Ntah apa maksud Tuhan menghembuskanku sampai ke Kalimantan
Selatan, Banjarmasin. Tetapi kupenuhi saja undangan panitia untuk
mengisi satu acara gatehring koperasi yang diselenggarakan oleh kementrian
negara koperasi dan UKM Republik Indonesia di tanggal 04-05 Des 2012.
Setelah turun dari pesawat yang menerbangkanku dari Bandara Yogyakarta, Jam 13.35 ku injakkan kaki pertama kali di Bandara Hasanuddin Noor,
tak menunggu lama aku langsung bergegas mencari taxi menuju lokasi pelaksanaan
gathering. Setibaku disana, panitia
menyampaikan bahwa satu jam kemudian giliranku untuk presentasi.
Cepet-cepat aku menuju kamar hotel yang sudah disiapkan,
buka kamar, mandi, sholat dan sisa waktu ku manfaatkan untuk membaca ulang materi
yang akan kusampaikan. Tak lama berselang, panitia menyampaikan kalau 5 (lima)
menit lagi acara akan dimulai. Aku pun bersepatu dan langsung bergegas ke
lantai 3 (tiga) Hotel Palm dimana acara diselenggarakan.
Sesampai di meeting room hotel itu, aku langsung
dipersilahkan maju ke depan dan tak berapa lama kemudian pembicara yang satu
lagi pun diminta untuk maju ke depan. Agenda Kali ini, di format dalam bentuk panel,
dimana aku mewakili praktisi koperasi secara umum dan satu lagi (cq. Pak
Harwanto,S.Sos) mewakili praktisi sukses Koperasi Kredit di wilayah Kalimantan
Selatan, Banjarmasin, tepatnya di kecamatan Hampang, Kab.Kotabaru, kebetulan
beliau adalah seorang manager di Koperasi Kredit Lestari.
Wawwww...keterkagumanku terhadap testimoni/ kesaksikan Pak
Harwanto dimana mereka berhasil merubah hamparan hutan menjadi tanaman
sawit yang kini di miliki oleh masing-masing anggota koperasinya. Awalnya, para anggota hanya
bertani sawah semusim dan mengandalkan tambahan dari kayu dan penambangan emas
tradisional, sekarang masing-masing anggota telah memiliki lahan sawit.
“Capaian ini bagaikan mimpi”, kata Pak Harwanto. Namun, berkat komitmen kuat anggota yang terbangun lewat pendidikan yang secara konsisten diselenggarakan CU (Credit Union) atau biasa disebut Koperasi kredit), membawa mereka pada capaian-capaian yang jauh dari angan mereka sebelumnya. Fantastic.....bagaimana mereka berhasil memobilisasi kebersamaan sampai membentuk ke titik capaian tersebut. Bahkan, dalam pendidikannya CU mengajarkan bagaimana memanfaatkan uang pendapatan dengan bijaksana. “Menabung bukan dari sisa konsumsi, tetapi konsumsi adalah sisa dari menabung”, kata Pak Manager hebat yang satu ini. Pendidikan ini berhasil merubah pola fikir dan kebiasaan-kebiasaan anggota dan kemudian berimbas pada terbangunnya komitmen tentang pola pemanfaatan pendapatan. Bahkan, sebagai sebuah organisasi yang mengedepankan pendidikan, CU juga mengajarkan anggotanya mengelola pendapatan mereka untuk keterbentukan : (i) tabungan masa depan; (ii) tabungan pendidikan; (iii) tabungan untuk biaya kesehatan dan; (iv) tabungan rekreasi. Keterbentukan ke empat jenis tabungan ini menjadi ciri khas dan sekaligus indikator keberhasilan anggota CU .
“Capaian ini bagaikan mimpi”, kata Pak Harwanto. Namun, berkat komitmen kuat anggota yang terbangun lewat pendidikan yang secara konsisten diselenggarakan CU (Credit Union) atau biasa disebut Koperasi kredit), membawa mereka pada capaian-capaian yang jauh dari angan mereka sebelumnya. Fantastic.....bagaimana mereka berhasil memobilisasi kebersamaan sampai membentuk ke titik capaian tersebut. Bahkan, dalam pendidikannya CU mengajarkan bagaimana memanfaatkan uang pendapatan dengan bijaksana. “Menabung bukan dari sisa konsumsi, tetapi konsumsi adalah sisa dari menabung”, kata Pak Manager hebat yang satu ini. Pendidikan ini berhasil merubah pola fikir dan kebiasaan-kebiasaan anggota dan kemudian berimbas pada terbangunnya komitmen tentang pola pemanfaatan pendapatan. Bahkan, sebagai sebuah organisasi yang mengedepankan pendidikan, CU juga mengajarkan anggotanya mengelola pendapatan mereka untuk keterbentukan : (i) tabungan masa depan; (ii) tabungan pendidikan; (iii) tabungan untuk biaya kesehatan dan; (iv) tabungan rekreasi. Keterbentukan ke empat jenis tabungan ini menjadi ciri khas dan sekaligus indikator keberhasilan anggota CU .
CU Lestari ini telah sukses menjelma menjadi gerakan
mandiri kolektif. Dengan anggotanya sejumlah 536 orang, mereka sudah mempunya
modal sendiri sebesar Rp 4,4 M, sebuah angka fantastic dari upaya pemberdayaan
lewat mengefektifkan edukasi
Capaian ini bukannya tanpa hambatan, bahkan di beberapa
waktu lalu CU pernah kebanjiran dan semua asset mereka raib, termasuk segala
perangkat kantor dan administrasi CU. Namun demikian, lewat kolektivitas yang
terbangun, satu per satu di konfirmasi dari hati ke hati tentang saldo pinjaman
dan tabungannya di CU. Validitas nya betul-betul berdasarkan kepercayaan penuh
pada kejujuran anggotanya. Sebuah kondisi yang jarang ada di tempat lain.
Ada satu thema perjuangan kolektif mereka, yaitu “people
help people” alias orang menolong orang. CU juga menegaskan bahwa
mereka adalah : organisasi yang tidak
berorientasi pada profit, juga bukan lembaga sosial (non charity), tetapi organisasi
yang mengedepankan finance service.
Saya berinding dengan kesaksian itu, bagaimana mereka
berjuang saling tolong menolong, mengibarkan gaya hidup kebersamaan dalam membangun kemartabatan diri lewat aksi pembudayaan menabung. “Karya luar biasa
itu pasti melalui proses perjuangan berdarah-darah”, itulah yang terbersit
dibenak saya dipenghujung sesi itu.
Kesaksian beliau
-benar menginspirasi tentang bagaimana seseorang harus berjuang habis-habisan
demi keterbentukan sebuah karya. Saat moderator menananyakan “kunci
sukses” CU yang dia rintis bersama kawan-kawan lainnya, beliau
mengatakan dengan tegas bahwa kunci
suksesnya adalah “pendidikan anggota”. “Pendidikan lagi”... fikir saya sambil
mengingat testimoni Pak Harwanto di sesi pertama tadi sore yang menyatakan hal
sama.
Berdasarkan pertumbuhan angka statistik menunjukkan bahwa
“pendidikan” yang mereka selenggarakan berhasil merubah “mindset hidup anggotanya",
khususnya dalam membangun keasadaran menabung demi masa depan”. Sekali lagi,
hal ini benar-benar sebuah keberhasilan yang luar biasa.
Suka duka perjalanan pun disampaikan beliau dalam nada dan
gaya yang memberi kesan kuat kalau
beliau betul-betul seorang pejuang
tangguh. “Tak perlu malu menjadi aktivis koperasi”, pesan perempuan satu
ini dengan tegas kepada peserta yang
mayoritas kaum muda di penghujung pidatonya. Ibu Margaretha bener-bener
mewakili wanita luar biasa. Saya
berfikir andai ada 10 (sepuluh) saja wanita seperti beliau di negara tercinta ini....koperasi
di Indonesia akan mewujud sebagai soko guru ekonomi bangsa sebagaimana di cita-citakan Bung Hatta.
Semua ini sesungguhnya bukan pada pertumbuhan assetnya,
tetapi yang paling bernilai dan menginspirasi adalah keberhasilan mereka
melakukan pemberdayaan secara mandiri dengan mengoptimalkan ”pendidikan” sebagai ujung tombak memajukan
organisasi dan anggotanya.
semoga disuatu waktu saya diberi kesempatan
Tuhan tuk kembali kesini mendengar
cerita kalian dan menyaksikan karya spektakuler kalian..
Banjarmasin, 05 Desember 2012
di sudut Bandara Hasanuddin
Nur
Yang sempat mati lampu sesaat..
Posting Komentar
.