STRATEGI PENGEMBANGAN SIMPAN PINJAM
A. Pembuka
Jenis usaha simpan pinjam selalu menjadi idola, baik bagi kebanyakan
koperasi maupun bagi anggota. Dari sisi
organisasi, mungkin pengelolaan simpan
pinjam dianggap lebih mudah dibanding dengan
jenis usaha lainnya. Sementara itu, dari sisi anggota mungkin dikarenakan
adanya peluang pinjam dengan persyaratan yang lebih mudah dan relatif cepat
dibanding lembaga keuangan lainnya (baca
: non koperasi). Jadi, tidaklah terlalu mengherankan kalau pertumbuhan koperasi
penyelenggara simpan pinjam ini bagaikan jamur di musim hujan. Ironisnya, sebagian dari koperasi tersebut hanya
disemangati oleh pertumbuhan modal dengan memanfaatkan pertumbuhan naluri
meminjam yang tinggi di kalangan anggota dan juga masyarakat. Pertanyaan menarik bagi segenap pegiat dan
aktivis koperasi adalah “apakah hal semacam ini menggembirakan atau justru
menyedihkan?”.
Sekilas, paragrap-paragrap berikutnya dalam
tulisan ini seperti menabrak “realitas” mayoritas koperasi. Namun demikian,
semangat untuk memposisikan KSP/USP sebagaimana seharusnya merupakan landasan
dalam setiap fikiran dan gagasan yang mengemuka.
B. 2 (dua) Aktivitas Utama.
C. Pendefenisian Spirit Kelahiran Sebagai Muasal
Sebagai sebuah organisasi yang lahir
dari kesepakatan bersama, idealnya “spirit kelahiran” KSP/USP menjadi
sumber semangat dan energi bagi setiap unsur organisasi dalam menjalankan hak dan
kewajibannya. Untuk itu, “spirit kelahiran” perlu di
identifikasi dan di defenisikan bersama, sehingga semua unsur organisasi
memiliki ikatan emosional yang kuat dan diikuti dengan keterbangunan kesadaran untuk membesarkan
perusahaan versama melalui optimalisasi partisipasi.
Sebagai stimulan, ketika KSP/USP didefensikan
sebagai media pembentukan kualitas hidup anggotanya, maka strategi
pengembangannya akan mengarah pada pencapaian indikator-indikator “hidup
berkualitas” yang dirumuskan bersama. Demikian halnya ketika KSP/USP
didefenisikan sebagai media untuk mencetak pertumbuhan modal, maka strategi
pengembangannya pun akan mengarah pada mobilisasi koperasi ke arah pengembangan
perusahaannya. Artinya, kebesaran organisasi dijadikan sebagai sumber kebanggan
utama dari segenap unsur organisasi yang
ada.
Paragraf diatas hanya stimulan saja
yang dimaksudkan untuk mendorong
setiap USP/KSP memiliki sikap
dan pilihan tegas terhadap “spirit klelahirannya” sehingga ada
referensi yang jelas dalam proses penyusunan strategi pengembangan.
D. 2 (dua) Alternatif Strategi Pengembangan
KSP/USP
Sementara itu, pada strategi
berbasis edukasi (pendidikan), KSP/USP memposisikan anggota sebagai
populasi yang harus di edukasi dari satu titik ke titik tertentu dalam
poin-poin yang sudah disepakati bersama. Sebagai contoh, ketika segenap
unsur organisasi berkeinginan untuk
membangun budaya “menabung”, maka KSP/USP akan menyelenggarakan berbagai upaya
agar “menabung” adalah kebiasaan yang membudaya pada anggota.
Demikian halnya, ketika “meminjam” diarahkan
pada penciptaan daya dukung terhadap langkah-langkah peningkatan
produktivitas anggota, maka langkah-langkah yang dilakukan KSP/USP berorientasi
pada tumbuh dan berkembangnya keinginan dan kebiasaan anggota untuk melakukan
hal-hal produktif dalam arti luas.
E. Taktik Pengelolaan SImpan Pinjam
- Kualitas Pelayanan sebagai sumber
trust. KSP/USP adalah jenis usaha jasa yang
erat kaitannya dengan kepercayaan. Oleh karena itu, KSP/USP harus menciptakan
mesin reputasi lewat konsistensinya
dalam menjaga kualitas pelayanan. Dinamika sentuhan terhadap anggota
diperlukan untuk memperkaya referensi anggota dalam hal jejak kebaikan
KSP/USP. Dibawah ini dijelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan kualitas
pelayanan.
Performance. Performance
meliputi kantor/ruang pelayanan,
karyawan/ti dan sarana kerja.
|
kesiapan melayani. Ini penting,
sehingga setiap anggota benar-benar merasa diperlakukan sebagai nasabah
terbaik.
|
Teknologi dan kecepatan. Teknologi
sangat membantu dalam hal kecepatan informasi , ketelitian
|
Empati dan Kepedulian. Hal ini
berkaitan dengan masuknya semangat “gotong royong” kedalam ranah pelayanan.
|
Edukatif. Ini hal yang
sulit ditemuin dari kebanyakan pola pelayanan koperasi. Idealnya, pelayanan simpan pinjam memiliki
semangat edukatif, sehingga pola pelayanan simpan pinjam memiliki relevansi
kuat dengan peningkatan kualitas hidup anggota.
|
Disiplin. Disiplin adalah
salah satu kunci dari keberhasilan usaha simpan pinjam. Kedisiplinan tidak hanya diperlukan dari
sisi anggota, tetapi juga di wilayah pengurus/manajemen dan pengawas. Ini lah
yang disebut tumbuh bersama.
|
Dan lain sebagainya…yang kesemuanya
berorientasi pada peningkatan kebermanfaatan kepada segenap anggota
|
.
- Permodalan
·
Berbasis kemandirian.
Pola ini yang
paling ideal dari kerangka konsepsi koperasi, dimana kemandirian berhubungan
erat dengan kemandirian dan otonomi Hal ini bisa dilakukan dengan peningkatan simpanan dari kalangan internal
(cq. Anggota). Namun demikian, karena fakta nya anggota cenderung lebih
menggandrungi “aksi pinjam”, maka peran sosialisasi, edukasi dan promosi perlu
menjadi perhatian.
·
Melibatkan permodalan eksternal.
Secara konsepsi,
salah satu prinsip koperasi adalah mengembangkan kerja sama, baik sesame
koperasi maupun dengan non-koperasi seperti perbankan dan lembaga keuangan
lainnya. Namun demikian, dalam membangun koperasi yang mengakar, paradigma
pelibatan modal eksternal seharusnya memiliki jangka waktu yang tegas, sehingga
mindset
kemandirian tetap menjadi titik ideal yang harus di capai.
·
Berbasis pengembangan/perluasan anggota.
Dalam tinjauan
ekonomis, kebersamaan di KSP/USP seharusnya bisa mendatangkan efisiensi
kolektif. Sejenak coba bayangkan; “ketika anda menyewa sebuah truk untuk
mengangkut barang dagangan anda, apakah besarnya biaya angkut per unit akan
sama dengan mengisi truk tersebut hanya setengah atau penuh??. Sama hal nya
dengan sapu lidi. Ketika dia hanya 5 (lima) biji sangat sulit untuk
membersihkan sebidang halaman rumah, tetapi ketika 300 biji dan diikat kuat,
maka akan lebih cepat untuk membersihkan sebidang halaman tersebut. Beberapa
contoh diatas menggambarkan bahwa
kolektivitas (kebersamaan) berpotensi menciptakan efisiensi kolektif. Untuk
itu, semakin banyak yang bergabung dalam sebuah koperasi sesungguhnya identik
dengan peningkatan efisiensi kolektif yang bisa dinikmati. Oleh karena itu,
prinsip keanggotaan koperasi yang suka rela sesungguhnya merupakan satu sumber
kekuatan yang akan membawa koperasi pada peluang untuk memperluas
kebermanfaatannya. Untuk itu, mengembangkan keanggotaannya juga merupakan salah
satu upaya meningkatkan kemampuan permodalan koperasi.
- Pemasaran.
Pemasaran dalam
lingkup KSP/USP sesungguhnya tidaklah hanya pada sisi “pemberian pinjaman”,
tetapi juga menyangkut persoalan pertumbuhan minat anggota untuk “menyimpan”.
Oleh karena itu, KSP/USP harus memiliki guideline
(garis pemandu) pemasaran, sehingga langkah-langkah pemasaran yang diambil
konstruktif dan terukur. Sekedar mengingatkan, Pemasaran adalah
aktivitas membahasakan keberadaan pelayanan yang diselenggarakan KSP/USP kepada
anggota. Oleh karena itu, dalam pemasaran diisi dengan rangkaian aktivitas yang
menginformasikan kebaikan-kebaikan yang ada di koperasi tanpa melakukan dusta
(untuk tujuan manipulasi persepsi) .
Metode yang dipilih harus memperhatikan karakter anggota atau non
anggota (koperasi lainnya sebagai pangsa pasar diperbolehkan untuk dilayani
sebuah koperasi). Dengan demikian, metode-metode yang diaplikasikan mampu
mendatangkan kepercayaan target market dalam memanfaatkan
pelayanan yang diselenggarakakan oleh KSP/USP
(simpan maupun pinjam)
F. Indikator Keberhasilan
Dalam koperasi, keberhasilan atau
ke-belum berhasilan adalah milik bersama. Artinya, dalam menjalankan aktivitas,
sesungguhnya koperasi berorientasi pada peningkatan kualitas ke “kita” an dari
segenap unsur organisasi. Untuk mendukung perkembangannya, KSP/USP bisa mengembankan dan mengaplikasikan ragam pendekatan
sehingga melahirkan satu persepsi terhadap
tujuan dan segenap unsure organisasi memiliki kesadaran mengambil tanggungjawab
membesarkan perusahaan yang dimiliki bersama.
Dalam bahasa semangat, ketika
membicarakan indikator keberhasilan, alat ukur sesungguhnya terletak pada ketercapaian “peta keinginan kolektif”
yang proses penyusunannya melalui duduk bersama dari segenap unsure organisasi.
“Peta keinginan” tersebut merupakan cermin dari “spirit” kelahiran dan
beroperasinya sebuah KSP/USP. Dalam cara baca demikian, maka
indikator-indikator keberhasilan satu koperasi
bisa berbeda satu dengan lainnya, sesuai dengan rumusan yang
dihasilkan oleh koperasi masing-masing. Sebagai stimulant saja, berikut
dituliskan beberapa indikator yang capaian dari sebuah KSP/USP, antara lain
:
- Berbasis ekonomis ansih. Dalam cara
baca KSP/USP terbatas pada sisi
ekonomi saja, biasanya capaian
diukur dari indicator-indikator ekonomi secara umum, seperti SHU,
likuiditas, solvabilitas dan lain sebagainya. Pada cara pengukuran ini.
- berbasis edukasi. Ini memang belum lazim bila ditinjau dari
sudut pandang kebanyakan di praktek lapangan KSP/USP saat ini dimana
mayoritas masih memandang KSP/USP adalah urusan uang dan pertumbuhannya.
Pengukuran pada pola berbasis edukasi ini tergantung
kesepakatan-kesepakatan yang terbangun dalam KSP/USP ini. Sebagai contoh,
ketika disepakati bahwa KSP/USP adalah media peningkatan kualitas
hidup yang dalam implementasinya berorientasi pada pembangunan
budaya menabung dan mendorong budaya produktif di kalangan anggota. Dalam
konteks ini, maka indicator-indikator keberhasilannya akan terlihat dari :
.
·
Pertumbuhan
tabungan anggota sebagai alat ukur keberhasilan edukasi dan juga peningkatan
kemampuan anggota
·
Pertumbuhan pinjaman dan efektivitasnya bagi
peningkatan produktivitas anggota dalam arti luas.
- dan lain sebagainya.
Intinya, keberhasilan koperasi
terletak pada kebahagiaan anggota dimana “kebahagiaan” merupakan simbol
terselenggaranya komunikasi yang hangat dan cair diseluruh unsur organisasi, Dengan demikian, kelahiran
manfaat-manfaat dari KSP/USP sesungguhnya adalah imbas dari kualitas kerekatan
dari segenap unsur organisasinya.
F. Penghujung
Simpan pinjam adalah usaha strategis
yang sesungguhnya bukan sebatas persoalan uang berikut pertumbuhannya,
tetapi lebih dari itu, simpan pinjam merupakan “media strategis”
pembentukan kehidupan anggota yang lebih berkualitas. Cara baca ini memang
masih kurang lazim, tetapi perubahan mindset terhadap simpan pinjam layak
dijadikan bahan kontemplasi (perenungan mendalam)
Oleh karena itu, sebagai refresentasi
demokrasi organisasi, insiasi dan kreativitas
pengurus/manajemen dan pengawas
sangat mempengaruhi terbentuknya perubahan “mindset” itu sendiri.
Tetapi, ketika perubahan mindset ini mengandung nilai-nilai
kebaikan, maka perubahan adalah sebuah keharusan.
Satu hal yang menjadi catatan penting,
pertumbuhan KSP/USP secara organisasi harus memiliki relevansi yang kuat dengan
tujuan-tujuan pribadi anggotanya yang terakomodir melalui penyatuan kepentingan sehingga terumuskan tujuan-tujuan kolektif yang
diputuskan bersama melalui mekanisme demokrasi. Dengan demikian, KSP/USP akan
mewujud menjadi mesin penjawab kebutuhan dan sekaligus kebanggan bersama dari
segenap unsure organisasinya. Inilah yang sering disebut dengan
istilah…koperasi yang meng-anggota…..
Demikian disampaikan sebagai bahan
diskusi dalam sesi pelatihan pengelolaan simpan pinjam kali ini. Semoga
menginspirasi kebaikan-kebaikan baru dan melahirkan semangat tambahan dalam
menumbuhkembangkan dan membudayakan perkoperasian. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
+ komentar + 2 komentar
Saya sangat sependapat bahwa koperasi merupakan penjawab kebutuhan anggota. Apapun kebutuhan anggota harus terpenuhi oleh koperasi. Ketika ada kebutuhan, secara otomatis anggota koperasi tahu siapa yang bisa menolong. Koperasi.
Koperasi yang menganggota. Smart.
Sangat bermanfaat...
Posting Komentar
.