Belajar mengikhlaskan segala kenyataan hidup adalah
bentuk pengakuan keberadaan-Nya, walau sesunggguhnya Dia tidak memerlukan
pengakuan manusia atas ekesistensi-Nya. Belajar memaknai hasil akhir adalah
yang terbaiik menurut Tuhan, juga merupakan wujud kehambaan manusia ada-Nya.
Terlalu sulit do’a terkabul kala kita tak berupaya
menjadi seperti kalam-Nya. Sebab, bila Tuhan memberi kemudahan bagi manusia
yang berjarak dengan-Nya, bisa jadi hal ini akan menimbulkan tanya besar
tentang keadilan-Nya. Atas dasar itu, banyak manusia yang bercita-cita, tetapi
tidak sungguh-sungguh menginginkan cita-cita itu mewujud dikehidupannya. Atau
dengan kata lain, men-Tuhan kan akal dan rasanya dipilih sebagai satu-satunya
cara untuk menghadirkan apa yang disebut bahagia. Pada saat akal dan rasanya
tak menemukan ingin, masih pantaskah orang tersebut mengatakan; “Tuhan tolong
aku..?”.
Untung saja Tuhan penerima taubat dan permohonan ampun.
Untung saja Tuhan maha bijaksana sehingga manusia berpeluang untuk kembali
mendekat walau cukup lama menjauh. Ironisnya, menjauh kemudian mendekat dan tak
jarang menjauh lagi ketika beban yang berat sudah terselesaikan berkat miracle
yang disajikan Tuhan.
Dalam koridor hubungan antar manusia, kembali untuk ke-2
kali atas dasar salah yang sama atau karena butuh pertolongan serupa adalah hal
sulit untuk di wujudkan. Namun, Tuhan maha pemaaf kala manusia itu berniat
menghentikan kebiasaan buruknya. Bahkan Tuhan tetap mencatat setitik kebaikan
walau manusia itu berlumur salah disebelumnya. Walau setiap manusia harus tetap
mempertanggungjawabkan atau menanggung akibat dari kesalahan yang pernah
dilakukan.
Suatu waktu, seseorang yang cukup lama ber-Tuhan mempersilahkan
seorang pemuda untuk berbuat bejat sekeinginannya. Namun, dipenghujung kalimat
beliau berpesan hanya melakukannya bila sang pemuda tersebut tahu kapan
kematian akan datang menjemput. Ironisnya, tak satupun manusia tahu kapan ajal
tiba dan tak satupun manusia bisa menundakannya bila saat itu benr-benar
datang. Oleh karena itu, bagi yang masih meng-imani keberadaan sorga atau
neraka, senantiasa menjaga kebaikan tindakan, ketulusan hati dan kesopanan
berkalimat adalah hal-hal yang terus diupayakan. Sebab tidak ada lagi yang
indah kecuali menghadapi kematian dalam keadaan yang baik.
Diwaktu yang lain, seorang lelaki paruh baya mendapat
satu godaan yang indah dari seorang wanita cantik dan memilki tubuh yang
sempurna. Wanita itu sangat menginginkan anak dari lelaki ini tana menuntut
apapun dikemudian hari. Keinginan wanita untuk memiliki lelaki ini sudah tidak
mungkin, sebab mereka bertemu diwaktu yang tidak tepat. Berulang kali wanita
ini memohon dan bahkan sampai meneteskan air mata. Lelaki ini bergetar menahan
kenormalannya disatu sisi dan ketakutannya terhadap hukum Tuhan disisi yang
lain. Pada akhirnya, lelaki ini mengatakan “iya” pada wanita ini dengan satu
syarat yaitu bila wanita ini mengerti kapan Tuhan tidur. Diakhir cerita, wanita
cantik, molek dan seksi ini menyerah dan mencoba untuk tahu diri. Beberapa waktu kemudian wanita ini menikah dengan lelaki pilihannya. Dipenghujung kisah, wanita ini sangat berterima
kasi atas penolakan yang pernah dilakukan sang lelaki kepada dirinya.
Selalu ada hikmah disetiap kebaikan dan juga selalu ada makna dibalik menolak keburukan. Selalu ada konsekuensi dari sebuah kekeliruan walau mungkin keterampunan dari sang Tuhan akan menghapus segala bentuk hukuman.
Semoga penulis dan segenap pembaca mendapat hikmah dalam tulisan ini dan kita semua senantiasa dalam lingkar kasih sayang Tuhan.....amin...
Posting Komentar
.