Disampaikan pada “Camp Leadership”
yang dilaksanakan oleh BEM Fakultas
Hukum Unsoed, 24-25 Februari 2013, di Fakultas Hukum Univ. Jenderal Soedirman,
Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia.
A. Pembuka
Sebagian orang mendefenisikan kepemimpinan adalah bawaan lahir, tetapi tampaknya
menjadi tak asyik kalau meyakini cara baca ini, karena berpotensi
membuat seseorang menyimpulkan dirinya tidak berbakat jadi seorang pemimpin.
Semua orang bisa menjadi pemimpin, minimal bagi dirinya dan moga-moga bagi
masyarakat luas. Cara baca ini lebih menarik untuk di anut, karena membangunkan
semangat dan membangun peluang setiap orang menjadi pemimpin, sepanjang pada
dirinya terdapat pra-syarat kepemimpinan yang merupakan hasil proses yang
panjang.
B. Mendefenisikan Kepemimpinan
Dlalam bahasa yang mudah di fahami, Kepemimpinan adalah pengaruh.
Jadi siapapun yang mempunyai kemampuan mempengaruhi, maka dia sesungguhnya
adalah pemimpin, baik pengaruh itu dalam sebuah organisasi formal, maupun
pengaruh itu diaplikasikan dalam sebuah kelompok non formal.
C. Sekilas Mengintip Cara Kerja Pemimpin
Pada saat keberhasilan digapai dimana visi kepemimpinan sukses membawa
organisasi ke titik yang direncanakan, maka pada titik ini pula seorang
pemimpin di uji kebijaksanaannya, bagaimana
keberhasilan dibahasakan sebagai karya kolektif dan bagaimana pula
mengapresiasi dengan tepat kontribusi semua pihak dalam raihan tersebut. Pada
titik ini pula, ego kepemimpinan bisa di ukur, karena seorang pemimpin tak
jarang tergoda kedalam euforia
indivdual
demi penandasan eksistensi dirinya di lingkungan internal maupun eksternal
organisasi. Padahal, seorang pemimpin tak perlu melakukan hal itu, karena saat
dia ditetpkan menjadi pemimpin, sesungguhnya hal itu sebuah pernyataan sikap kolektif
bahwa dia adalah refresentasi kepercayaan mayoritas dari orang-orang yang
dipimpinnya.
D. Prosedural atau Natural dalam Menjadi
Pemimpin
Dalam kenyataannya, banyak orang yang berebut menjadi pemimpin formal
dengan berbagai latar belakang yang melandasinya. Namun, dalam rangka belajar
bersama, berikut ini dijelaskan raba-an muasal seringnya terjadi pergulatan
demi menjadi seorang pemimpin formal:
1.
kepemimpinan formal
difahami sebagai sumber harga diri. Bagi sebagian orang, memiliki status sosial
yang formal adalah sesuatu yang sangat penting. Bagaimanapun juga, dihormati
atau di utamakan dalam satu komunitas adalah bagian dari kepuasan diri secara
keduniawian.
2.
Kepemimpinan formal
diyakini sebagai alat efektif mewujudkan visi. Cara baca ini wajar-wajar saja
sebab biasanya seorang pemimpin formal
memiliki kewenangan yang luas men-drive segala sumber daya organisasi untuk
mewujudkan visi dan kepentingan nya. Cara baca ini lah yang sering membuat
seseorang mau berspekulasi dan bahkan tak jarang berkorban apa saja demi
terperolehnya tampuk kepemimpinan. Ironisnya, cara baca yang sama ada di kepala
beberapa orang dari organisasi yang sama, sehingga hal ini kemudian menciptakan
“aura persaingan”, kalau kata “pertarungan” dirasa kurang tepat
untuk menjelaskannya. Dalam situasi ini, “demokrasi” selalu diyakini sebagai jalan
tengah walau faktanya sering menyisakan sakit hati berkepanjangan ketika
kebesaran jiwa tidak bisa terjaga sebagaimana seharusnya.
Hal bertolak belakang didapati ketika membicarakan kepemimpinan informal,
karena kelahirannya melalui proses alamiah yang biasanya dipengaruhi oleh
kebijaksanaan karakter diri dari orang tersebut. Kepemimpinan informal lahir
dari proses panjang, dari akumulasi konsistensi dan catatan kebaikan yang
dirasakan oleh lingkungan. Bahkan dirinya sendiri hampir tidak berkepentingan
dipandang sebagai pemimpin atau tidak. Kalau dalam tinjauan vertikalnya, orang
semacam ini melakukan sesuatu hanya didasarkan keinginan kuat mendekatkan diri
pada Tuhannya. Jadi, tidak mengherankan
kalau dia akan tetep dengan visinya, terlepas orang meyakini atau tidak
meyakininya, mendukung atau tidak mendukungnya, mendengarkan atau tidak
mendengarkannya. Sebab, kedekatannya pada Tuhan diyakini sebagai cara untuk melahirkan karya-karya berdimensi
kebermanfaatan yang luas bagi banyak orang. Kian banyak karya yang
dihasilkannya, kian memperlebar pengaruhnya dalam arti luas. Pemimpin informal
semacam ini bisanya bercirikan “out of the box” dalam melihat sebuah permasalahan. Semaksimal mungkin dia meminimalisir
kepentingan dan dengan bijaksana selalu menghormati para pemimpin formal yang sedang
berkuasa.
E. Sekelumit Tawaran Ketika
Tema Kepemimpinan di Diskusikan.
Berikut ini disampaikan beberapa hal yang layak dijadikan bahan
kontemplasi ketika men-temakan
kepemimpinan, dengan harapan akan menginspirasi pemaknaan-pmaknaan bijak
tentang sebuah kepemimpian. Adapun hal yang dimaksudkan dijelaskan sebagai
berikut :
2.
Mengelola kepemimpinan formal dengan gaya informal. Memimpin dengan gaya informal dan jauh dari kekakuan sesungguhnya lebih efektif membentuk iklim keterbukaan dan
juga lebih mampu mendorong segenap unsur organisasi berkontribusi dalam
pencapaian visi dan misi. Gaya informal lebih menggerus jarak dan membuat
orang-orang yang dipimpin merasa nyaman untuk menyampaikan ragam gagasan maupun
hambatan yang sedang mereka alami. Artinya, gaya informal lebih memudahkan
pemimpin mendapatkan peta realitas yang obyektif dan sekaligus bisa mengukur rasionalitas
dan efektivitas pengambilan sebuah keputusan. Namun demikian, tantangan
terbesar pada pemimpin gaya ini adalah “menjaga
efektivitas”. Sebab terlalu dekat berpotensi menimbulkan turunnya tingkat kepatuhan
terjadap arahan maupun perintah. Disinilah pemimpin di tuntut bisa “dekat tapi jauh dan jauh tapi dekat” atau dengan kalimat lain, “merakyat tapi tidak dirakyatkan”.
3.
Mengangkat pemimpin dari orang yang tidak
menginginkannya. Memiliki visi dan misi yang luas,
memiliki rekam jejak amanah yang valid, senantiasa
berorientasi pada perluasan kebermaknaan diri dan pertanggungjawaban vertikal
adalah sebagian dari kriteria pemimpin yang ideal. Namun ada satu kriteria lagi
yang sering luput, yaitu orang tersebut tidak menginginkan jabatan tersebut.
Karakter ini makin langka di kekinian zaman, namun bukan berarti tidak ada
kalau serius dalam mencarinya. Salah satu jawabannya adalah, pada orang yang
tidak menginginkan sebuah jabatan, proses keterbentukan kepemimpinannya diawali
dari keluasan visi hidup yang dibangunnya berbasis kesadaran dan tekun dalam
mentahapi langkah-langkah mewujudkan visi tersebut. Artinya, tumbuhnya
sikap-sikap kepemimpinan pada dirinya lahir dari proses perjuangan panjang yang
dilaluinya dengan ikhlas dan tabah. Semua dia lakukan demi ketercapaian visinya
yang luas, bukan untuk mendapat pujian dari orang lain. Langkah-langkah yang
dia lalui dan capaian-capaian yang dia peroleh, telah melahirkan pengaruh atau
menginspirasi banyak orang untuk menjadi lebih baik.
Tampaknya Sulit mendapatkan pribadi-pribadi yang digambarkan diatas, tetapi
bukan berarti tidak. Banyak sejarah menceritakan tentang kemakmuran sebuah
negeri dan biasanya pada negeri tersebut terdapat pemimpin luar biasa. Terfikir
melakukan kajian kritias terhadap efektifivitas demokrasi sebagai solusi
menemukan pemimpin yang baik, tetapi khawatir sebagian orang memandang hal ini
sebagai langkah mundur. Ter-ide untuk membuat
contoh skala kecil dimana
pemimpin lahir melaui proses musyawarah,
Sebab musyawarah dalam menentukan pemimpin bukan hanya persoalan siapa
yang pada akhirnya menjadi pemimpin, tetapi juga menyangkut terbangunnya
tanggungjawab setiap orang untuk mendukung kepemimpinan yang terpilih. Dengan
demikian, kolektivitas di proses terbentuknya pemimpin juga akan diikuti dengan
kolektivitas pula di proses jalannya kepemimpinan.
F. Penutup
Oleh karena itu, ditinjau dari sudut tanggungjawabnya, menjadi pemimpin
sebuah organisasi bukanlah perkara mudah, sebab disamping dia harus bisa
berdiri ditengah banyak orang, dia juga harus mendatangkan rasa nyaman dan
tentram serta terlindungi kepada segenap yang dipimpinnya.
Semoga tulisan sederhana ini menginspirasi gairah untuk terus belajar
mengembangkan kapasitas diri, khususnya tentang kepemimpinan. Jadikan bayang
indah hikmah luas yang akan datang ke hidup anda ketika menjadi pemimpin yang
sukses, sehingga selera untuk terus berbenah dan berbenah diri terjaga di
keikhlasan, kesabaran dan kebijaksanaan. Sukses selalu untuk kita semua.
GALLERY
+ komentar + 2 komentar
ijin copy bg...
siappp Ambo...makin disebarluaskan, Insya Allah makin banyak hikmahnya..amin
Posting Komentar
.