SEBENTUK GAGASAN PENGEMBANGAN CREDIT UNION DENGAN CITA RASA ANAK MUDA | ARSAD CORNER

SEBENTUK GAGASAN PENGEMBANGAN CREDIT UNION DENGAN CITA RASA ANAK MUDA

Selasa, 04 Desember 20120 komentar



Disampaikan pada agenda Youth Credit Union Gathering, yang dilaksanakan di Propinsi Kalimantan Selatan, di selenggrakan oleh Kementrian Koperasi dan UKM  Republik Indonesia, Tanggal 4-5 Deseber 2012.

A.  Pembuka

PhotobucketDalam mencapai tujuan-tujuannya, koperasi senantiasa memilih metode  pemberdayaan dimana segenap unsur organisasi di libatkan melalui distribusi peran proporsional sesuai dengan tanggungjawabnya. Untuk itu, keterwakilan kepentingan mayoritas menjadi penting dan merupakan modal efektif dalam memobilisasi gairah setiap unsur organisasi mengambil tanggungjawab secara sadar untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas yang dijalankan oleh koperasi.

Sebagai sebuah catatan, dalam tinjauan ketercapaian diperlukan keseimbangan antara keterbangunan koperasi dalam konteks karya kolektif dan keterbangunan kesejahteraan anggota dalam artian sebagai individu yang memiliki cita-cita pribadi. Inilah paket 2 in 1 yg harus dicapai dari perkumpulan orang-orang dalam sebuah  koperasi. Jika hanya satu sisi saja yang berkembang, maka hal ini mengakibatkan terjadinya ketimpangan dan berpotensi menurunnya apresiasi dan loyalitas segenap anggota kepada koperasi itu sendiri. Singkat kata,  perkembangan perusahaan koperasi dan perkembangan kesejahteraan pribadi  anggota harus sejalan beriringan. Dalam kalimat senada, perkembangan perusahaan koperasi harus memiliki relevansi dengan perkembangan pribadi anggota. Hal ini sebagai pengingat agar jangan sampai koperasi tumbuh menjadi mercusuar dengan meninggalkan apalagi menanganggalkan kepentingan anggotanya sendiri.   
  
Ini memang tidak mudah dan memerlukan kejelian dalam merumuskan formula, sehingga gaya akomodatif yang diambil mampu memotivasi setiap orang  menyumbangkan kontribusi terbaiknya baik untuk karya kolektif maupun dalam mensinergikannya dengan kepentingan pribadinya.  Inilah yang disebut dengan pemberdayaan (baca: empowering) yang merupakan ciri utama koperasi dalam mencapai tujuan-tujuannya.


B. Beberapa Gagasan Pengembangan Sebagai Stimulan.
PhotobucketKetika koperasi dihuni oleh orang-orang muda energik, koperasi berpeluang besar mengembangkan ragam gagasan yang berpengaruh besar pada percepatan dan sekaligus perluasan kebermaknaan koperasi bagi segenap unsur organisasi. Energi besar dan kesempatan yang luas, membuat pemuda memungkinkan  merancang terobosan pengembangkan koperasi secara bertahap dan berkesinambungan. Untuk itu, para pemuda selayaknya di dorong untuk lebih percaya diri untuk mengembangkan gagasan-gagasannya.  Para pemuda harus dimotivasi untuk membudayakan hidup kreatif yang tidak hanya berguna bagi keterbentukan kemandiriannya, tetapi juga membentuk manfaat-manfaat bagi masyarakat sekitarnya melalui karya-karya nyata.

Sebagai sebentuk stimulan, pada bahasan berikutnya dari tulisan  ini disampaikan beberapa ide sederhana yang mungkin bisa dioperasionalkan dan atau menjadi pemantik bagi kelahiran ide-ide segar  dalam mengembangkan koperasi.

B.1.  Gagasan Pengembangan di Wilayah Keanggotaan
B.1.1.  Perluasan Keanggotaan
nilai-nilai kebaikan dari koperasi bagi pembentukan hidup berkualitas adalah alasan pembenar untuk menyebar luaskan koperasi kepada kaum muda lainnya atau masyarakat umum. Hal ini sangat mungkin untuk dilakukan mengingat  luas perjuangannya (ekonomi,sosial dan budaya) memungkinkan koperasi  mengambil tanggungjawab untuk ikut membangun bangsa lewat mendidik masyarakat secara massif dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi. Hal ini tidak hanya menyangkut persoalan pembangunan ekonomi saja, tetapi koperasi juga bisa berfungsi menjadi alat perekat bangsa melalui keterbangunan kemandirian kolektif. Ujung dari upaya sosialisasi dan edukasi spirit dan nilai-nilai kenaikan koperasi ini adalah berinisiatifnya mereka secara sadar dan sukarela menjadi anggota koperasi.

Langkah ekstensifikasi keanggotaan ini berpotensi meningkatkan "efisiensi kolektif" dari perusahaan koperasi, sehingga membuat koperasi lebih berdaya secara ekonomi.  Lewat pertumbuhan kuantitas anggota, maka akan terbentuk akumulasi potensi sumber daya yg lebih besar dan hal ini memungkinkan koperasi memperluas layanan dan kebermanfaatannya.

B.1.2. Intensifikasi keanggotaan 
Koperasi lahir dari akumulasi keyakinan dan  komitmen para anggota dalam mengembangkan model hidup bersama. Untuk itu, sebagai organisasi berbasis orang-orang yang masing-masing membawa kepentingan, memiliki latarbelakang dan karakter yang berbeda-beda, maka koperasi perlu melakukan intensifikasi secara komprehensif. Intensifikasi ini dilakukan melalui pendidikan terencana dalam variasi yang kaya. Jargon ”setiap kesempatan adalah edukasi” perlu dikembangkan sehingga mempercepat massif nya nilai-nilai koperasi di segenap unsur organisasi.

Dalam  cara baca koperasi yang demikian, maka modal diposisikan hanyalah pembantu dan anggota yang berkualitas adalah hal utama dan menentukan masa depan koperasi.  Oleh karena itu, koperasi harus concern dalam membangun kualitas anggotanya sehingga mendukung dalam upaya peningkatan kualitas hidup dalam arti luas yang kemudian biasa di defenisikan sebagai  "kesejahteraan".  Untuk itu, koperasi perlu  terus mengembangkan gagasan, baik dalam perumusan/pengayaan materi pendidikan, maupun dalam hal variasi metode penyampaian  untuk maksud peningkatan efektifitas.  Akhir dari sebuah intensifikasi adalah keterbentukan anggota-anggota yang berkualitas yang ditandai antara lain:
·         Adanya semangat pembelaan terhadap perjuangan koperasi.
·         Adanya kesadaran mengambil tanggungjawab untuk membudayakan dan menumbuhkengembangkan kehidupan berkoperasi.
·         adanya keikhlasan mengkampanyekan nilai-nilai kebaikan koperasi yang didasari keinginan kuat untuk menambah lebih banyak orang berpihak dan bergabung dalam perjuangan koperasi.

B.2.  Mengembangkan CU Wilayah Pelayanan 
PhotobucketUnit layanan koperasi sesungguhnya merupakan media pemenuhan kebutuhan anggota dan sekaligus alat ukur obyektif dari keterbangunan kualitas kebersamaan. Satu hal yang menjadi perhatian, apapun dan bagaimanapun pola pelayanan yang disajikan, spirit edukatif harus terasa nyata di dalam setiap tahapannya. Hal ini sebagai upaya awal agar koperasi tidak terjebak dalam semangat pertumbuhan keuntungan lewat eksploitasi anggotanya sendiri.

Credit Union (CU)  yang dalam unit layanannya concern pada simpan pinjam perlu memiliki spirit jelas dan tegas serta mencitrakan semangat perjuangannya. Pertumbuhan simpanan, disamping sebagai wujud kesadaran anggota dalam membesarkan koperasinya, juga sebagai alat ukur obyektif dalam  melihat seberapa jauh hal ini berkaitan dengan edukasi anggota dalam hal peningkatan produktifitas dirinya sebagai pribadi.  Demikian pula halnya dengan pertumbuhan pinjaman  juga harus memperhatikan peruntukannya. Peruntukan pinjaman mendukung produktivitas anggota harus diarus utamakan ketimbang pemenuhan kebutuhan konsumsi.
Hal ini juga bentuk pendidikan yang harus menjadi komitmen CU.

Banyak ragam langkah teknis administrasi maupun operasional yang bisa dilakukan dalam mengembangkan pelayanan CU. Untuk menginspirasi pengembangan pelayanan ini, berikut dijelaskan beberapa  gagasan sederhana yang diharapkan menginspirasi. 

B.2.1. Pengembangan berbasis isu "anti konsumerisme".  
Tanpa didasari, perkembangan zaman telah mendorong berkembangnya individualisme yang berujung konsumerisme. Rekayasa kaum non koperasi bagi kepentingan pertumbuhan omzet dan modalnya telah berhasil merubah pola fikir , pola konsumsi dan bahkan mendorong masyarakat menjadi konsumtif. Sebagai illustrais sederhana, saat ini indikator-indikator sebuah kesuksesan dan kehebatan selalu dihubungkan dengan materialitas dan pada gilirannya mendorong orang lebih konsumtif. Sebagai contoh nyata, kalau awalnya handphone adalah media komunikasi yang memperpendek jarak dan waktu, saat ini handphone sudah terjebak sebagai bagian dari gaya hidup. Kalau dulu mobil awalnya sebagai alat transportasi, saat ini juga telah menjelma menjadi sumber gengsi dan harga diri. Kalu dulu ”syukuran pernikahan” adalah sebagai media sosialisasi, saat ini seperti sudah terpatri satu pandangan masyarakat bahwa kalau pesta pernikahan  tidak mewah adalah sebuah aib. Akibatnya, banyak masyarakat terjebak dan bahkan sering memaksakan diri di luar kemampuannya hanya untuk sebuah kata “hebat”. Semua itu merupakan bentuk keberhasilan dari skenario konstruktif yang dikembangkan oleh kaum non koperasi bagi kepentingan  pertumbuhan industri mereka. Pertanyaan menarik adalah dimana perlawanan koperasi yang merupakan alat perjuangan ekonomi, sosial dan budaya bagi segenap anggotanya??.

Terbersit melakukan koreksi bijak dengan mengkampanyekan ”pentingnya hidup sederhana” dikalangan anggota. Disamping hal ini mampu menekan angka konsumsi, hal ini juga membentuk kemampuan anggota koperasi dalam hal menabung penghasilannya. Disamping itu, ”mempertahankan budaya asli daerah” juga merupakan ide tambahan dalam mencegah tercerabutnya akar budaya asli masyarakat oleh arus modernisasi. Westernisasi (baca: kebarat-baratan) yang diyakini banyak kaum muda sebagai sebuah simbol kegaulan telah membuat kaum muda itu sendiri mulai kehilangan jati diri sebagai orang timur. Hal ini merupakan masalah serius baik bagi daerah maupun bagi bangsa.  Untuk itu, kaum muda koperasi harus berinisiatif melakukan perlawanan atau minimal mem-filter  modernisasi dengan cita rasa lokal. Inilah uniknya ” perusahaan koperasi” yang berdiri bukan di atas semangat petumbuhan modal, tetapi menekankan pada pertumbuhan kualitas hidup dan keterciptaan kemartabatan. Sebenarnya gagasan ini bukanlah hal baru, di beberapa negara dan juga daerah sudah mulai dirintis oleh koperasi.

B.2.2. Pengembangan Kewirausahaan.
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggotanya, CU bisa mendorong pertumbuhan dan perkembangan jiwa kewirausahaan anggota nya. Dengan demikian, terbentuk peluang peningkatan kesejahteraan anggota secara ekonomis dan pada akhirnya akan memberi daya dorong tambahan bagi perkuatan koperasi sebagai sebuah organisasi. Dalam mendukung hal ini, koperasi bisa membentuk kebijakan penetapan  prioritas pinjaman bagi kepentingan pertumbuhan produktifitas anggota. Sebagai sebuah organisasi yang memiliki sumber daya, secara kelembagaan koperasi juga sangat berpeluang  menjalin kemitraan mutualime dengan berbagai pihak yang berguna bagi  anggota yang antara lain  bias membantu pertumbuhan dan perkembangan usaha anggota, seperti perluasan akses pasar, support teknologi, peningkatan kapasitas manajemen usaha dan lain sebagainya.  

Dengan tumbuh dan berkembangnya wirausaha dikalangan anggota, maka hal ini memberikan multiplier effect seperti tumbuhnya lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan anggota dan juga pertumbuhan koperasi secara kelembagaan karena terjadinya peningkatan kontribusi angggota khususnya dalam hal menabung dari sebagaian laba yang dia peroleh. Disisi lain, lewat pengembangan wirausaha ini, koperasi telah  berkontribusi nyata dalam mendorong pertumbuhan angka ideal wirausaha yang ditargetkan negara yaitu sebesar 2% (dua prosen) dari jumlah penduduk.  Sebagai informasi, sampai saat ini jumlah wirausahawan masih dibawah 0,5% dari jumlah penduduk Indonesia.

B.2.3.  Pengembangan berbasis kepedulian lingkungan.
Isu "Global Warming" alias panas bumi telah menjadi isu dunia. Hal ini merupakan dampak langsung dari pertumbuhan dan perkembangan teknologi yang dibiarkan liar dan relative dimotivasi oleh spirit pelipatan modal semata sehingga sering lalai dalam memperhatikan lingkungan. Sebagai organisasi yang juga berkaitan dengan urusan sosial dan budaya, realitas ini juga patut menjadi sebuah agenda penting.   Sebagai contoh, koperasi bisa membangun isu ”go green” alias penghijauan yang bertujuan untuk ikut mencegah menipisnya lapisan ozon. Disamping itu, koperasi juga bisa membangun isu pentingnya kebersihan lingkungan baik untuk kesehatan maupun dalam tujuan lainnya seperti membentuk sumber energi alternatif lewat pengelolaan sampah rumah tangga. Untuk mendukung hal ini, koperasi bisa saja membentuk kebijaksanaan dimana anggota diperbolehkan mencicil pinjaman atau menyimpan dengan cara menyetor sampah. Dalam teknisnya, sampah-sampah tersebut kemudian di setarakan dalam nilai rupiah. Selanjutnya, anggota (perorangan atau berkelompok) di dorong untuk concern  dalam pengelolaan sampah-sampah yang terkumpul di koperasi tersebut menjadi sumber energi alternatif  lewat penerapan teknologi terbarukan. Pengembangan industri kreatif  lainnya  juga sangat memungkinkan dari pemanfaatan sampah-sampah tersebut, seperti membuat kerajinan dan lain sebagainya.  Kalaupun anggota koperasi belum berkemampuan sampai ketingkat pengelolaan, kebijakan setor sampah merupakan gerakan dan  kontribusi nyata koperasi dalam membangun lingkungan yang sehat dan juga membangun budaya hidup sehat di kalangan anggotanya.  

C.  Penutup
Cita-cita Koperasi adalah membangun hidup yang berkualitas yang dalam operasionalisasinya mengedepankan sisi edukasi. Terversit bayangan indah  ketika para pemuda mengambil inisiatif untuk mengembangkan CU dengan gagasan-gasan briliannya. Hal ini tidak hanya akan membentuk CU menjadi lebih kokoh, tetapi juga melahirkan "pandangan dan apresiasi"  baru dari masyarakat terhadap koperasi. 
Photobucket
Sebagai alat perjuangan, koperasi tidaklah lahir semata-mata untuk kepentingan ekonomi saja (not economic only), tetapi juga tentang social dan budaya. Dengan demikian, ruang gerak koperasi menjadi begitu luas dan ruang kreativitas begitu terbuka. Pertanyaan besarnya adalah seberapa jauh kaum muda koperasi berinisiatif membentuk perbedaan bernilai harapan???. 

Demikian pemikiran dan gagasan sederhana ini disampaikan, semoga menginspirasi kebaikan untuk kemajuan dan perluasan kebermaknaan koperasi dalam membentuk hidup yang berkualitas.  
GALLERY
arsaddalimunte's 040512banjarmasin album on Photobucket
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved