STATUS DINDA dan KONDISI EMPATI MASYARAKAT KEKINIAN.... | ARSAD CORNER

STATUS DINDA dan KONDISI EMPATI MASYARAKAT KEKINIAN....

Minggu, 20 April 20140 komentar

"Heboh Dinda, Perempuan yang Tak Berikan Duduk Ibu Hamil di Kereta Commuter Line, Foto-foto Parodinya Bermunculan", begitu judul salah satu tulisan di bintang.online . Ya..status dinda cukup menghebohkan dan mengundang reaksi dari banyak orang.  Status yang di inspirasi dari sebua susasa kereta Commuter Line. "Benci sama ibu-ibu hamil yang tiba-tiba minta duduk. Ya gue tahu lw hamil tapi plis dong berangkat pagi. Ke stasiun yang jauh sekalian biar dapat duduk, gue aja enggak hamil bela-belain berangkat pagi demi dapat tempat duduk. Dasar emang enggak mau susah.. ckckck.. nyusahin orang. kalau enggak mau susah enggak usah kerja bu di rumah saja. mentang-mentang hamil maunya dingertiin terus. Tapi sendirinya enggak mau usaha.. cape dehh #notetomyselfjgnnyusahinorg!!" demikian bunyi curahan hati Dinda dalam sebuah screenshot yang kini beredar luas di berbagai jejaring sosial dan dunia maya (https://id.celebrity.yahoo.com/news/heboh-dinda-perempuan-yang-tak-berikan-duduk-ibu-091603600.html)

Status ini memang hanya ekpresi perasaan pribadi di salah satu akun media sosial. Itu sebuah kejujuran rasa atas sebuah realitas yang dialaminya saat itu. Kalau kemudian muncul reaksi dari orang-orang atau berbagai pihak, itupun hak setiap orang mengingat ruang comment selalu disediakan dalam banyak media sosial. Kalau kemudian ini membuat Dinda menjadi terkenal atau menjadi merasa bersalah atau menyesali kejadian itu atau apapun juga, hal itu menjadi pelengkap dari akibat kejujuran rasa itu.

 Tatakala ini menjadi persoalan dimana banyak pihak yang menyayangkan sikap yang diambil Dinda, mungkin itu menandakan bahwa masih kental empati sosial. Artinya thema kesetiakawanan masih relevan untuk diperbincangkan. Namun tatkala hal ini menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja, setidaknya hal ini menandakan bahwa "saling mengerti" mulai menunjukkan kepunahan dan itu artinya individualitas  semakin akud di negeri yang terkenal kenal ramah dan menyukai gotong royong. 

Sebenarnya, kalau mau jujur, banyak kejadian bernada serupa sering berlangsung dan berulang dimana rasa empati mulai menipis dan egoisme pribadi kian menguat. Ada kecenderungan setiap orang lebih asik dengan dirinya sendiri dan cenderung abai dengan orang lain. bahkan tak jarang, orang kehilangan social responsibility saat sedang asik mengejar target pribadinya. Bisa dibayangkan, bagaimana 4 (empat ) orang yang sedang berpergian bisa asik dengan gadgetnya masing-masing padahal mereka berada dalam satu mobil yang sama. Lihat pula semakin sering kita mendapati seorang anak mendengar nasehat orang tuanya sambil asik dengan gadgetnya. Lihat pula angka statistik kecelakakaan lalu lintas yang disebabkan etika berkendaraan yang mulau punah. Lihat betapa banyak anak muda asik mengendarai motor sambil sms-an dan bahkan cuek dengan kendaraan di belakangnya. Lihat pula bagaimana pengendara roda empat semakin sulit keluar dari parkir pingiran jalan raya karena sepeda motor tidak mau merendahkan gas nya untuk memberi kesempatan mobil keluar dengan tenang. 

Semua itu realitas sosial kekinian yang mengundang rasa miris. Yang jelas, individualis kian akud dimana masing-masing orang cenderung asik dengan dirinya sendiri dan bahkan tak jarang abai dengan kepentingan orang lain. Lihat pula tingginya angka kriminal yang sebenarnya hanya dipicu persoalan-persoalan sepele. tentu kita masih ingat tentang tragedi sepasang kekasih membantai seorang wanita atas nama kecemburuan. Lihat pula tentang seorang anak yang tega melukai orang tuanya karena keinginannya tidak diizinkan orang tua. 

Apakah ini benar-benar sebuah persoalan yang penting diangkat?. ataukah dibiarkan saja sampai waktu mempertemukan dengan titik keseimbangannya sendiri?. Entahlah...

Kita hanya berdoa semoga kedaan menjadi lebih baik dan membahagiakan...atau setidaknya masing-masing dari kita berkomitmen untuk tetep berpegang teguh dengan empati untuk mencapai kesalehan sosial. Sebab pada akhirnya, saat manusia mati, tidak satupun dari merka yang bisa menggali atau menutup kuburannya sendiri.

 

 

Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved