“Mahasiswa ikut
serta dalam bidang kewirausahaan”
ME-MAHASISWAKAN
WIRAUSAHA
Disampaikan pada agenda kegiatan “Workshop
Kewirausahaan”, yang dilaksanakan oleh BEM Fak Hukum Unsoed, di Aula Gedung Justitia 3 Fakultas Hukum Unsoed, Purwokerto,
jawa Tengah, Tgl 15 Juni 2013.
A. Pengantar : Sebentuk
Kontemplasi

Paragraf
diatas mengabarkan bahwa menentukan pilihan menjadi hal penting dan sangat strategis, sebab berhubungan dengan
gambaran akan seperti apa yang akan dicapai pada masa depan. Untuk itu, lakukan
persiapan sedini dan semaksimal mungkin sebelum menentukan pilihan. Hal ini
sebagai upaya terbaik dalam membentuk masa depan berpengharapan dan juga menghindari penyesalan dikemudian hari. Memanfaatkan
sebaik mungkin “kesempatan hidup” adalah
tindakan paling bijak.
Demkian halnya ketika membahas tentang wirausaha,
sesungguhnya identik dengan membahas satu alternatif pilihan diantara pilihan
lain yang tersedia. Oleh karena itu, dalam
hal “wirausaha” dimaknai sebagai jalan hidup, maka wirausaha hanya
salah satu alternatif pilihan dimana
“bekerja” adalah pilihan lainnya yang tersedia. Demikian juga ketika
“wirausaha” dimaknai dalam dimensi kepedulian dan pengabdian pada masyarakat
atau bangsa, wirusaha pun adalah salah satu alternatif pilihan. Namun demikian,
satu hal yang menjadi catatan bahwa “memilih” memerlukan keberanian
dan kesiapan
atas segala resiko yang mengikutinya.
Sebagai
bahan kontemplasi, sebuah pepatah mengatakan bahwa “kemarin adalah sejarah, hari ini adalah kenyataan dan esok adalah
harapan”. Pepatah ini
mengajarkan bahwa tak ada hal yang bisa diubah tentang hari kemarin, sebab telah berwujud sejarah yang hanya bisa dikenang dan atau diambil
hikmahnya. Tak ada salahnya pepatah ini dikaitkan dengan kalimat lain yang
mengatakan bahwa “hari ini harus lebih baik dari kemarin dan
esok harus lebih baik dari hari ini”. Ketika kedua pepatah ini dipersatukan
akan membentuk pesan bijak: (i) untuk berbesar jiwa atas apapun yang telah dan
sedang dirasakan dan; (ii) untuk berkontemplasi atas setiap capaian dan sekaligus
merancang perubahan dan; (ii) untuk
senantiasa membangun semangat untuk membentuk capaian-capaian yang lebih.
B.
Mengintip Makna dan Karakter “Wirausaha”
Dalam pemaknaan bebas, wirausaha itu adalah “upaya
mandiri” dalam arti tidak menggantungkan diri pada orang
lain. Pemaknaan ini lah yang mendorong seorang wirausahawan selalu berupaya menciptakan
hal baru atau memanfaatkan sesuatu
untuk tujuan yang didefenisikannya sendiri. Seorang wirausahawan juga selalu
berupaya melakukan hal-hal baru yang diyakini akan bermanfaat atau bisa menambah nilai sesuatu. Semua
dilakukan atas dasar kesadaran sendiri, obsesi dan mimpi yang kemudian
menggiringnya pada pergulatan sengit di medan
juang. Dia menciptakan indikator sendiri, dia memulai atau berhenti sesuai kata
hatinya. Tak ada yang bisa menghalangi tekadnya kecuali dirinya sendiri. Hampir
tak ada yang bisa membatasinya, kecuali alam dan peraturan/regulasi. Bahkan
wirausahawan sulit diatur karena kecenderungan suka mengatur. Seorang wirausahawan juga senantiasa
berfikiran positif, optimis dan memiliki keberanian mengambil resiko untuk
membuktikan keyakinannya. Intinya, wirausahawan tak pernah berhenti berupaya
mewujudkan apa yang didefenisikannya sebagai mimpi. Disamping itu, wirausahawan
sering terlihat memiliki karakter unik
dan suka melakukan hal-hal berbeda diluar kebiasaan. Mereka terlatih dalam
ketidakteraturan dan ketidakpastian. Oleh
karena itu, wirausaha kurang cocok bagi orang-orang yang mencintai
kenyamanan, keteraturan, kepastian, takut mengambil resiko.
Lakukanlah perenungan mendalam untuk mendapati
satu keyakinan bahwa adakah anda memiliki sikap dan sifat seorang
wirausahawan??
C. Semua
Berpeluang Menjadi Wirausaha
Dalam faham mayarakat, wirausahawan selalu
dikaitkan dengan bisnis, putaran uang dan keuntungan. Sebagai informasi saja, dalam perkembangan terkini, istilah wirausaha
mulai dimaknai lebih luas lagi yang kesemuanya bernada sama, yaitu mencerminkan
“semangat
melakukan sesuatu untuk lebih bernilai”. Akhir-akhir ini kita pun mengenal
istilah tehcnopreneur (concern pada pengembangan teknologi),
social entrepreneur (focus pada dimesi kebermanfaatan bagi masyarakat), forestpreneur (focus
pada perlindungan hutan). Dengan demikian, tidak berlebihan untuk kemudian
mendefenisikan wirausaha merupakan semangat dan upaya “mempertinggi nilai sesuatu”
yang bermula dari kreativitas atau membaca sesuatu dari sudut berbeda dari
kebanyakan orang. Kalau dalam bahasa marketing, wirausaha itu kreativitas menjadikan
segala potensi diri menjadi marketable (baca: memiliki tingkat penerimaan dan
apresiasi public yang baik).
Sebagai catatan penting, modal terbesar dan terpenting dari wirasusaha
itu terletak pada “semangat” untuk menciptakan sesuatu, baik sesuatu yang
lebih baik dan menarik bila dibanding dengan yang sudah ada, maupun sesuatu
yang baru dan belum terfikirkan oleh orang lain. Dalam cara baca ini, maka
posisi uang sesungguhnya hanya
alat Bantu (just servant) dan bukan utama.
Oleh karena itu, siapapun sesungguhnya berpeluang
menjadi wirausahawan melalui optimalisasi potensi diri melalui kreativitas yang
membawanya pada titik marketable. Mungkin tak berlebihan
kalau kemudian menyimpulkan bahwa kewirausahaan adalah tentang “how
to sale your self?”.
D. Memulai
dan Menjalankan Profesi Wirausaha
Semua orang terlahir dengan talenta (bakat).
Kemampuan masing-masing orang dalam mengelola bakatnya sangat mempengaruhi output dari bakat itu sendiri. Demikian
halnya ketika seseorang menjadikan
wirausaha sebagai profesi, kejelian dalam memanfaatkan peluang dan atau
menciptakan kreativitas, telah membawa mereka pada pencapaian yang
berbeda-beda.
Sekedar bersaran,
mulailah wirausaha dengan kata “who/siapa”. Maksudnya, mulailah dari
berfikir siapa focus yang akan
dilayani. Setelah menemukan fokus market (pangsa pasar) yang akan dilayani,
selanjutnya temukan “what/apa” yang dibutuhkan. Pada tahap ini lah akan
ditemukan “usaha apa” yang akan dijalankan. Kalau dalam bahasa lapangan,
ada istilah “jual-lah apa yang dibutuhkan”, sehingga membentuk peluang respon
pangsa pasar atas apa-apa yang ditawarkan. Tahap selanjutnya adalah mengenali calon
pelanggan lebih mendalam
sehingga menginspirasi dalam proses perumusan “how/bagaimana” melakukan
pendekatan efektif dalam membangun
respon positif atas apa yang ditawarkan.
Namun demikian, ada sedikit perbedaan tahapan ketika kreativitas
(temuan) lebih dulu lahir. Dalam situasi ini, diperlukan upaya lebih
keras dalam mensosialisasikan kehadiran gagasan sampai dengan meng-edukasikan
nilai-nilai manfaat ketika temuan tersebut di konsumsi. Hal ini biasanya berlaku pada hal-hal yang bersifat
baru dan masyarakat belum pernah mengetahui atau memanfaatkannya. Untuk itu,
diperlukan kejelian yang lebih dalam memperkenalkan dan mengkampanyekan nya
kepada calon pelanggan (market).
E.
Mendeteksi Sumber Peluang
Insting selalu menjadi garda terdepan dalam
membaca atau menciptakan peluang. Ketajaman insting membawa seorang
wirausahawan ke titik gagasan dan keyakinan untuk menjadikannya sebagai
komoditas dalam berwirausaha. Bicara tentang gagasan/peluang, berikut ini
disampaikan beberapa hal yang sering menjadi muasal kelahiran sebuah karya:
1.
Instuisi murni. Ini biasanya di istilahkan “genuine” sebab gagasan benar-benar
sesuatu yang baru dan belum ada yang memikirkan atau menjalankan sebelumnya. Hal
ini biasanya berbentuk temuan-temuan baru yang melibatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2.
Meningkatkan nilai manfaat dari yang sudah ada. Dalam jenis ini, ide
diinspirasi oleh sesuatu yang memang sudah ada tetapi kemudian menginspirasi
gagasan baru dalam meningkatkan nilainya. Sebagai contoh, industri kreatif
dalam pemanfaatan sampah untuk menjadi pupuk atau sumber energi
terbarukan.
3.
menggunakan konsep 3M (melihat,
meniru dan menambahkan). Ini adalah sumber gagasan yang paling sederhana,
dimana dengan membentuk sedikit perbedaan dari yang sudah ada, ide akan tampil
seolah-olah sesuatu yang baru. Sebagai contoh, ketika melihat bakul mie ayam
yang begitu laris disebuah tempat, kemudian menginspirasi untuk melakukan hal
sama dengan menambahkan sedikit perbedaan, misalnya dalam pola penyajian atau
tempat yang lebih refresentatif.
Begitu pentingnya insting, sehingga perlu diasah
terus menerus agar kian hari kian tajam.
F.
Mahasiswa dan Wirausaha
Seperti dijelaskan pada sub tema “semua berpeluang menjadi wirausaha”,
sesungguhnya mahasiswa sangat berpeluang mengembangkan kewirausahaan. Kapasitas
intelektual dan kemampuan penalaran yang tinggi, wawasan luas, pola
komunikasi lebih berbobot pada seluruh
lapisan masyarakat, hidup di lingkungan kampus yang secara otomatis selalu
terasah, ketersediaan sisa waktu diluar jam perkuliahan, merupakan faktor-faktor pendukung yang lebih
dari cukup bagi seorang mahasiswa untuk menekuni kewirausahaan. Persoalannya
justru terletak pada kemauan dan keberanian memulainya.
Perlu di catatt bahwa mahasiswa adalah insan yang
sedang menuntut ilmu pengetahuan di kampus, sehingga pada dirinya melekat
tanggungjawab study. Namun demikian, bukan berarti mahasiswa tidak berpeluang
menjebakkan diri dalam dunia wirausaha. Dalam semangat tinggi untuk menjadi
wirausahawan sukses, seorang mahasiswa
harus memandang bahwa terjun menekuni wirausaha sesungguhnya “mengurangi
waktu bermain bukan mengurangi waktu belajar”. Artinya, harus dibangun
pembacaan bahwa IP (indeks Prestasi) Study yang rendah bukanlah akibat dari menekuni wirausaha, tetapi kebelummampuan
dalam me-manage waktu dan mendistribusikan energi secara efektif.
Sebagai penghujam ego, banyak wirausahawan sukses dulunya tidak pernah memiliki
kesempatan mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi karena berbagai
keterbatasan. Hebatnya lagi, mereka memiliki karyawan yang pendidikannya sampai
sarjana S1 dan bahkan S2 atau S3. Keteguhan, kesungguhan, keuletan dan
ketekunan telah membawa mereka pada capaian-capaian luar biasa. Mereka tak malu
memulainya dari hal sederhana, kemudian menekuninya dengan penuh kesabaran.
Mereka terus belajar dari dinamika perjalananan keseharian usaha dan
menjadikannya sebagai bahan untuk terus berbenah dan berinovasi. Oleh karena
itu, capaian mereka yang luar biasa adalah sesuatu yang wajar dan bisa dinalar
kedatangannya. Oleh karena itu, dari logika tingkat pendidikan, maka seharusnya
mahasiswa berpeluang membentuk capaian yang lebih baik. Kalau kemudian ternyata
tidak, berarti ada sesuatu yang kurang tepat, sehingga bukanlah sesuatu yang
buruk untuk belajar dari mereka yang sudah lebih dulu berwirausaha dan mencapai
kesuksesan.
Kesuksesan adalah hadiah dari kesabaran dan
kesungguhan berproses. Prinsip ini pun berlaku dalam dunia wirausaha. Dalam tinjauan
wirausaha, sesuatu yang besar berawal dari yang kecil. Hal ini layaknya pohon tidak berbuah seketika, tetapi
melalui proses dan memerlukan waktu. Oleh karena itu, adalah kemustahilan untuk
berharap keberhasilan hadir dalam waktu singkat, sebab keberhasilan tidak
dicapai semudah membalikkan tangan.
Keberhasilan adalah buah semangat, akumulasi keringat dan perjuangan yang tidak
kenal lelah. Keberhasilan hanya hinggap pada mereka yang memiliki ketangguhan,
yang bisa tetep tersenyum, berfikir positf dan optimis dalam ketiadaan harapan
sekalipun. Disinilah keluasan berpandangan, kemampuan menyemangati diri sendiri
di segala keadaan mutlak diperlukan dari diri setiap wirausahawan. “Tak
ada pelaut yang tangguh dari air yang tenang”, itulah perumpamaan yang
tepat dalam menggambarkan semangat juang.
G. 2(dua)
Alternatif Orientasi Berwirausaha di Kalangan Mahasiswa
Sebagian besar mahasiswa masih dalam tanggungan
orang tua. Artinya, sebagian besar dari
mereka sesungguhnya tidak bermasalah dengan stabilitas hidup dan berada di zona
nyaman (comfort zone). Dengan
demikian, ketika seorang mahasiswa ingin menekuni wirausaha, sesungguhnya tidak
sedang dalam tekanan dimana harus diperoleh sejumlah hasil untuk mem-back-up
hidupnya. Dengan demikian, seharusnya mahasiswa lebih enjoy (tanpa tekanan)
saat menjebakkan diri ke dalam lingkar wirausaha. Disisi lain, fakta lapangan
sering menunjukkan bahwa ketiadaan tekanan (pressure) justru
melenakan, sementara ragam tekanan (under pressure) justru sering menjadi
pemantik lompatan energi dan kelahiran ragam gagasan. Sebagai mahasiswa yang memiliki kapasitas
intlektual tinggi dan memiliki keampuan adaptasi yang baik, ketika seorang
mahasiswa ingin menekuni wirausaha harus bisa melakukan rekayasa persepsi dan
psikologi dalam dirinya sendiri, sehingga terdorong untuk terus bergerak dan
bergerak serta tak berhenti berupaya dalam mengembangkan gagasan demi
pencapaian sebuah impian.
Sementara itu, kaitannya dengan orientasi
mahasiswa dalam menekuni wirausaha, berikut ini dijelaskan 2 (dua) alt ernatif
yang mungkin menjadi inspirasi :
·
Berorientasi pada hasil. Pada titik ini, mahasiswa tersebut
memasang target untuk memperoleh pendapatan/penghasilan dari proses yang dia
lakukan dan tekuni. Biasanya, ketika mahasiswa tersebut terlalu asik dengan
orientasi pencarian keuntungan, maka menjadi sering lalai dalam mengembangkan
hal-hal lainnya di luar apa yang telah mendatangkan keuntungan padanya.
·
Berorientasi pada proses.. Pada titik ini,
mahasiswa tersebut focus pada pengayaan pengetahuan dan sekalgus pengalaman
melalui belajar dan melakukan ke-pernah-an yang akan membawanya pada
pertumbuhan mental dan keyakinan yang akan menjadi bekal penting dalam
membangun wirausaha sesungguhnya pasca study. Biasanya, mahasiswa yang memilih
orientasi ini memiliki visi jauh dimana perluasan apkan sendiri.kepernahan-kepernahan disadari sebagai tumpukan bekal dan dibaca sebagai proses investasi diri yang
akan di operasionalkan untuk merealisasikan gagasannya pada waktu yang telah
dia rencanakan.
2 (dua) alternative orientasi tersebut hanyalah sebagian referensi dalam melakukan
pilihan. Namun demikian, hal ini menjadi penting, sebab orientasi akan mempengaruhi semangat , pola
fikir dan pola tindak dalam proses
belajar dan menekuni wirausaha.
H. Penghujung
Wirausaha sesungguhnya lebih merupakan proses
pengembangan kreativitas-kreativitas yang akan mempertinggi nilai
kebermanfaatan diri, baik bagi diri sendiri dan juga lingkungan. Dalam cara
baca demikian, perolehan laba atau keuntungan sesungguhnya hanyalah imbas dari ketekunan, kesabaran berproses dan terus
berjuang tanpa kenal lelah, apalagi menyerah.
Demikian pemikiran sederhana ini di sampaikan,
semoga memantik keinginan segenap peserta untuk segera memulai walau dari
langkah kecil sekalipun. Sebagai catatan akhir, pencapaian tangga ke-10 berawal
dari tangga ke-01, oleh karena itu mulailah atau hanya menjadi imajinasi
selamanya. Sukses selalu untuk kita semua dan semoga wirausaha adalah salah
satu jalan mempertinggi nilai dipandangan Sang Pencipta. Amin Ya Robbal
‘Alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
.