A. Proses Diskusi
PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Jawa Tengah mengangkat satu tema tentang “Depresiasi Rupiah Terhadap Pelaku UMKM”. Bertempat di Purwokerto, Jawa Tengah, Diskusi diselengggarakan di Basecamp Harian Suara Merdeka, Purwokerto. Diskusi kali ini mengghadirkan beberapa nara sumber, yaitu : 1. Pak Wowo dari BI (Bank Indonesia) Cabang Purwokerto; 2. Prof.DR. Agus Suroso dari Akademisi (Kampus Unsoed Purwokerto); 3. Pak Gunawan mewakili pelaku usaha; 4. Pak Sadar Subagyo dari anggota DPR RI Komisi XI dan; 5. Pak Jumeno dari Disperndagkop
Diskusi diawali dengan presentasi BI yang menggambarkan history kondisi ekonomi
dunia sampai Indonesia terkini yang berujung terjadinya depresiasi rupiah.
Defisit Neraca pembayaran yang secara tidak langsung telah mendorong terjadinya
depresiasi nilai rupiah. Hal sama sesungguhnya dialami negara-negara diberbagai
belahan dunia. BI juga menjelaskan adanya relevansi antara rencana kebijakan moneter
Amerika untuk menghentikan kebijakan Quantitative Easing. Quantitative easing yang
diterapkan Amerika digambarkan secara ringkas sebagai aktibitas mencetak
uang secara terus menerus dan juga
pembelian emas dan surat-surat berharga lainnya. Sehingga “isu penghentian”
kebijakan ini telah mendorong orang untuk segera menahan mata uang dollar yang
berakibatnya langkanya persediaan dollar. Namun demikian diakhir presentasinya,
BI menyatakan bahwa kita harus optimis bahwa semua akan baik-baik saja dan
tidak perlu panik.
Presentasi berikutnya oleh Pak Sadar Subagyo. Anggota DPR RI Komisi XI ini mencoba mengktirisi realitas ekonomi dan kebijakan yang dinilai kurang pro dengan rakyat. Dalam bahasa kritis dan penuh semangat, Kader Gerindra ini menyampaikan beberapa hal yang memerlukan perbaikan kebijakan jika menginginkan ekonomi Indonesia lebih memiliki daya tahan. Beliau juga sempat mengatakan bahwa isu penghentian quantitative easing akan memiliki kepastian pada tanggal 19 September 2013 nanti.
Pak Gunawan urutan berikutnya. Secara singkat Beliau mengeluhkan kurang
berpihaknya pemerintah terhadap pertumbuhan UMKM. Pengrajin Mie ini
bertestimoni tentang kegagalan beliau untuk mendapatkan rekomendasi dari
Disperindagkop Kab.Banyumas saat mengajukan permohonan BBM bersubsidi untuk
mendukung produksi mie yang dikelolanya. Testimoni semacam ini memantik utusan
Disperindagkop untuk memberikan klarifikasi bahwa gagalnya Pak Gunawan
mendapatkan BBM bersubsidi semata-mata karena aturan yang ada, dimana secara
administrasi klasifikasi usaha Pak Gunawan sudah tidak masuk dalam kategori
mendapatkan BBM Subsidi. Pak Gunawan bisa menerima, tetapi tak kalah akal
beliau menitipkan pesan “perlunya perubahan regulasi” kepada
legislator senayan yang juga menjadi narasumber pada malam itu.
The last is KADIN Banyumas. Kadin memulai dengan mengajak semua pihak untuk
memandang masalah “depresiasi rupiah” menjadi masalah bersamaa. Delegasi Kadin
juga mengajak semua melihat ini secara jernih dalam bentuk auto koreksi
berjama’ah dan tidak saling menyalahkan. Kemudian, beliau memberi saran yang
sekiranya bisa menjadi titik awal semangat untuk membangun ekonomi yang lebih baik
khususnya dikalangan pelaku UMKM.
1. Kepada pelaku UMKM, beliau berpesan untuk
merubah mindset bisnis dan melek teknologi, sehingga membuka peluang mendorong
para pelaku UMKM memasuki ranah industri kreatif. Berkolaborasi dalam kerjasama
yang saling menguntungkan adalah salah satu opsi yang sangat mungkin diambil
sebagai cara memperkuat diri dalam mengembangkan industri yang ditekuni.
3. Kadin juga sempat menghimbau kepada
akademisi untuk berinisiatif menjadi filter independen atas realitas yang
ada di dunia usaha berikut pihak-pihak yang berkepentingan dan mempengaruhi akselerasi
perekonomian. Dengan demikian, iklim investasi berbasis pemberdayaan
benar-benar bisa diwujudkan dan dalam jangka panajang akan menjadi penyanggah
perekenomian nasional.
Posting Komentar
.