Rabu, 03 Juli 2013

KETIKA HARUS MEMILIH...


 
segenap pengurus dan pengawas KOPINDO
Tak ku duga situasi ini, tak ku rencana harus berada di depan khalayak. Tak terbersit dibenakku saat berangkat menuju majelis mulia ini akan mengemban tugas berat. Awalnya, aku terkaget dan sedikit shock ketika segenap audience menyepakati draft. Aku tertegun sejenak, aku pasti berada di antara perasaan "suka" dan "tidak suka", "sependapat" atau "tidak sependapat" dan "setuju" atau "tidak setuju", fikirku saat itu. Apalagi, aura kepentingan beberapa kelompok sudah ku tengarai sebelum forum ini bermula. 

Aku pasti terjepit...terjepit diantara kepentingan-kepentingan, dimana "sikap" yang akan aku ambil dan arahan yang akan aku berikan pasti melahirkan rasa tidak puas, rasa tidak suka, amarah dan bahkan benci ketika "pilihan sikapku" jatuh pada "pilihan" yang berseberangan dengan pihak tertentu.

Saatnya aku memulai memerankan "tugas" berat ini. Ku panjatkan segenap do'a sebelum mulai, Ku tahu hal terindah adalah "mulia dimata manusia" dan juga "mulia di mata Tuhan", tetapi aku tak terlalu yakin hal ini bisa didapati dalam kondisi ini sehingga "aku harus memilih". Ku mulai dengan "Bismillah", ku panjatkan do'a untuk di karunia kemampuan terbaik dalam menunaikan tugas luar biasa ini. 

keseriusan peserta mengikuti jalannya RAT XXXII
Satu tahap terlalui, riak kepentingan mulai menguat di luar pagar forum yang syah, ada yang mengatasnamakan kepedulian dan kekhawatiran masa depan organisasi dan ada pula yang secara tegas tidak respek terhadap pemangku jabatan saat ini dan berketetapan bahwa "mengganti" adalah jalan terbaik. Ada yang menyuarakan kepedulian secara "sendiri" dan ada pula yang menggunakan "sentimentil regional". 

Ada beberapa orang datang ke kamar hotel dimana aku meginap. Mereka bertanya tentang bagaimana sesungguhnya kinerja para personil yang saat ini menjabat. Aku menjawab diplomatis bahwa tak ada manusia yang sempurna, tetapi saya melihat banyak harapan yang mungkin mewujud di mendatang. Hal itu yang ku sampaikan pada mereka yang sudah tak berkeyakinan dengan pemangku kekuasaan.
Akhh....tugas ini kian berat. keterjepitan mulai terasa dan bayang kebencian kian nyata bila  aku tak mengikuti mereka yang berkehendak. Kulihat waktu break 5 (lima) menit tersisa, ku sempatkan menunaikan sholat isya dan sekaligus berdo'a untuk yang terbaik di detik2 terakhir di persajadahanku. 

Sesaat kemudian aku melangkah menuju ruangan, di tengah jalan aku di tarik beberapa orang non-peserta rapat tetapi tergolong senior dan memiliki pengaruh besar terhadap junior mereka yang konon adalah peserta rapat yang syah. Mereka membawaku ke tempat khusus dan mengabarkan sesuatu yang buruk kan terjadi bila opsi-opsi yang mereka tawarkan tak diambil pemangku kekuasaan. Aku menghindar untuk ber-subyektif dalam bentuk "keberpihakan atau tidak keberpihakan", sebab bagaimanapun juga aku harus bersifat adil semampuku. Aku hanya mengatakan, "cobalah berkomunikasi dengan baik dengan pemangku jabatan atas semua opsi yang kalian rencanakan". Aku pun menyanggupi untuk menyampaikan agar sang pimpinan berkenan berkomunikasi dengan mereka. Setelah aku menyampaikan pesan itu kepada sang pimpinan, kemudian aku kembali melanjutkan agenda dan fokus memimpin majelis dengan kecemasan yang mulai meningkat.

STIESIA, Tempat penyelenggaraan RAT Surabaya
Ku dengar kasak-kusuk di luar forum memuncak dimana para pemegang remote control memainkan perannya untuk tujuan-tujuan yang mereka inginkan. Mereka mulai meng-injeksi para junior pemegang suara syah untuk mewujudkan apa yang menjadi agenda mereka. Ku rasakan suhu forum seketika memanas pasca break. Kekritisan peserta bermakna ganda dalam penilaianku, disatu sisi aku memandang apa yang mereka suarakan adalah sebuah kebenaran yang harus di dengar dan juga masukan bagus untuk  perbaikan dan kebaikan organisasi di mendatang, di sisi lain "cara dan nada menyampaikan" dari sebagian penyuara kebenaran seperti menggiring dan bahkan seperti memaksakan ke arah sesuatu yang memerlukan penelaahan dan pensikapan yang cermat. 

Pertama, aku fokus pada apa yang disampaikan tanpa melihat ada sesuatu dibalik itu. Aku fikir ini adalah forum tertinggi dimana seluruh elemen duduk bersama  melakukan "auto koreksi berjama'ah", "me-refresh spirit" dan "merumuskan langkah-langkah kolektif di mendatang". Secara obyektif aku menilai bahwa di semua unsur organisasi masih perlu meningkatkan perannya demi kemajuan organisasi, sehingga duduk bersama menyusun langkah-langkah kolektif berorientasi penguatan adalah hal terbaik untuk dilakukan. Membiarkan satu unsur menilai unsur yang lain menurutku kurang bijak, sebab semua pada posisi yang sesungguhnya belum berkontribusi secara optimal bagi kemajuan organisasi. 

Ku coba menggiring suasana lebih santai dengan melempar beberapa joke. Aku mengajak semua pihak untuk menyadari kekurangan masing-masing dengan harapan lahir keinginan kolektif untuk "membesarkan bersama" yang diawali tersusunnya konsep "resolusi". Ku coba membangun ketulusan mereka yang memiliki suara penentu melalui penggambaran realitas dan sedikit orientasi ke depan. Setelah sesaat ku diam memberikan waktu kepada segenap peserta untuk meresapi, kutawarkan opsi-opsi. 

Berkat Tuhan, sebagian besar memilih untuk menyusun konsep resolusi secara bersama-sama melalui gagasan-gagasan tertulis. Alhamdulillah, "menyusun konsep resolusi" menjadi keputusan. Setelah keputusan diambil dan mengingat sudah larut dan segenap peserta tampak kelelahan, aku pun menawarkan break dan memberi catatan bahwa besok pagi semua peserta sudah membawa konsep resolusi. Tawaranku pun diterima dan kemudian ketukan palu break ku perdengarkan 2 (dua) kali.

Rejat Sejenak, berpose dengan beberapa peserta
Segenap peserta pun tak langsung kembali ke kamar masing-masing. Ada yang bersenda gurau satu sama lain, ada pula yang tampak tegang dan memancarkan wajah kecewa dengan apa yang baru saja menjadi keputusan sah rapat. Beberapa mendatangiku dan mengutarakan kekecewaan mereka atas caraku memimpin rapat. Aku tersinggung dengan kalimat-kalimat yang mereka lontarkan, tetapi ku bangun kebesaran jiwa yang mewujud dalam sebentuk senyuman terjaga sambil mendengar ragam kalimat bernada sama, yaitu "kekecewaan". Aku bisa mengerti dengan apa yang mereka rasakan, tetapi di sisi lain mereka pun ku ingatkan untuk menghormati keputusan yang didasarkan pada suara terbanyak.  Satu hal ku tandaskan, aku melakukan pilihan sikap atas dasar keyakinanku, bukan bermaksud untuk membela atau menanggalkan keinginan siapapun. 

Inilah yang di sebut demokrasi atau ini kah yang dikatakan demokrasi?. Aku tak mengerti jelasnya, tetapi semua ku lakukan demi kebaikan organisasi dan suara terbanyak ku baca sebagai kesadaran yang terbangun di mayoritas pemegang suara penuh dan juga sebentuk arahan Tuhan untuk menghindarkan forum tersebut ke hal-hal yang kurang bijak dan kurang baik bagi organisasi sebesar ini. Tak lama kemudian, aku kembali ke kamarku. Ku rebahkan badan di kasur, rasanya seperti baru keluar dari lobang jarum. Ku hela nafas dalam-dalam dan ku lepas perlahan untuk mengembalikan energi dan semangatku, kulakukan itu untuk melepas penat yang teramat sangat. 

Sesaat kemudian, aku mengambil wudhu' dan melakukan sholat sunnah 2 (dua) raka'at sebagai penutup aktivitas di hari melelahkan. Setelah berdo'a, di sisa air mataku yang masih mengalir, aku mengirim BB pada seorang junior yang masih lugu..."aku berharap apa yang kulakukan dan apa yang baru saja di putuskan rapat adalah hal terbaik menurut Tuhan dan mendatangkan kebaikan bagi organisasi di mendatang". Kemudian aku beranjak ke kasur dan terlelap dalam mimpi sampai azan subuh terdengar sayup-sayup membangunkanku.

Alhamdulillah....rapat sudah selesai dengan menghasilkan beberapa keputusan strategis sebagai bahan untuk organisasi melangkah di berikutnya. Aku masih mendengar suara-suara miring atas caraku memimpin rapat dari kelompok-kelompok yang mengalami kekecewaan atas hasil rapat. Aku mendengar juga ragam makian, ku fahami saja sebagai ekspresi kekecewaan. Aku hanya tersenyum dan tak terpancing untuk membela diri. Aku biarkan Tuhan saja yang memimbing dan menguatkanku serta mengarahkan mereka ke arah fikiran dan tindakan selanjutnya. 

Insya Allah, tak sedikitpun niatku untuk berpihak pada siapapun, walau mereka yang tidak terakomodir kepentingannya menandaskan bahwa aku telah berpihak pada sisi yang berseberangan dengan kepentingan mereka. Aku sudah menyadari hal ini akan terjadi sejak awal mula tata tertib sidang menetapkanku sebagai pimpinan rapat, sehingga saatnya membangun keikhlasan, kesabaran dan keluasan berpandangan.

nampang berjama'ah melupakan segala perbedaan
Aku hanya berharap semua ini mendatangkan pelajaran berharga buatku dan buat semua orang yang terlibat dan berkepentingan dalam forum tertinggi itu. Aku juga berharap keputusan-keputusan yang dihasilkan mendatangkan kebaikan bagi organisasi, bagi mereka yang memangku jabatan dan bagi mereka yang berstatus anggota dan merupakan pemilik sah organisasi. Aku hanya berharap ada situasi yang lebih baik di mendatang dan terbangunnya jalinan komunikasi produktif diantara segenap unsur organisasi. 

Satu hal yang menjadi catatan akhir di tulisan ini, "tak mudah berada diantara orang-orang yang berbeda". Semua menginginkan "mulia" dimata Tuhan dan juga manusia, tetapi terkadang kita harus memilih.....
    

1 komentar:

.