karya yang dia buat menjadi sumber lompatan
semangat. Apalagi beberapa temennya pengen memiliki hasil karyanya. Otak
bisnisnya mulai muncul, Disca pun membandrol karyanya dengan harga Rp 500,oo.
Ternyata, yang berminat tidak hanya satu
dua orang temennnya, tetapi
temen-temen sekelas lainnya ikut-ikutan memesan karya Disca. Hal ini membuat
Disca menjadi lebih bersemangat. Hebatnya lagi, Disca kemudian melakukan diversifikasi produk sehingga lebih banyak
pilihan bagi yang berminat. Entah apa yang menginspirasi gadis belia ini,
diversifikasi produk yang dilakukan Disca diikuti pula dengan diversifikasi
harga. Sehingga, kalau semuala karya Disca di bandrol Rp 500,oo, setelah
melakukan diversifikasi produk harga menjadi bervariasi antara Rp 500,oo sampai
dengan Rp 2.500,oo. Dalam waktu yang
tidak terlalu lama, berita tentang karya
Disca menyebar ke kalangan kakak kelasnya dan sebagian ikutan pula memesan.
Singkat cerita, dalam urusan pemasaran produk, Disca mempunyai agen di beberapa
kelas yang berperan sebagai pengepul order. Sepertinya, insting gadis belia
yang baru kelas 2 (dua) ini tidak hanya terlatih dalam urusan produksi, tetapi
juga dalam hal pemasaran. Berita paling up
to date, produk Disca pun diminati oleh temen-temen pengajiannya di sore
hari. Bahkan suatu hari, saat Disca harus absen mengaji sebab harus mengikuti
kedua orang tuanya ke acara kumpulan keluarga di Purwokerto, sekejap Disca
berlari ke tempat pengajian untuk menitipkan barang dagangannya pada temen yang
sudah dia percaya. Dalam urusan harga, tanpa ada yang mengajari, Disca
memperbolehkan untuk membayar dengan sistem angsuran. Anak ini benar-benar
brilian…sangat brilian…un-believe it…amazing
Ada satu kisah yang benar-benar diluar dugaan orang dewasa sekalipun. Suatu saat, temen Disca yang bernama icha ingin beli buku gambar yang besar dan crayon yang akan di gunakan untuk ujian. Tetapi Icha tidak punya uang dan tidak berani meminta pada orang tuanya. Mendengar curhatan sahabatnya yang satu ini, Diska langsung berinisiatif menawarkan bantuan untuk membelikan buku gambar tersebut dan sekaligus meminjamkan crayon nya. Untuk meminjamkan crayon, icha langsung menerima dengan senang hati. Tetapi untuk dibelikan buku yang harganya kisaran Rp 5.000,oo Icha menolak karena tidak enak hati, apalagi harganya cukup besar untuk ukuran seusian mereka. Berhentikah Disca sampai disitu untuk mewujudkan niatnya?. Ternyata tidak. Diam-diam tanpa sepengetahuan Icha, Disca berlari ke toko dan membelikan buku gambar yang dibutuhkan Icha. Sesaat kemudian, Disca langsung meluncur ke rumah Icha dan menyerahkan buku gambarnya. Saat itu berlangsung, orang tua Icha kebetulan menyaksikan sendiri dan dengan mata berkaca Ibu Icha mengucapkan terima kasih dan memeluk Disca seketika. Sehari kemudian, orang tua Icha datang berkunjung ke rumah Disca dan kemudian menceritakan kebaikan Disca telah membelikan buku kepada Icha. Luar biasa..penulis cerita ini pun berkaca-kaca dan tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap jiwa sosial gadis mungil itu.
2 (dua) hari lalu, setelah mampir ke
warnet, Disca ter-ide untuk membuat produk baru berupa wadah tissue
. Dia lihat di toko sebelah rumahnya dijual dengan harga Rp 20.000,oo. Hebatnya
lagi, sebelum dia berkeputusan memproduksinya, Disca terlebih dahulu curhat
pada ibunya tentang rencannya membuat wadah tissue. Hal yang mengundang decak
kagum adalah pertanyaan yang dia lontarkan pada ibunya; “bu…kalau saya
buat wadah tissue harganya kan
mahal dan tidak mungkin dibeli temen-temen sekolah. di toko sebelah aja
harganya Rp 20.000,oo, ibu mau bantuin ngejualnya ndak?.”….waw, anak
ini rupanya sudah seperti pakar pemasaran.
Pola berfikir anak ini sudah sampai ke tahapan segmentasi pasar dan marketing
mix. Ini benar-benar amazing..anak ini benar-benar luar biasa…
Ini bukan tentang omzet penjualan,
tetapi tentang kreativitas alamiah yang lahir dari seorang gadis belia. Terbangun
kepenasaran bagaimana bakat luar biasa ini melekat pada anak yang baru kelas 2 (dua) SD. Secara
fisik dia memang tumbuh normal sebagaimana seusianya, tetapi secara pemikiran,
gagasan dan tindakan, anak lugu ini jauh melebihi usianya.
Posting Komentar
.