SERIBU SATU JALAN MENUJU BAITULLAH
Aktivitas panjang dan padat dihari ini begitu melelahkan dan hampir
menghabiskan stock energi. Sesampai di rumah, kulihat Jam menunjukkan pukul
06.10 WIB dan tak mungkin lagi menjelang musholla di kompleks karena sudah terlambat.
kemudian aku bergegas mengambil wudhu’ untuk menunaikan sholat maghrib
sendirian dalam keadaan masih berpakaian
kantor. Setelah usai menutup maghriban dengan do’a, kemudian aku mengambil
handuk dan memanjakan seluruh tubuhku dengan air yang segar. Rasanya, seluruh
lelah hilang bersama air pemandian yang mengalir ke pelimbahan. Sesaat kemudian
ku rebahkan tubuh di kasur sambil
menunggu azan isya berkumandang. Ku lihat istriku berdandan sambil memohon izin
silaturrahmi ke rumah Ustadzah Febri yang katanya baru saja pulang dari tanah
suci. Ntah kenapa, serasa ada energi menuntun niat untuk ikut serta. Aku pun
mengusulkan berkunjung sesudah sholat Isya dan hal itu di setujui oleh istriku.
2 (dua) jagoanku yang duduk di kelas 01 dan kelas 04 pun mendaftar untuk di
ikutsertakan, sebab Ustadzah tersebut adalah salah satu guru mereka di SD 02
Al-Irsyad Al-Islamiyah. Mendapati hasrat yang begitu kuat untuk ikut, akupun
menyetujuinya. Sementara itu, jagoan pertamaku memilih di rumah karena banyak
PR yang masih harus diselesaikan.
Setelah menunaikan Isya, kami pun bergerak menuju rumah Ustadzah yang tidak
terlalu jauh dari kediaman kami. Sesampai disana, kami dapati pagar rumah
tertutup rapat. “Mungkin sedang keluar atau di tempat orang tuanya”, kata istriku.
Kemudian, ku sarankan untuk menelepon ke
HP beliau agar bisa memastikan posisi Sang Ustadzah. Ternyata, Ustadzah sedang
ke toko untuk membeli keperluan sekolah puterinya. Mendengar hal itu, kami
tetapkan untuk menunggu, sebab khawatir besok atau lusa sulit cari waktu lagi.
Kurang lebih 15 menit, Sang Ustadzah pun tiba bersama suami dan puteranya.
Setelah pagar rumah di bukakan, kami pun dipersilahkan masuk ke ruang tamu.
Perbincangan santai pun di mulai seputar pengalaman spiritual selama menjalankan
ibadah di tanah suci, mulai dari bagaimana jutaan orang berduyun-duyun
melakukan satu demi satu tahapan rukun haji, bagaimana setiap orang berebut
kesempatan untuk bisa menyentuh dinding ka’bah, bagaimana jutaan orang dari
berbagai negara berdesak-desakan dalam proses melempar jumroh dan lain
sebagainya. Sebuah pengalaman bathin yang indah dan mengundang candu, sebab
semua orang yang pernah ke sana pasti berkeinginan untuk kembali ke sana lagi.
Subhanallah....mendengar semua cerita Ustadzah dan suami beliau, serasa
begitu ingin berkesempatan di sana, betapa ingin bisa bersujud, berucap
istighfar atas dosa dan salah di masa lalu,
melantunkan doa atas ingin dan cita, khususnya di tiga mesjid sakral
yang katanya memiliki faedah luar biasa, yaitu; masjid nabawi, masjidil aqso dan
masjidil harom.

”tak
ada firasat apapun sebelumnya atas karomah itu. setiap ummat islam pasti ingin
berkesempatan ke sana, tetapi cara kesempatan yang datang ke saya tak pernah terbayangkan
sama sekali”, kalimat itu mengalir dari Sang Ustadzah ke telinga kami
yang sedang bersilaturrahmi malam itu. Kemudian suami beliau juga menceritakan
bahwa status mereka ke tanah suci sebagai tamu khusus dari kedutaan arab,
sehingga sepanjang perjalanan memnunaikan ibdah suci tersebut banyak
keistimewaan yang mereka dapatkan dari. Luarrr biasa....fikirku saat itu di tengah
kekaguman yang tidak bisa ku sembunyikan. Aku dan istriku bener-bener
terperangah mendengar kisah unik itu dan mungkin hanya dialami orang-orang yang
tidak biasa alias khususon. Mereka juga ber-testimoni bahwa tamu kedutaan Saudi
Arabia yang diberangkatkan ke Mekkah untuk menunaikan haji tidak hanya mereka.
Ada lebih kurang 300 orang Indonesia yang mendapat “karomah” semacam ini,
yaitu diberangkatkan secara tiba-tiba. Suami Ustadzah juga sempat bercerita
tentang kisah serupa dari salah satu tamu khusus kedutaan arab tersebut: “ada
seorang guru juga berangkat lewat kisah yang sangat unik dan tak pernah
terfikir sebelumnya. Waktu itu, guru tersebut membuat tulisan tentang mimpinya
bisa berangkat haji bersama keluarganya dalam bahasa arab. Kemudian tulisan itu
di jadikan salah satu materi di majalah dinding di salah satu sekolah di
wilayah Propinsi Jawa Barat. Saat delegasi Arab Saudi berkunjung ke sekolah
itu, ntah kenapa salah seorang delegator
tertarik membaca tulisan itu dan kemudian meminta untuk dipertemukan dengan
penulis cerita itu. Setelah dipertemukan, sang delegator kemudian mengatakan memberi
kesempatan kepada guru itu mewujudkan mimpinya sebagaimana terkisahkan dalam
tulisan itu”.

Diperjalanan pulang dari rumah Ustadzah, terbersit tanya hikmah apa yang
ada dibalik semua kisah ini hingga terdengarkan ketelingaku. Adakah ini pesan
Tuhan akan memberi kesempatan padaku dan keluarga untuk ke sana ?, ataukah ada
hikmah lain yang akan datang dari pendengaran ini?. Wallahu a’lam.....
Yang jelas, kisah ini menegaskan bahwa kesempatan itu bisa datang kapanpun
dan dari sudut manapun atas izin Allah. Kalau rukun islam ke 5 (lima)
mengatakan “berhaji bagi mereka yang mampu”, kemampuan itu bisa bersumber
dari manapun kalau Allah SWT sudah berketetapan Dalam konteks logika, niat dan
upaya nyata adalah 2 (dua) hal yang mutlak ketika menginginkan kesempatan untuk
ke tanah suci. Disamping itu, kekayaan
Allah dalam menurunkan karomah dan hidayah, membawa pada satu keyakinan bahwa
semua akan mungkin terjadi bila Allah SWT menghendaki....
Satu hal yang pasti, hikmah pertama adalah terbersit untuk membagi
kisah luar biasa ini kepada sahabat pembaca, siapa tahu menginspirasi hal-hal
luar biasa pula di kehidupan pembaca. Semoga ketersajian tulisan ini menjadi
bagian dari do’a di hadapan Tuhan untuk berkesempatan bersujud ditempat-tempat sakral yang begitu
menyejukkan dan menentramkan bathin...
terbayang air mata bercucuran saat istighfar dan melantunkan harap
keberpihakan Tuhan atas langkah dan upaya mencapai cita-cita ditempat-tempat
khusus dimana peluang doa terijabah begitu besar....Subhanallah....
Posting Komentar
.