Disampaikan pada Diskusi Bersama Para Pengelola Lembaga Pendidikan di Lingkungan Kabupaten Banyums, diselenggarakan di Wisma Goa Maria, Kaliori, Kab.Banyumas, 01 Desember 2012.
A. Pendahuluan
Banyak orang yang bisa bekerja, baik secara fisik maupun fikirannya, namun kebisaan mereka bekerja bukan sebuah jaminan bahwa mereka bisa memimpin. Sebab, pada seorang pemimpin di tuntut kemampuan untuk meracik strategi dengan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada sebuah organisasi. Bahkan, tak jarang seorang pemimpin harus mampu menciptakan potensi dari luar organisasi ketika organisasi sedang dititik keterbatasan.
Oleh karena itu, memilih pemimpin yang tepat menjadi perlu untuk dilakukan walau perjuangan menemukannya seperti mencari jarum di tumpukan jerami.
B. Muasal Kelahiran Pemimpin
Sebagian orang berpendapat bahwa pemimpin di lahirkan oleh alam (baca: natural) , tetapi sebagian yang lain meyakini bahwa pemimpin bisa dilahirkan melalui pendekatan tertentu lewat proses yang sistematis dan konstruktif. Dalam bahasa semangat, dari 2 (dua) cara baca tersebut, sepertinya meyakini faham ke-2 (dua) jauh lebih menarik, sebab dengan cara itu, lebih terbuka peluang menghadirkan pemimpin seperti yang diharapkan.
Setiap orang sesungguhnya adalah pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri. Namun demikian, ketika membicarakan kepemimpinan dalam sebuah organisasi yang terdiri beragam orang dengan sejarah dan latarbelakang berbeda-beda, pemilihan pemimpin menjadi sebuah pertaruhan. Sebab, jika salah dalam memilih dan menetapkan, maka masa depan organisasi bisa menjadi tak menentu. Untuk itu, mencari yang terbaik adalah sebuah keharusan dan juga kebutuhan. Bicara figur yang terbaik memang sarat dengan subyektif, tetapi me-referensi pada track record (rekam jejak), kualitas kepribadian , menilik kemampuan dalam hal mempersatukan semua orang, kemampuan bersikap dalam artian memiliki fungsi penerimaan diri yang tinggi, memiliki kelihaian dalam mengkombinasi dan meracik ragam potensi dan talenta SDM dengan ragam sumber daya, memiliki visi jelas dan terukur, kemampuan memotivasi lingkungan, keberanian bergagasan, merupakan sederetan faktor yang layak dipertimbangkan untuk lebih obyektivitas dalam proses memilih.
Sebagian orang berpendapat bahwa pemimpin di lahirkan oleh alam (baca: natural) , tetapi sebagian yang lain meyakini bahwa pemimpin bisa dilahirkan melalui pendekatan tertentu lewat proses yang sistematis dan konstruktif. Dalam bahasa semangat, dari 2 (dua) cara baca tersebut, sepertinya meyakini faham ke-2 (dua) jauh lebih menarik, sebab dengan cara itu, lebih terbuka peluang menghadirkan pemimpin seperti yang diharapkan.
Setiap orang sesungguhnya adalah pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri. Namun demikian, ketika membicarakan kepemimpinan dalam sebuah organisasi yang terdiri beragam orang dengan sejarah dan latarbelakang berbeda-beda, pemilihan pemimpin menjadi sebuah pertaruhan. Sebab, jika salah dalam memilih dan menetapkan, maka masa depan organisasi bisa menjadi tak menentu. Untuk itu, mencari yang terbaik adalah sebuah keharusan dan juga kebutuhan. Bicara figur yang terbaik memang sarat dengan subyektif, tetapi me-referensi pada track record (rekam jejak), kualitas kepribadian , menilik kemampuan dalam hal mempersatukan semua orang, kemampuan bersikap dalam artian memiliki fungsi penerimaan diri yang tinggi, memiliki kelihaian dalam mengkombinasi dan meracik ragam potensi dan talenta SDM dengan ragam sumber daya, memiliki visi jelas dan terukur, kemampuan memotivasi lingkungan, keberanian bergagasan, merupakan sederetan faktor yang layak dipertimbangkan untuk lebih obyektivitas dalam proses memilih.
Namun
demikian, menghadirkan figure pimpinan semacam ini bukan tidak mungkin di
bentuk melalui pola edukasi yang konstruktif dan pemberian kesempatan untuk melatih diri dan
menguji talenta (bakat). Logika yang mendasarinya adalah bahwa pisau tumpul
kalau diasah pasti akan tajam dan sebaliknya pisau tajam ketika tidak di asah
akan tumpul.
C. Cara Kerja Pemimpin
Tugas utama seorang pemimpin adalah "mempengaruhi" yang dipimpin agar pencapaian visi dan misi perusahaan bias tercapai secara bertahap dan berkesinambungan. Ruang pengaruh nya bukan hanya sebatas SDM, tetapi juga segenap sumber daya internal organisasi lainnya. Bahkan, seorang pemimpin juga harus mempengaruhi lingkungan eksternal kaitannya dengan penciptaan daya dukung dan perkuatan eksistensi organisasi sebuah organisasi.
Untuk itu, "pengaruh" seorang pemimpin harus di kelola dengan brilian sehingga melahirkan daya dorong bagi akselerasi ketercapaian tujuan-tujuan organisasi. Dalam situasi semacam ini, seorang pemimpin di tuntut memiliki wawasan luas, bersikap empati dan akomodatif terhadap ragam potensi dan pemikiran, memiliki kekayaan gagasan bernilai harapan, memiliki kemampuan meng-edukasi nilai-nilai semangat, memotivasi semua pihak untuk mengembangkan partisipasi dan kontribusi nyata dan keberanian mengambil keputusan dengan segala resiko yang mungkin muncul dikemudian hari.
Tugas utama seorang pemimpin adalah "mempengaruhi" yang dipimpin agar pencapaian visi dan misi perusahaan bias tercapai secara bertahap dan berkesinambungan. Ruang pengaruh nya bukan hanya sebatas SDM, tetapi juga segenap sumber daya internal organisasi lainnya. Bahkan, seorang pemimpin juga harus mempengaruhi lingkungan eksternal kaitannya dengan penciptaan daya dukung dan perkuatan eksistensi organisasi sebuah organisasi.
Untuk itu, "pengaruh" seorang pemimpin harus di kelola dengan brilian sehingga melahirkan daya dorong bagi akselerasi ketercapaian tujuan-tujuan organisasi. Dalam situasi semacam ini, seorang pemimpin di tuntut memiliki wawasan luas, bersikap empati dan akomodatif terhadap ragam potensi dan pemikiran, memiliki kekayaan gagasan bernilai harapan, memiliki kemampuan meng-edukasi nilai-nilai semangat, memotivasi semua pihak untuk mengembangkan partisipasi dan kontribusi nyata dan keberanian mengambil keputusan dengan segala resiko yang mungkin muncul dikemudian hari.
Efektivitas
adalah indikator dari kebenaran kerja seorang pemimpin. Artinya, apapun yang di kerjakan
seorang pemimpin akan menjadi salah ketika tidak berujung pada pencapaian
target. Disinilah seorang pemimpin harus memiliki kreativitas tak terbatas dan jeli
dalam menyusun formula lewat kombinasi cerdas dari segenap potensi yang ada.
D. Pemimpin Berkarakter
Setiap
orang terlahir dengan karakter yang kemudian menjadi pembeda dirinya dengan yang
lain. Kemampuan setiap orang membahasakan karakternya ke dalam lingkungan
merupakan tiket strategis bagi penciptaan jalan berkembangnya kerakter itu
sendiri. Ketika hal ini di kaitkan dengan keemimpinan yang tugas utamanya
adalah ”mempengaruhi”, maka ”fungsi
penerimaan” diri menjadi satu prasyarat yang harus ada terlebih dahulu pada
diri seorang pemimpin.
Bagi seorang pemimpin, fungsi
penerimaan ini adalah tiket untuk mempengaruhi. Hal ini menunjukkan bahwa
seorang pemimpin tidak bisa bekerja sendirian, tetapi memerlukan daya dukung
dari orang-orang yang dipimpin dan kemudian memobilisasinya menjadi satu ”team
work” yang solid. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus bisa merakyat
tanpa dirakyatkan, sebab dengan cara itu lah sang pemimpin memiliki ruang yang
cukup untuk menebar pengaruh sesuai dengan tema kepemimpinan yang akan di
kembangkan.
Sementara itu, daya dukung sering
dengan persoalan subyektifitas yang pembentukannya
banyak dipengaruhi dari proses interaksi yang berulang. Disinilah sang pemimpin
haru jeli melakukan positioning yang tepat, sehingga mendatangkan perasaan suka dan berpihak, empati dan bahkan
rasa kagum di kalangan orang-orang yang dipimpinnya. Subyektifitas ini efektif
di jadikan sebagai modal penting dalam men-drive
visi dan misi seorang pemimpin.
Ketika daya dukung terbuka lebar,
hal ini berarti terbukanya ruang untuk mengembangkan karakter sang pemimpin
menjadi simbol organisasi. Bahkan dikalangan pemimpin yang memiliki karakter
kuat, sikap dan tindakan orang-orang yang dipimpin merupkakan referesentasi karaktek
dari sang pemimpin. Hal ini biasanya lahir dari pemimpin yang memiliki karakter
kuat yang diikuti dengan konsistensi dan moral perjuangan yang kental serta
mengedepankan ”ketauladanan” yang nyata.
Satu hal yang menjadi catatan
penting, pada pemimpin berkarakter kuat bisa berimplikasi negatif terhadap
pertumbuhan kreatifitas, sebab orang-orang yang di pimpin selalu memilih
”mendengar dan melaksanakan”. Mereka tak memiliki keberanian yang cukup untuk
berpendapat, apalagi untuk berbeda. Akibatnya, ketergantungan pun menjadi
tinggi dan hal ini bisa merepotkan pemimpin sebab mempersempit ruang gerak.
Oleh karena itu, bagi pemimpin
yang memiliki karakter kuat harus membangun kesadaran akan hal ini. Pemimpin seperti
ini harus membangun iklim yang terbuka dan memberi percaya diri bagi orang-orang yang dipimpin mengekspresikan
diri dalam menjalankan setiap penugasan. Setiap perbedaan harus dipandang
sebagai energi tambahan bagi pengayaan gagasan. Dalam konteks radikal, pemimpin
semacam ini sering dengan sengaja menghadirkan orang yang tugas utamanya
melawan fikirannya. Dengan demikian,
dinamika organisasi terjaga dan peluang berkembang terbuka.
E. Kerja ”Prestise” Seorang Pemimpin.
Tugas ini tak lebih mudah dari
tugas mencapai tujuan . Namun demikian, ketika hal ini bisa diwujudkan, maka
peluang mengembangkan tujuan-tujuan organisasi menjadi lebih mudah dan terbuka,
sebab semakin banyaknya SDM mumpuni yang siap mendukung pengembangan program. .
Bagi pemimpin yang berfikiran sempit, terkadang kelahiran pemimpin baru sering dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi dirinya sebagai pemimpin yang terdefenisi dan sah. Sikap semacam ini sesungguhnya menunjukkan kekerdilan, egois dan percaya diri rendah, sebab sang pemimpin merasa bersaing dengan yang orang-orang yang di pimpinnya. Terlalu sulit mendapati satu perlindungan yang menenangkan dari pemimpin semacam ini.
Bagi pemimpin yang berfikiran sempit, terkadang kelahiran pemimpin baru sering dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi dirinya sebagai pemimpin yang terdefenisi dan sah. Sikap semacam ini sesungguhnya menunjukkan kekerdilan, egois dan percaya diri rendah, sebab sang pemimpin merasa bersaing dengan yang orang-orang yang di pimpinnya. Terlalu sulit mendapati satu perlindungan yang menenangkan dari pemimpin semacam ini.
Berbeda dengan pemimpin besar, munculnya
kader yang memiliki talenta pemimpin
dipandang sebagai peluang untuk membawa organisasi pada tujuan-tujuan yang
lebih baik. Bahkan bagi pemimpin bervisi besar selalu melakukan langkah-langkah
sengaja yang terencana dan terkoordinasi demi keterciptaan para pemimpin masa
depan, sebab hal ini diyakini akan memperbesar peluang organisasi menghasilkan
karya-karya spektakuler. Pemimpin
semacam ini biasanya memiliki kebesaran
jiwa, edukatif, motivasional dan memandang
kemunculan bakat-bakat pemimpin sebagai sebuah kebanggaan dan sumber keyakinan tambahan
membangun masa depan yang lebih berpengharapan . Pemimpin besar adalah pemimpin
yang sukses melahirkan pemimpin.
F. Penutup
Menjadi pemimpin adalah sebuah
tantangan dan sekaligus pertaruhan, sebab seorang pemimpin harus membawa
organisasi dari satu titik ke titik tertentu yang lebih baik. Pemimpin juga sarat dengan beban, sebab pada
dirinya sering digantungkan harapan besar dan ketercapaian tujuan organisasi.
Namun demikian, ketika kepemimpinan difahami sebagai media untuk
menyebarluaskan nilai-nilai kebaikan, sebagai kesempatan untuk berkarya bagi
keterciptaan makna, sebagai momen untuk menjadi orang lain menjadi sesuatu yang
lebih baik, sebagai media untuk membentuk capaian-capaian yang layak di
ceritakan dan bahkan menginspirasi banyak orang, maka cara baca ini akan
menjadi gairah untuk selalu ber-energi.
Demikian tulisan sederhana ini
disusun sebagai pengantar diskusi dalam rangka memperkaya khasanah berfikir
tentang kepemimpinan Semoga menginspirasi kebaikan dan gairan untuk menjadi
pemimpin melegenda melalui karya-karya nyata penuh makna. Amin.
GALLERY
Posting Komentar
.