MEMBANGUN KESEJAHTERAAN BERSAMA MELALUI OPTIMALISASI KECERDASAN BERBASIS KOLEKTIVITAS | ARSAD CORNER

MEMBANGUN KESEJAHTERAAN BERSAMA MELALUI OPTIMALISASI KECERDASAN BERBASIS KOLEKTIVITAS

Selasa, 04 Desember 20120 komentar


Disampaikan pada agenda Youth Credit Union Gathering, di Propinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin
Yang dilaksanakan oleh Kemenkop Republik Indonesia, Tanggal 4-5 Deseber 2012. 

A.  Pembuka
Adalah fitrah setiap manusia terlahir sebagai makhluk sosial, dimana yang satu bergantung dan berkepentingan dengan lainnya. Pola-pola kepentingan itu terbentuk melalui pola interaksi yang  variatif dan kemudian terkoreksi secara alamiah bersamaan dengan tercapai atau tidaknya  tujuan-tujuan yang mendasari jalinan komunikasi dan interaksi tersebut. Inilah yang kemudian membentuk dinamika pola interaksi yang terus berkembang seiring dengan berkembangnya pemikiran dan budaya manusia.

Koperasi juga merupakan salah satu  model interaksi manusia yang juga didorong oleh kepentingan, yaitu keterpenuhan kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya. Kesadaran akan keterbatasan pribadi dan keyakinan  bahwa bersama akan melahirkan satu kekuatan, telah mendorong seseorang untuk bergabung secara sukarela dan menjadi bagian keluarga koperasi.

Sebagai sebuah penegasan, setiap orang yang bergabung membawa kepentingan. Untuk itu diperlukan pola komunikasi efektif yang mendorong terakumulasinya ragam potensi dan tersalurkannya ragam talenta (bakat) dalam konteks produktif. Oleh karena itu, Sebagai  organisasi yang didalamnya terdapat orang-orang yang berasal dari berbagai kalangan, latar belakang, sejarah pribadi yang berbeda-beda, pola fikir dan pola tindak yang beragam, koperasi harus mampu memainkan peran akomodatif sehingga setiap orang merasa menjadi bagian yang diperjuangkan.


B.  Koperasi sebagai organisasi yang “tidak bebas nilai”.
Merujuk pada kesepakatan ICA (International Cooperative Allaiance) di Manchester, Inggris, Tahun 1995 yang kemudian dikenal dengan konsep “jati diri koperasi” yang dalam bahasa inggris sering disebut dengan singkatan ICIS (ICA Cooperative Identity Statemen), sebagaimana di jelaskan berikut ini :
  1. Defenisi: Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi ekonomi,sosial & budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama & mereka kendalikan secara demokratis.
  2. Nilai-nilai: Koperasi berdasarkan nilai-nilai menolong diri sendiri, tanggungjawab sendiri, demokrasi, persamaan, keadilan dan kesetiakawanan. Anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etis kejujuran, keterbukaan, tanggungjawab sosial, serta peduli terhadap orang lain.
  3. Prinsip-Prinsip; (1) Keanggotaan sukarela dan terbuka; (2) Pengendalian oleh anggota-anggota secara demokrasi; (3) Partisipasi ekonomi anggota; (4) Otonomi dan kebebasan; (5) .Pendidikan, pelatihan dan informasi; (6) Kerjasama antar koperasi dan; (7) Kepedulian terhadap komunitas

Dari ICA Statemen diatas, koperasi merupakan organisasi yang tidak bebas nilai. Artinya, dalam operasionalisasi organisasi dan usaha nya koperasi harus tunduk dan patuh pada defenisi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip. Berikut ini dijelaskan 3 (tiga) alasan rasional mengapa koperasi harus taat dan patuh terhadap konsep jati diri, yaitu; 
  1. Jati diri” merupakan alat pembeda  nyata antara koperasi dengan lainnya. 
  2. Sebagai alat pemersatu. Hal ini mengingat bahwa koperasi adalah kumpulan orang yang begitu variatif (latar belakang, sejarah, pemikiran dan kepentingan). Dengan demikian, konsep “jati diri” ini bisa berfungsi sebagai rujukan dalam menyerap dan mewujudkan segala aspirasi dan kebutuhan yang berkembang di keseharian koperasi.  
  3. “jati diri” koperasi sesungguhnya juga merupakan sumber keunggulan yang akan membawa koperasi dan segenap stake holder  nya menjadi kuat.
  
C.  4 (empat) Langkah Membangun Koperasi Yang Meng-anggota.
Koperasi adalah alat mencapai kesejahteraan. Luas kesejahteran yang mungkin dibangun dan dapat dirasakan sangat tergantung dari seberapa mampu unsur organisasi berpartisipasi membentuk capaian-capaian yang dalam setiap prosesnya berbasis kebersamaan (collectivity) dan pemberdayaan (empowering). Oleh karena itu, “kemandirian kolektif” sebagai sebuah cita-cita bisa diwujudkan melalui tahapan-tahapan yang terencana, terukur dan terkendali secara demokratis.

Untuk itu, berikut dijelaskan 3 (tiga) langkah besar sebagai alternatif gagasan dalam membangun sebuah koperasi yang meng-anggota (baca: mengakar), yaitu :
  1. Pastikan faham  koperasi sebelum bergabung. Pemahaman merupakan hal “fundamental” dalam berkoperasi, sebab hal ini akan mempengaruhi segala pemikiran, gagasan dan tindakan, baik secara kolektif maupun individu. Oleh karena itu, idealnya seseorang terlebih dahulu diberikan “pendidikan” sebelum diterima menjadi anggota keluarga koperasi. Minimal, pendidikan tersebut mengajarkan tentang “apa, mengapa dan bagaimana” berkoperasi. Pengetahuan  ini selanjutnya menjadi dasar bagi setiap orang dalam mempersepsikan koperasi dan mengintrepretasikan keberadaan diri nya sebagai bagian dari koperasi itu sendiri. Pemahaman ini lah yang selanjutnya mendorong terbangunnya “spirit kolektif” dari setiap orang yang bergabung di koperasi. Bisa dibayangkan ketika koperasi beranggotakan orang-orang yang mempunyai pemahaman yang sama tentang koperasi, maka peluang untuk men-drive kebersamaan ke dalam aksi-aksi kolektif akan menjadi lebih berpeluang. Sebaliknya, ketika anggota dibiarkan masuk tanpa melalui proses pendidikan, bisa dibayangkan koperasi akan dipersepsikan sesuai dengan masing-masing orang dan keseharian koperasi berpotensi menghadapi perbedaan-perbedaan pendapat yang tak kan pernah berujung.  
  2. Duduk bersama merumuskan untuk merumuskan:
i          Defenisi Tujuan. Dengan mendasarkan pada konsep “jati diri” koperasi, tujuan berkoperasi disusun dan harus mewakili kepentingan besar mayoritas anggota. Hal ini tidak hanya untuk menjamin keberlangsungan demokrasi di koperasi, tetapi juga sebagai upaya awal memperbesar peluang ketercapaiannya. Ketika setiap orang merasa menjadi bagian dari tujuan, maka secara emosional setiap orang akan merasa terikat pada tujuan tersebut. Hal ini pula yang  mendorongnya untuk berpartisipasi optimal dalam perwujudan tujuan kolektif tersebut.
ii        Merumuskan aktivitas . Setelah tujuan besar di rumuskan, selanjutnya masuk ke dalam penentuan aktivitas. Sebagai organisasi yang concern membangun kesejahteraan dalam arti luas melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis, aktivitas koperasi bisa di rumuskan dengan mendasarkan 2 (dua) kelompok besar, yaitu, “aktivitas mencerdaskan anggota dalam menggunakan pendapatannya dan aktivitas mencerdaskan anggota dalam meningkatkan pendapatannya”. Kata kuncinya adalah “menggunakan” dan “meningkatkan” pendapatan anggota. Sebagai contoh, dalam mencerdaskan anggota menggunakan  pendapatannya, koperasi menyelenggarakan pendidikan dalam hal pengelolaan anggaran rumah tangga berbasis perencanaan. Kemudian, untuk mendukung program itu, koperasi menyelenggarakan unit layanan toko dengan sistem harga pokok sehingga memungkinkan anggota untuk mendapatkan harga lebih murah. Pada titik ini, pendapatan riil  anggota otomatis menjadi meningkat dan sisa anggaran belanja bisa di motivasi  menjadi tabungan anggota di koperasi.  Lewat cara ini, koperasi juga mengajarkan kepada anggota tentang perlunya “budaya menabung”. Selanjutnya, akumulasi tabungan itu menambah kemampuan koperasi untuk mengembangkan pelayanan  dalam arti luas kepada anggotanya. Sementara itu, dalam rangka mencerdaskan anggota meningkatkan  pendapatannya, koperasi bisa mendorong anggotanya untuk mengembangkan kewirausahaan yang diikuti dengan pemberian fasilitas pinjaman permodalan melalui unit layanan simpan pinjam, asistensi manajerial, membantu akses  pasar yang lebih luas, akses teknologi dan lain sebagainya. Dengan pola semacam ini, akan terbentuk relevansi kuat antara pertumbuhan perkembangan koperasi secara kelembagaan dan pertumbuhan anggota secara individu. Inilah yang dimaksud dengan kesejahteraan dalam arti luas.
  1. Distribusi peran proporsional dalam tahap pencapaian. Sebagaimana dijelaskan diatas, dalam mencapai tujuannya koperasi menekankan pada kolektivitas alias kebersamaan. Oleh karena itu, pola distribusi peran proporsional dengan melibatkan semua unsur organisasi menjadi hal mutlak diperlukan. Ini yang disebut dengan pemberdayaan berbasis produktivitas, baik dari perspektif ekonomi (profit) maupun perspektif kemanfaatan (benefit). Dengan demikian, keberhasilan dan kebelum-berhasilan  menjadi milik bersama dan sekaligus indikator efektivitas pembangunan kualitas dari kebersamaan segenap unsur organisasi. 
  2. Duduk bersama lagi  untuk ;
i.         menilik pencapaian. Pada tahap ini segenap unsur organisasi melihat secara obyektif capaian yang bisa diraih dan membandingkan dengan rencana awal. Dalam hal ini, apapun kondisinya harus difahami sebagai karya bersama.
ii.       meng-evaluasi konsistensi komitmen setiap unsur organisasi. Keterlahiran karya adalah imbas langsung dari kesadaran semua pihak mengambil tanggungjawab proporsional dalam prosesnya. Ini lah yang disebut auto koreksi  yang menitik beratkan pada komunikasi cair dimana dalam prosesnya terjadi saling asah, saling asih dan saling asuh satu sama lain. 
iii.     merumuskan target  berikutnya yang diikuti distribusi peran. Berdasarkan capaian sebelumnya dan komitmen yang terbangun di masa depan merupakan 2 (dua) referensi obyektif dalam merumuskan target berikutnya. Dengan cara ini, peluang ketercapaian menjadi lebih mungkin. 
iv.     me-refresh spirit kolektivitas segenap unsur organisasi. Re-fresh spirit perlu dilakukan sebagai upaya menjaga dan meningkatkan loyalitas segenap unsur organisasi. Loyalitas merupakan kunci dari lahirnya kesadaran untuk mengambil tanggungjawab ikut membesarkan perusahaan yang dimiliki bersama.

D. Pemuda dan Masa Depan Koperasi
Pemuda adalah pribadi  penuh energi sehingga berpeluang tinggi melakukan hal-hal besar. Pada waktunya nanti, pemuda adalah generasi yang paling bertanggungjawab atas masa depan bangsa ini. Oleh karena itu, tak berlebihan untuk mengatakan bahwa masa depan bangsa ini sangat dipengaruhi kualitas dari kaum muda nya.

Demikian halnya masa depan koperasi, juga sangat dipengaruhi oleh kualitas dan komitmen pemuda koperasi dalam  menjaga dan mengembangkan eksistensi koperasi. Atas dasar itu, pemuda koperasi harus mengambil tanggungjawab secara sadar mempersiapkan diri sedini mungkin, sehingga pada saatnya tiba, pemuda benar-benar siap mengambil alih estafet kepemimpinan koperasi. Sebagai pemuda koperasi, selayaknya memiliki inisiatif melakukan serangkaian langkah peningkatan kapasitas diri, mulai dari pengetahuan (knowledge) , pengalaman  (experience) dan sikap (attitude). Jika tidak, maka hal ini menjadi ancaman serius terhadap keberlanjutan perjuangan koperasi di masa mendatang.

Fakta menunjukkan mayoritas koperasi belum menunjukkan capaian spektakuler sebagaimana idealnya. Dari pengamatan dan pengalaman empiris, hal ini bukan disebabkan oleh konsepsinya yang keliru, tetapi belum tertemukannya pola pengelolaan yang efektif. Namun demikian, hal ini bukan sebagai alasan untuk meninggalkan medan perjuangan, tetapi kenyataan yang kurang menggembirakan ini harus dibaca oleh pemuda koperasi sebagai sebuah peluang dan tantangan  yang memacu adrenaline untuk berkarya. Pemuda harus berani melakukan serangkaian terobosan brilian demi terciptanya kondisi koperasi yang lebih berpengharapan. Pemuda harus melakukan koreksi bijak melalui tindakan nyata dan ragam karya yang menginspirasi setiap orang untuk menauladninya. Itu memang bukan perkerjaan mudah, tetapi energi besar yang ada pada pemuda sangat memungkinkan untuk menciptakan perbedaan.  

Untuk itu, pemuda harus memiliki keberanian mencoba cara-cara baru yang mencitrakan dirinya sebagai generasi yang patut diberi kepercayaan memimpin perubahan. Pemuda harus aktif mencari dan bahkan menciptakan kesempatan, sehingga memiliki ruang  untuk mencetak karya-karya besar yang patut dibanggakan. Koperasi tidak memerlukan pemuda yang pengecut , suka ber-apologi dan hanya bisa mempersalahkan keadaan tanpa berbuat apa-apa. Slogan “perkataan harus seimbang dengan perbuatan” layak menjadi spirit bagi pemuda untuk melakukan pembuktian pada semua pihak. Ketauladanan semacam ini lah yang diperlukan dari pemuda. Untuk itu, pemuda harus mengembangkan visi dan misinya tentang koperasi dan diikuti tahapan implementasi yang bertahhap dan berkelanjutan.


E.  Penghujung
Koperasi meng-anggota (baca: mengakar) merupakan kunci dalam membentuk kesejahteraan bersama. Keterjagaan nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi dalam keseharian akan  membentuk budaya kolekif dan juga mendorong anggota menjadi lebih bijaksana dalam perilaku ekonomi, sosial dan budaya nya. Oleh karena itu, konsistensi pelaksanaan pendidikan dengan  metode variatif (tidak sebatas metode classing) diperlukan demi keterjagaan semangat untuk terus mengembangkan koperasi. Satu hal yang menjadi catatan penting yaitu perlu nya garis relevansi yang nyata antara pertumbuhan perusahaan koperasi (sebagai karya kolektif) dan juga pertumbuhan anggota sebagai individu. Dengan demikian, koperasi akan mewujud menjadi satu gerakan sosial yang secara nyata membangun kemandirian kolektif.  

Sebagai penghujung, dalam keinginan kuat atas sebuah keberhasilan  memerlukan komitmen tinggi, konsistensi dan kesabaran berproses. Tak ada keberhasilan yang datang tiba-tiba, sebab keberhasilan hanya hadir di kehidupan orang-orang yang jeli mengkombinasikan semangat dengan langkah-langkah rasional secara bertahap dan berkesinambungan.  Semoga menginspirasi. Amin...!!!!
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved