BELAJAR BERSAMA MENGEMBANGKAN RASA SYUKUR
Prolog
Saatnya tahun
ajaran baru angkatan 2013 dimulai untuk sebagian besar kampus, termasuk Kampus
Universitas Jenderal Soediman, Purwokerto, Jawa Tengah. Ragam aktivitas di
kalangan mahasiswa pun banyak dselenggarakan, mulai dari penerimaan mahasiswa
di tingkat universitas sampai ditingkatan fakultas. Tak ketinggalan pula dengan
berbagai organisasi kampus baik intra maupun ekstra, tak ketinggalan organisasi
PMAT (Persatuan Mahasiswa Anak Transmigran). Organisasi ini secara rutin selalu
menyelenggarakan penyambutan mahasiswa baru di lingkungan anak-anak
transmigran. Disamping sebagai media
perkenalan dan pembangunan silaturrahmi senior junior, momen ini juga sebagai
bentuk pembekalan agar anak-anak transmigran lebih siap dalam memasuki dunia
kampus.
“Pembangunan mental dan percaya diri”, kalimat itu mewakili tujuan
rangkaian agenda yang dilaksanakan oleh PMAT. Salah satu dari rangkaian agenda
tersebut adalah “pembekalan motivasi” kepada para mahasiswa baru di lingkungan
anak-anak transmigran yang datang dari berbagai penjuru negeri tercinta ini.
Kebetulan penulis di undang untuk mengisi agenda ini.
Mengembangkan Rasa Syukur
Muasal Syukur
Tak banyak yang berkesempatan mengenyam pendidikan sampai
ke tingkat universitas. Tak
banyak pula yang berkesempatan menjadi bagian dari barisan
sebuah universitas nerlabel negeri sebab bisanya proses masuknya melalui penjaringan
yang begitu ketat. Kekhususan anak-anak transmigran yang “masuk tanpa test”
merupakan keistimewaan yang sangat layak
untuk di syukuri. Menjadi makhluk Tuhan
di “keterpilihan” itu tidak dialami banyak orang. Hal ini sebagai wujud terima kasih yang nyata
dan sekaligus ikrar betapa Tuhan selalu hadir di hari-hari orang yang
bersyukur.
Wujud rasa syukur
Ada 2 (dua) jenis syukur yang mungkin bisa dilakukan,
yaitu rasa syukur secara vertikal dan secara horizontal. Kombinasi keduanya
diharapkan akan mendatangkan daya dukung-daya dukung berikutnya dikehidupan.
Secara vertikal menjaga
kualitas hubungan dengan Tuhan dapat diwujudkan dalam bentuk senantiasa
berupaya mewujudkan kesesuaian hati, ucapan
dan tindakan dengan
arahan Tuhan melalui kalam-kalam Nya. Ini memang tidak
mudah, tetapi keberpihakan hanya hadir di kehidupan orang-orang yang memilih
untuk bersadar pada-Nya.
Sementara itu, secara Horizontal, segenap anak PMAT di gugah kesadaran dan
juga semangatnya untuk :
- Bertekad membahagiakan orang tua lewat capaian-capaian yang membanggakan. Mereka juga disarankan untuk tidak membiasakan diri untuk mengeluh atas hal-hal kurang menyenangkan di medan perjuangan, sebab bisa jadi hal ini justru menambah beban fikiran orang tua.
- Memanfaatkan kampus secara optimal dan menjadikannya sebagai bagian penting dari perjuangan membentuk masa depan melalui pencapaian 3 (tiga) target minimal;
(a) IPK Minimal 3,00;
(b) menjadi aktivis kampus. Hal ini dimaksudkan
untuk :
·
Mengembangkan budaya ilmiah
·
Mengembangkan kreativitas
·
Mengembangkan mental dan pengalaman
·
Menumbuhkembangkan tanggungjawab sosial (social empati).
·
Merintis jaringan
(c) Lulus dibawah 5
(lima) tahun bagi mahasiswa/i S1 dan dibawah 3 (tiga) tahun bagi mahasiswa/i
D3.
Semua itu memang tak mudah, tetapi dengan menjadikan
pemanfaatan waktu yang cerdas, optimis
dan mengharamkan diri merasa minder
adalah kunci untuk meraihnya.
Pada akhirnya, sesi motivasi ini di tutup dengan kalimat pemantik semangat.
Disampaikan pada mereka bahwa anak-anak
PMAT memiliki peluang besar untuk berhasil dan membentuk capaian-capaian brilian
dan luar biasa, sebab setiap keberhasilan
harus ditebus dengan keprihatinan. Sementara itu, keseharian
anak-anak PMAT yang untuk sementara hidup berjauhan dengan keluarga sangat
bersahabat dengan apa yang disebut keprihatinan.
Dengan mengembangkan rasa syukur, optimalisasi kesempatan emas ini ke dalam
aktivitas-aktivitas luas akan membawa pada kemuliaan dunia dan akhirat Amin Ya
Robbal ‘Alamin........Bravo PMAT
Posting Komentar
.