APLIKASI MANAJEMEN
RESIKO
DI LINGKUNGAN KOPERASI
MAHASISWA
A.
Pembuka
Dalam
hidup keseharian, sebenarnya segala sesuatu mengandung resiko. Kalau anda naik
sepeda motor maka resiko yang mungkin muncul adalah jatuh, ditabrak kendaraan
lain atau menabrak kendaraan lain. Kalau anda berlari, resiko yang mungkin
muncul adalah kaki pegel-pegel, lelah, nginjek duri dan lain sebagainya. Kalau
anda naik pesawat menuju suatu tempat juga ada kemungkinan terlibat dengan
resiko operasional pesawat itu , seperti jatuh atau tergelincir. Saat anda
memilih menjadi seorang pekerja juga berpeluang terhadap resiko pemecatan. Saat
anda memilih menjadi pengusaha/entrepreneur juga memiliki kemungkinan
berhadapan dengan resiko kegagalan dan bahkan kebangkrutan. Intinya, segala sesuatu
yang dilakukan sesungguhnya mengandung resiko. Hanya saja, resiko-resiko itu
menjadi kecil kemungkinan terjadi bila anda melakukan antisipasi sejak dini.
Setiap
organisasi menginginkan keadaan selalu seperti harapan dan mendambakan
kesuksesan dimana tujuan-tujuan yang didefenisikan dapat mewujud. Namun
demikian, satu detik dari di defenisikannya sebuah tujuan selalu mengandung
unsur ketidakpastian. Artinya, ketika asumsi dalam mendefenisikan tujuan
mengalami deviasi/penyimpangan, bersamaan dengan itu resiko kegagalan pun mulai
terbuka. Ketika resiko benar-benar terjadi, bukan saja tujuan yang tidak akan tercapai
tetapi bisa saja menimbulkan kerugian material dan atau kerugian im-material.
B. Menelaah manfaat manajemen resiko
Sebagaimana
dijelaskan diatas bahwa segala sesuatu
mengandung ketidakpastian yang didalamnya berpotensi mengandung resiko. Oleh
karena itu, manajemen resiko menjadi penting di konsep sehingga organisasi
lebih siap dalam menghadapi perubahan-perubahan asumsi dan situasi sehingga
diperoleh manfaat minimal sebagai berikut :
1.
Terbukanya peluang
perwujudan tujuan dan target yang sudah dirumuskan.
2.
Meminimalisir
kegagalan berkat ragam antisipasi dini yang terkonsep secara menyeluruh.
3.
Meningkatkan
produktivitas sebab aplikasi manajemen resiko mendorong terbentuknya efisiensi
dan efektivitas operasional.
4.
Terbentuknya
peningkatan apresiasi dan kenyamanan pihak eksternal untuk berinteraksi dan
membangun kerjasama saling menguntungkan (mutual partnership).
5.
dsb
C.
Tahap-Tahap Menyusun Konsep Manajemen Resiko
Konsep
manajemen resiko dipengaruhi oleh obyek atau aktivitas yang dijalankan oleh
sebuah organisasi atau perusahaan. Namun demikian, secara umum tahapan-tahapan yang
biasa dilakukan dalam menyusun konsep manajemen resiko dijelaskan sebagai
berikut :
1.
Identifikasi.
Pada tahap ini, dilakukan eksplorasi segala resiko yang mungkin muncul ketika
organisasi menjalani tahapan-tahapan memperjuangkan keterwujudan targetnya.
Untuk itu, semua kemunginan yang berpotensi menjadi faktor pengganggu di
inventarisir selengkap mungkin.
2.
Analisa.
Pada tahap ini, dilakukan telaah atau kajian mendalam terhadap hasil dari
inventarisasi potensi masalah, mulai
dari faktor atau keadaan yang menyebabkannya dan luas efek yang mungkin ditimbulkannya.
3.
Pengelolaan.
Pengelolaan resiko yang dimaksud dimulai dari tahap antisipasi sampai dengan menghadapi
saat resiko itu benar-benar terjadi. Kaitannya
dengan pengelolaan, berikut ini dijelaskan beberapa alternatif langkah yang
mungkin dilakukan dalam pengelolaan resiko, yaitu :
- Antisipasi. Hal ini merupakan bentuk pencegahan sehingga resiko terantisipasi sejak dini lewat berbagai langkah atau kebijakan. Untuk itu, detail perkembangan perjalanan organisasi perlu di rekam sehingga diperoleh data yang cukup dan valid dalam menyusun langkah antisipasi.
- Membiarkan di kadar tertentu. Ada resiko-resiko kecil dan tidak berpengaruh besar pada kelancaran operasional organisasi dalam mencapai tujuan besarnya. Oleh karena itu, fleksibilitas pada range tertentu justru bisa mendukung mulusnya langkah-langkah besar yang sedang dilakukan.
- Mengendalikan. Hal ini dipilih saat resiko sudah benar-benar terjadi, sehingga memerlukan respon cepat dan tepat sehingga terlokalisir dan tidak menimbulkan efek luas dan atau bahkan melumpuhkan organisasi atau perusahaan. Kaitannya dengan pengendalian resiko, sebelum menetapkan langkah, pertama kali yang harus di telaah adalah mana sebenarnya yang menjadi core problem and mana pula sebagai side effect. Core problem yang dimaksud adalah persoalan utama atau akar masalah dari ragam persoalan yang sedang berlangsung. Sedangkan side effect adalah akibat-akibat atau resiko-resiko yang muncul dari terjadinya persoalan utama. Setelah hal ini bisa diidentifikasi, maka fokus langkah pengendalian darahkan pada core problem sehingga energi lebih efisien dan efektif. Sementara itu, bila terjebak pada side effect dan kemudian tersedot energii pada hal itu, maka dipastikan persoalan utama nya tidak selesai dan bahkan bisa memunculkan efek-efek lain yang tidak diduga sebelumnya.
- Mengalihan resiko. Mengalihkan resiko adalah salah satu langkah dalam mengelola resiko itu sendiri. Fakta lapangan menunjukkan bahwa banyak organisasi atau perusahaan yang mengalihkan resiko yang mungkin terjadi. Misalnya dalam menangani resiko kecelakaan kerja, organisasi atau perusahaan meng-asuransikan segenap unsur oganisasinya. Hal sama juga sering dilakukan oleh perusahaan jasa pengapalan (shipping) sehingga mendatangkan kenyamanan bagi pengguna jasanya.
D.
Contoh Sederhana : “Manajemen Resiko
Koperasi Mahasiswa X”
Koperasi
mahasiswa atau Kopma adalah sebuah organisasi dan juga perusahaan yang ada di
lingkungan kampus. Kopma beranggotakan mahasiswa/I dan dalam pengelolaannya di serahkan
kepada perwakilan anggota yang kemudian biasa disebut sebagai
pengurus dan pengawas. Dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, pengurus
selaku eksekutif organisasi sering mengangkat karyawan/ti atau manajemen. Hal
ini biasanya dilakukan oleh kopma-kopma yang sudah mapan secara organisasi
maupun perusahaan. Pengangkatan manajamen atau karyawan/ti biasanya juga
dilatarbelakangi oleh keterbatasan waktu pengurus/pengawas
sehingga diperlukan SDM-SDM yang full time mengawal jalannya
operasionalisasi organisasi dan perusahaan.
Sebagai
organisasi dan juga perusahaan, tentu kopma mempunyai tujuan yang dalam perumusannya
me-referensi pada asumsi-asumsi yang disepakati oleh segenap stake
holders. Didalam proses pencapaiannya
tentu tidak lepas dari ketidakpastian-ketidakpastian yang tak jarang mengandung
resiko. Atas dasar itulah kemudian kopma perlu mengaplikasikan manajemen
resiko, sehingga meminimalisir deviasi (penyimpangan) kaitannya dengan
pencapaian tujuan; peningkatan produktivitas; penguatan kepercayaan/daya dukung
pihak eksternal dan lain
sebagainya.
Sebagai
illustrasi dan sekaligus stimulan awal,
berikut disajikan contoh sederhana tentang
manajemen resiko yang bisa diaplikasikan di lingkungan Kopma sebagaimana
berikut ini:
MANAJEMEN RESIKO
ORGANISASI DAN PERUSAHAAN
KOPMA “X”
Ketercapaian
tujuan organisasi tidak lepas dari kemampuan me-manage resiko yang mungkin
muncul dalam setiap tahapan kopma menjalankan ragam aksi menuju perwujudan visi
dan misi. Atas dasar itu, kemudian kopma mengaplikasikan manajemen resiko
dibawah tanggungjawab Pengurus dan dibantu segenap staff. Pengurus telah melakukan identifikasi, analisa
dan respon terhadap segala situasi dan kondisi yang dinilai berpengaruh pada
kelancaran, petumbuhan dan perkembangan kopma sebagaimana dijelaskan berikut
ini :
Resiko
Organisasi dan Kelembagaan
1. Stabilitas Keanggotaan
Kopma adalah koperasi yang beranggotakan insan-insan
berstatus mahasiswa. Singkatnya masa study mahasiswa merupakan persoalan yang
bisa menimbulkan resiko, khususnya persoalan keanggotaan dan kaitannya dengan stabilitas
keuangan kopma. Oleh karena itu, fasilitas otomatisasi keanggotaan yang masih
diterapkan oleh rektorat sampai saat
ini, disatu sisi merupakan jaminan stabilitas permodalan kopma. Namun demikian,
disisi lain hal ini mengandung resiko tinggi ketika rektorat mencabut kebijakan
ini. Untuk mengantisipasi resiko terburuk berupa “perubahan kebijakan
rektorat”, maka kopma melakukan antisipasi sebagai berikut :
- Membentuk permodalan permanen secara bertahap dan berkesinambungan dengan tidak membagikan SHU secara cash kepada anggota untuk 5 (lima) tahun ke depan, tetapi didistribusikan kepada masing-masing anggota tetap dilakukan dalam bentuk tabungan yang hanya bisa diambil 5 (lima tahun kemudian).
- Untuk mendukung hal tersebut, maka dalam 5 (lima) tahun ke depan diupayakan langkah-langkah intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi unit-unit layanan berbasis kebutuhan anggota. Dengan demikian, partisipasi transaksi kebutuhan anggota kian meningkat dan berimplikasi pada semakin cepatnya pertumbuhan akumulasi SHU.
- meningkatkan kuantitas dan kualitas komunikasi produktif dengan pihak rektorat kaitannya dengan stabilitas daya dukung terhadap langkah-langkah kopma.
- Sebagai tindak lanjut dari hal ini, maka dicanangkan tahun ke-6 dari sekarang, kopma akan menyelenggarakan keanggotaan sukarela yang tidak dibatasi oleh masa kuliah. Hal ini menjadi tahapan dalam melahirkan kemandirian dan otonomi kopma sebagai sebuah koperasi.
2. Kaderisasi
Singkatnya masa kepengurusan yang hanya satu tahun
mengandung persoalan kaitannya dengan keberlanjutan pembangunan dan stabilitas kopma.
Fakta menunjukkan bahwa hal ini sering sekali berpengaruh pada stabilitas kopma,
baik secara organisasi maupun secara
perusahaan. Untuk meminimalisir resiko-resiko yang muncul dari kondisi ini telah
diambil kebijakan strategis berupa perumusan dan aplikasi sitem kaderisasi kopma. Sistem
kaderisasi ini ditargetkan sebagai berikut; (i) menumbuhkembangkan loyalitas
anggota terhadap kopma; (ii) melahirkan kader-kader handal melalui aplikasi
kepengurusan berjenjang, sehingga kader yang terpilih menjadi pengurus atau
pengawas adalah insan-insan yang
memiliki rekam jejak yang baik, memiliki kompetensi, akseptabilitas dan elektabilitas tinggi.
3. Stabilitas Unit-Unit Layanan
Untuk menjaga stabilitas operasional dan pertumbuhan
unit-unit layanan kopma, maka operasionalisasi unit-unit layanan diserahkan
kepada manajemen tanpa mengurangi tanggungjawab pengurus selaku eksekutif
organisasi. Untuk meminimalisir over lapping dalam hal penugasan
dan kewenangan pengelolaan usaha, maka disusun konsep kerja yang menjelaskan garis
demarkasi tegas antara kewenangan pengurus dan manajemen.
Resiko Perusahaan Kopma
Selaku perusahaan yang hakekat keberadaannya adalah alat
untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan anggota, perusahaan kopma tidak lepas
dari resiko yang berpotensi mengganggu stabilitas operasional dan juga
kesejahteraan anggota. Oleh karena itu dilakukan langkah antisipasi terhadap kelancaran
atau kontinuitas pasokan bahan baku dengan membangun komitmen
jangka panjang dengan para suplier/pemasok. Disamping itu, munculnya para
pesaing disektor usaha yang juga diselenggarakan oleh kopma perllu diproteksi
lewat pembangunan loyalitas anggota untuk tetap mentransaksikan kebutuhannya di
unit-unit layanan kopma.
Demikian manajemen resiko yang diterapkan oleh pengurus kopma “X” sebagai bagian
dari upaya menumbuhkembangkan Kopma sehingga bernilai manfaat yang lebih luas
bagi seluruh anggotanya.
Contoh diatas adalah stimulan dan untuk kepentingan kopma bisa dikembangkan
sesuai dengan realitas kopma secara menyeluruh dengan tetap dilandasi komitmen untuk
meminimalisir resiko-resiko yang berpotensi merusak stabilitas dan atau
pencapaian tujuan-tujuan kopma
E. Penghujung
Manajemen Resiko adalah bagian penting dalam membentuk kewaspadaan
diseluruh unsur organisasi atas potensi gangguan yang mungkin muncul dalam
aktivitas rutin sebuah organisasi atau perusahaan, termasuk Kopma. Oleh karena
itu, manajemen resiko seharusnya menjadi alat control yang baik bagi setiap
unsur organisasi sehingga lahir semangat yang sama dalam meminimalisir hadirnya
faktor-faktor pengganggu saat kopma sedang konsentrasi membangun
keberdayaannya.
Posting Komentar
.