MEMBANGUN KOPERASI YANG MENG-ANGGOTA
A. Pembuka
Dalam tinjauan ideal, koperasi
lahir minimal oleh karena 2 (dua) alasan, yaitu : (i) adanya kesadaran
bahwa bersama adalah cara memperkuat diri dan; (ii) adanya keyakinan bahwa bersama akan melahirkan kontribusi
positif bagi percepatan pencapaian cita-cita. Dengan demikian, setiap orang
yang terlibat dalam barisan koperasi adalah orang-orang yang memiliki kesadaran
dan keyakinan
bahwa “bersama” adalah cara hidup yang lebih mensejahterakan dalam arti luas.
Modal terbesar koperasi sesungguhnya
adalah “kebersamaan”, yang dalam
operasionalisasinya dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yang terus
berulang , yaitu;
(i) kebersamaan dalam merumuskan tujuan; (ii) kebersamaan dalam mencapai tujuan
melalui distribusi peran efektif dan; (iii) kebersamaan dalam menilik
pencapaian dan sekaligus melakukan “auto
koreksi” guna melahirkan gagasan perbaikan dan re-fresh spirit (penyegaran kembali semangat). Kebersamaan
semacam inilah yang menegaskan bahwa hakekat koperasi sebagai kumpulan
orang. Oleh karena itu, apabila sebuah koperasi berhasil maka yang
menjadi kunci utamanya terletak pada kualitas kumpulan orang itu dan demikian
pula sebaliknya. Dalam bahasa yang lebih sederhana, berkoperasi itu identik dengan upaya-upaya menumbuhkembangkan atau memperluas kebermanfaatan dari sebuah “kumpulan orang” yang dalam operasionalisasinya merujuk pada dinamika “kebutuhan dan aspirasi” yang berkembang di setiap individu yang terlibat dalam koperasi. Hal inilah yang kemudian menjadi ciri khas dan sering menginspirasi banyak orang untuk mengidentikkan koperasi sebagai organisasi pemberdayaan, sebab semua orang di tuntut untuk bergerak bersama sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing.
B. Mengenal Unsur-Unsur Dalam
Koperasi
Koperasi selalu mendengungkan
“duduk
sama rendah dan berdiri sama tinggi”. Hal ini sebagai penegasan
bahwa koperasi adalah kumpulan orang
yang tidak membeda-bedakan status sosial, latar belakang, jenis kelamin, agama
dan ras. Oleh karena itu, koperasi harus selalu
memupuk perasaan “kita”, agar terbentuk rasa dan keinginan saling
mendukung melalui optimalisasi peran proporsional.
Untuk mengefektifkan
“kebersamaan”, maka perlu dilakukan distribusi peran sehingga terdapat sinkronisasi gerak masing-masing
unsur organisasi. Atas dasar itu pula, kemudian koperasi mengenal unsur-unsur
organisasi, yaitu; pengurus, pengawas dan anggota. Dalam forum tertinggi, yaitu
Rapat Anggota, ketiga unsur ini berkumpul dan bermusyawarah untuk mendefenisikan
perencanaan yang kemudian diputuskan
sebagai “tujuan bersama” atau “arah koperasi”. Untuk mencapai
tujuan tersebut, selanjutnya di susun peran masing-masing unsur, sehingga semangat
ketercapaian sudah tergambarkan sejak awal mula. Pada akhirnya, dalam sesi
proses pencapaian , “semua unsur”
di dorong memainkan perannya masing-masing secara optimal demi terwujudnya
mimpi bersama.
C. Sejenak Mendeteksi Realitas Yang
Berulang
Dalam konteks ideal, koperasi
itu harusnya mengakar dan besar. Artinya, kebesaran koperasi
merupakan akibat langsung dari mengakarnya anggota. Ke-mengakar-an anggota yang
dimaksud adalah terlibatnya anggota dalam mendukung setiap aktivitas yang
dijalankan koperasi. Dalam banyak fakta lapangan, masih banyak koperasi yang kemajuannya sangat
tergantung dari kepiawaian dan
kelihaian pengurus/pengelola dan pengawas. Artinya, anggota relatif passive
dan cenderung memposisikan diri sebagai pengamat dan penikmat. Ironisnya,
pengamatan sering dilakukan kurang obyektif (lebih sering didominasi
subyektifitas), sehingga tidak berkontribusi positif bagi kemajuan koperasi.
Lucunya lagi, yang dinikmatin pun tak kunjung memenuhi harapan segenap anggota,
sehingga suara-suara yang sering muncul adalah nada tak sedap beraroma ketidakpuasan,
ketidakpuasan dan ketidakpuasan. Namun demikian, diantara ketidakpuasan
dan ragam subyektfitas yang sering mengemuka, sang anggota tidak kunjung keluar
dan tetap menjadi bagian dari koperasi tersebut. Hal-hal semacam ini lah yang
sering menjadi faktor penghambat kemajuan koperasi.
D. Menilik Muasal Persoalan
Satu hal yang menjadi catatan
bahwa koperasi adalah kumpulan orang yang memiliki latar belakang dan sejarah
hidup berbeda-beda. Hal ini pula yang menyebabkan banyaknya karakter dan
perbedaan cara pandang di keseharian koperasi. Disatu sisi, ragam perbedaan
adalah potensi untuk bisa lebih berkembang dan disisi lain perbedaan juga bisa
menjadi bumerang ketika tidak terkelola dengan tepat.
Berdasarkan banyak pengalaman
dan pengamatan di lapangan, rendahnya apresiasi dan partisipasi khususnya unsur
anggota koperasi, sesungguhnya berawal dari ke-belum-ahaman. Mereka
tidak mengerti apa, mengapa dan bagaimana seharusnya berkoperasi. Mereka belum
disentuh dengan pendidikan perkoperasian
dan dibiarkan masuk menjadi
anggota hanya berdasarkan kemampuan memenuhi
persayaratan administratif saja. Akibatnya, setiap orang memiliki persepsi
masing-masing dalam memandang dan
menilai keberadaan koperasi. Mengingat
setiap orang memiliki latar belakang dan sejarah hidup yang berbeda-beda, maka
sangat dimungkinkan hadir ragam pemikiran dan gaya di dalam keseharian
koperasi. Oleh karena itu, “penyelenggaraan pendidikan” adalah
sebuah kebutuhan organisasi, yang mengajarkan pada setiap calon anggota tentang
koperasi secara utuh dan nilai-nilai atau prinsi-prinsip yang diperjuangkan
koperasi. Dengan demikian, setiap orang yang menjadi anggota koperasi, adalah
insan-insan yang dipastikan memiliki persepsi atau pemahaman yang sama tentang
koperasi. Pemahaman yang sama ini menjadi landasan untuk memerankan diri sesuai
posisi dan porsinya masing-masing.
E. Menilik Peran Strategis Anggota
“Lahir untuk dan oleh anggota”, jargon
ini sering di dengungkan ketika membicarakan koperasi. Tetapi, memang itulah
semangat yang dibawa sejak kelahiran koperasi, yang berorientasi pada
peningkatan kualitas kesejahteraan anggota dalam arti luas. Kesejahteraan yang
dimaksud berupa keterpenuhan “kebutuhan dan aspirasi” ekonomi, sosial
dan budaya. Satu hal yang menjadi
catatan penting adalah keterpenuhan “kebutuhan
dan aspirasi” yang dituju bukan terbatas ekonomi saja, tetapi juga
menyangkut wilayah sosial dan budaya”. Keluasan tujuan koperasi ini pula yang
memungkinkan koperasi menjadi media strategis dalam peningkatan kualitas
hidup dari segenap anggotanya. Sementara
itu, “perusahaan koperasi” berposisi sebagai media/alat dalam mencapai
tujuan-tujuan yang luas itu. Dengan demikian, fokus koperasi sesungguhnya
adalah keterbangunan orang-orang di dalamnya dan bukan pada keterbangunan
perusahaan. Oleh karena itu, tumbuh dan
berkembangnya perusahaan sesungguhnya tergantung pada keterbangunan “komitmen
kolektif” anggota untuk ikut membesarkan perusahaan koperasi.
Oleh karena itu, peran anggota
sangat menentukan dinamika koperasi. Disatu sisi anggota adalah pemilik
sah koperasi dan disisi lain
anggota adalah pengguna jasa dari ragam aktivitas yang dijalankan perusahaan koperasi.
Dualisme
peran ini merupakan ciri khas yang tidak ada
pada jenis perusahaan lain. Pengelolaan anggota dalam memainkan dualisme
peran ini sangat berpengaruh
besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan kemampuan koperasi dalam melahirkan
kemanfatan yang nyata. Untuk itu, kesadaran anggota untuk
berpartisiasi perlu terus
ditumbuhkembangkan lewat berbagai ragam pendekatan.
F. Peran Ideal Anggota Yang Diharapkan
Untuk mempertegas urgensi
peran anggota dalam menentukan maju mundurnya koperasi, ada baiknya menelusur
peran-peran bernada keberpihakan yang diharapkan lahir dari setiap anggota koperasi, antara lain :
1.
Aktif dalam menyuarakan aspirasi atau
gagasan. Koperasi adalah kumpulan orang untuk memenuhi aspirasi
dan kebutuhan, sehingga letak keberhasilan berkoperasi itu ada pada kualitas
kebahagiaan anggotanya. Untuk itu, penyuraan aspirasi atau gagasan akan
mempermudah mendeteksi tingkat harapan anggota dan juga mempermudah dalam
pemilihan aktivitas perusahaan koperasi. Dengan demikian, aktivitas yang
dijalankan koperasi me-refresentasi-kan apa yang menjadi
suara mayoritas anggota. Adanya kesesuaian ini diharapkan akan akan membentuk
ikatan emosional yang kuat antara anggota dengan ragam aktivitas yang
dijalankan koperasi. Artinya, peluang keterwujudan pemberdayaan (bergerak
bersama) akan menjadi ebih terbuka.
2.
Partisipasi Ekonomi (Modal +
transaksi). Koperasi itu mengusung kemandirian kolektif
lewat penyatuan potensi dan komitmen. Salah satu penyatuan potensi itu adalah penyertaan
modal untuk menopang aktivitas perusahaan koperasi.
Setelah akumulasi modal bisa di
kelola menjadi sebuah aktivitas, selanjutnya anggota wajib mengkonsumsikan kebutuhannya di koperasi.
Inilah salah satu bentuk praktek bagaimana keterkaitan yang erat antara
partisipasi anggota dengan keberdayaan koperasinya dalam membentuk aktivitas
dan sekaligus melahirkan ragam manfaat.
3.
Kontrol yang berujung dengan kritik
dan Saran produktif. Sebagai pemilik, tentu anggota
ingin koperasinya tetap eksis dan berkemampuan menjadi mesin penjawab bagi ragam kebutuhan anggota yang terus
berkembang. Untuk itu, kontrol, kritik dan saran juga merupakan salah satu
bentuk loyalitas yang berdampak pada terjaganya koperasi dan terbentuknya perbaikan
yang terus menerus (continous improvement).
4.
Agen penyebaran nilai-nilai kebaikan
koperasi. Nilai-nilai manfaat berkoperasi itu harus
tersebarluaskan kepada segenap anggota. Oleh karena itu, disamping koperasi
harus terus menyajikan informasi, setiap anggota juga harus mengambil
tanggungjawab untuk menjadi agen penyebaran dari kebaikan-kebaikan dan
kemanfaatan-kemanfaatan berkoperasi, baik ke sesama anggota untuk kepentingan
keterbangunan dan keterpeliharaan loyalitas, maupun kepada non-anggota dalam
rangka memperluas kuantitas keanggotaan. Satu hal yang layak menjadi catatan,
koperasi juga mengenal istilah efisiensi kolektif , yaitu efisiensi
yang tercipta karena terbentuknya akumulasi komitmen dan transaksi. Dalam hal
ini, semakin banyak jumlah anggota akan semakin tinggi nilai efisiensi kolektif
yang akan tercipta.
G. Membangun Loyalitas Anggota
1.
Pendidikan.
Pendidikan adalah gerbang pengetahuan. Pengetahuan adalah dasar yang sahih
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, minimnya partisipasi dan keberpihakan anggota terhadap koperasi berawal dari kebelum tahuan. Oleh karena
itu, pendidikan merupakan kebutuhan mutlak dan juga gerbang keterbangunan kesadaran dan loyalitas
anggota.
2.
Pelibatan dalam perumusan tujuan. Pelibatan
akan melahirkan ikatan emosional terhadap
keputusan-keputusan yang diambil. Ikatan emosional ini penting bagi lahirnya
daya dukung, pembelaan, keberpihakan dan partisipasi dalam tahapan
perwujudannya. Oleh karena itu, pendistribusian peran proporsional dalam proses
pencapaian juga merupakan bagian dari pelibatan yang mendatangkan multy effect bagi kehidupan koperasi.
3.
Pengelompokan. Loyalitas tidak hanya dibangun tetapi juga
harus di kelola (maintenance) dengan
baik. Mengelompokkan anggota adalah salah satu cara penyebaran
tanggungjawab dalam membangun dan memelihara loyalitas. Langkah ini juga
merupakan bentuk pemberian kepercayaan kepada anggota dalam mengelola di skala yang lebih mikro. Disamping itu,
lewat pengelompokan anggota, penyerapan aspirasi dan gagasan lebih memungkinkan
dilakukan.
4.
Rekam Jejak.
Rekam jejak partisipasi adalah salah satu bentuk apresiasi dan juga kontrol
terhadap anggota. Rekam jejak ini juga diperlukan sebagai alat ukur seberapa
tingkat respon anggota atas aktivitas yang di selengggarakan oleh koperasi.
Disamping itu, rekam jejak ini pun bisa berfungsi sebagai alat motivasi
menumbuhkan kesadaran anggota untuk ikut membesarkan perusahaan koperasi.
Inilah yang sering disebut apresiasi yang edukatif dan motivasional.
5.
Media Informasi.
Pada tingkat dan penyebaran jumlah
anggota tertentu, media informasi menjadi penyambung lidah yang efektif,
disamping memperpendek jarak dan waktu. Lewat media informasi bisa dikabarkan
kondisi-kondisi terkini dan juga ragam aspirasi yang berkembang. Ketersediaan saluran-saluran
informasi semacam ini akan bisa mendorong anggota lebih mengerti dan lebih
termotivasi meningkatkan kinerjanya.
6.
Displin. Koperasi
adalah kumpulan orang yang memiliki berbagai latar belakang dan karakter,
sehingga memerlukan aturan main (rule of game) yang disepakati bersama
dan menjadi dasar bagi setiap orang menggunakan hak dan kewajibannya. Dengan
demikian, apapun selisih faham yang terjadi dan apapun perilaku yang kurang
mendukung, maka model penyelesaiannya harus merujuk pada aturan main yang sudah
disepakati bersama. Kedisiplinan setiap orang menjadi kunci penting, agar semua
faktor yang dipersyaratkan untuk bisa tumbuh dan berkembang hadir di keseharian
koperasi. Bila perlu, pada tingkat ke-tidak-taatan tertentu, anggota perlu di
kenakan pen-disiplinan sebagai bagian dari pendidikan dan atau efek jera bagi
pelakunya maupun bagi lainnya.
H. Penghujung
Membangun koperasi yang
meng-anggota men-syaratkan anggota yang memiliki loyalitas tinggi. Dengan
demikian, kondisi yang mengakar di sisi anggota akan menjadi sumber energi
untuk menumbuhkembangkan ragam aktivitas koperasi yang berujung pada lahirnya
ragam manfaat bagi seluruh anggota koperasi. Oleh karena itu, pembangunan
kesadaran anggota perlu terus dilakukan melalui pola-pola edukatif dan dinamis,
pola-pola yang men-stimulan kesadaran dan inisiatif pisitif sehingga terbentuk sinergitas
yang saling memperkuat dan memperbesar peluang koperasi mencapai
tujuan-tujuannya. Hal Inil yang didefenisikan sebagai kebersamaan produktif , kebersamaan yang berkontribusi nyata pada peningkatan kualitas hidup anggotanya dan juga per-besaran organisasi atau perusahaan. Artinya, pada saat koperasi sangat dekat atau tidak berjarak dengan keseharian anggotanya, pada saat itu pula anggota merasa bahagia dan bangga menjadi bagian dari barisan sebuah koperasi.
tujuan-tujuannya. Hal Inil yang didefenisikan sebagai kebersamaan produktif , kebersamaan yang berkontribusi nyata pada peningkatan kualitas hidup anggotanya dan juga per-besaran organisasi atau perusahaan. Artinya, pada saat koperasi sangat dekat atau tidak berjarak dengan keseharian anggotanya, pada saat itu pula anggota merasa bahagia dan bangga menjadi bagian dari barisan sebuah koperasi.
Demikian beberapa pemikiran
sederhana yang sekiranya mampu mendorong terciptanya koperasi yang meng-anggota
dengan ragam kebermanfaatan yang mengikutinya. Semoga koperasi akan terus
berkibar lewat keterbangunan pemahaman yang utuh tentang apa, mengapa dan
bagaimana seharusnya koperasi. Pada akhirnya, koperasi sebagai soko guru
perekonomian negara adalah sesuatu yang pantas untuk diharapkan.
I. Gallery
Posting Komentar
.