MENGINTIP
PELUANG FARMASIS BEWIRAUSAHA
(sebuah pengantar diskusi)
Disampaikan
pada diskusi kewirausahaan di kalangan mahasiswa praktek farmasi
(Universitas Achmad Dahlan/UAD Yogyakarta, USB Solo, STIPAR Semarang)
(Universitas Achmad Dahlan/UAD Yogyakarta, USB Solo, STIPAR Semarang)
di RSUD Prof.Dr.Margono
Soekarjo Purwokerto, Jawa Tengah, 28 Nopember 2012
A. Memaknai
Kewirausahaan
B. 3 (tiga) Hal Yang Menginspirasi Untuk Berwirausaha
Sebagaimana dijelaskan
bahwa titik tekan wirausaha adalah semangat untuk berkreasi guna melnciptakan “nilai
tambah” atas sesuatu. Oleh karena itu, berikut ini dijelaskan 2 (dua) hal yang mungkin
bisa menginspirasi seseorang untuk menekuni wirausaha, yaitu :
1. Belajar menghargai uang. Mulailah “belajar menghargai uang
“sebelum menyentuh wirausaha. Saat
belajar menghargai uang “, anda bisa melakukan beberapa hal positif
berikut ini :
- menghayati bagaimana uang
itu di peroleh dengan susah payah dan harus memeras otak dan mengeluarkan
keringat. Selanjutnya,
- mempelajari bagaimana
uang itu berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Cari musabab
perpindahan itu sehingga anda bisa membuat kesimpulan faktor-faktor penyebabnya.
- defenisikan siapa yang
mempunyai kebiasaan membiarkan uang
yang dia peroleh pindah ke
tangan orang lain dan siapa pula yang kemudian berperan sebagai penerima
perpindahan uang tersebut. Kemudian,
- Carilah jawaban mengapa
mereka menjadi tempat berpindahnya uang dan pelajari bagaimana mereka
berhasil sampai pada posisi itu.
Langkah ini tidak hanya efektif membangunkan semangat dalam berwirausaha
tetapi juga membangun kebijaksanaan dalam pemanfaatan uang. Pelajaran ini
sangat penting bagi calon wirausahawan sebab “belajar menghargai uang”
bisa meng-inspirasi banyak hal dalam membangun sebuah usaha yang seatle (mapan) dan bernilai masa
depan.
2. Memaknai Wirausaha
sumber “Harga Diri” yang strategis. Terlepas kecaman banyak orang, hal
yang menyulut kedigdayaan kaum yahudi adalah mitos yang mereka bangun, dimana
mereka mendefenisikan diri sebagai “manusia pilihan”. Mitos ini telah
membawa mereka pada pencapaian karya-karya spektakuler dan berhasil menguasasi
dunia lewat aksi nyata maupun aksi yang sama sekali tidak terlihat. Demikian
hal nya persoalan kemiskinan yang bisa digerus lewat pembangunan mitos bahwa
kemiskinan adalah sebuah kejahatan dan refresentasi kebodohan dan
kemalasan. Ketika “kemiskinan” dianggap
sebuah kejahatan, maka setiap orang akan terdorong untuk melakukan hal-hal
produktif. Demikian juga halnya dengan kewirausahaan, ketika dimaknai sebagai “aksi
heroic” maka hal ini bisa memacu adrenaline banyak orang untuk terjun
ke dalamnya. Hal sama didapat ketika wirausaha
de defenisiakn sebagai sumber harga diri strategis, maka hal ini akan bangga
melakukan hal-hal berbau wirausaha walaupun memulainya dari hal yang sangat sederhana.
3. Belajar berkalimat. Mengingat bahwa wirausaha adalah tentang semangat, maka berkalimat yang motivasional sangat diperlukan, baik untuk memotivasi dirinya atas segala kejadian dan dinamika proses, maupun berkalimat bernuansa edukatif. Disamping itu, seorang wirausahawan juga harus bisa berkalimat bernuansa marketing, sebab hal ini sangat diperlukan ketika melakukan penawaran, baik kepada calon konsumen maupun calon partner.
3. Belajar berkalimat. Mengingat bahwa wirausaha adalah tentang semangat, maka berkalimat yang motivasional sangat diperlukan, baik untuk memotivasi dirinya atas segala kejadian dan dinamika proses, maupun berkalimat bernuansa edukatif. Disamping itu, seorang wirausahawan juga harus bisa berkalimat bernuansa marketing, sebab hal ini sangat diperlukan ketika melakukan penawaran, baik kepada calon konsumen maupun calon partner.
C. Langsung
Action
C. Men-syarat kan Proses, Kesabaran dan Keluasan
Berpandangan.
D. Sekilas Men-temakan Peluang dan Modal
Membicarakan peluang
berhubungan dengan ketajaman atau kejelian instuisi, sebab peluang
bisa bersumber dari apa yang di lihat, di dengar, di rasakan dan atau sengaja
di ciptakan. Untuk itu, mulailah berwirausaha dengan kata “who” untuk
mendefenisikan siapa yang menjadi target sesungguhnya untuk dilayani. Hal ini
menegaskan bahwa seorang wirausahawan
harus berorientasi pada pangsa pasar. Kalimat ini juga berpesan bahwa kunci keberlanjutan
gagasan sangat bergantu pada tumbuh kembangnya reaksi positif dari
user/konsumen/pelanggan. Ingat, wirausaha sesungguhnya bagian dari upaya menyenangkan
orang lain yang berujung pada
keterbentukan kesenangan pribadi sang
wirausahawan. Oleh karena itu, pemetaan pelanggan (target market) menjadi titik
kunci dalam memuaskan pelanggan. Selanjutnyam setelah “target market”
terdefenisi dengan jelas, baru kemudian membicarakan “apa” yang harus disajikan,
sehingga mereka benar-benar merasa butuh atas apa yang anda tawarkan. Dalam
tahap ini, banyak pengusaha sukses berpesan;”jual lah lah apa yang mereka
butuhkan”.
Sementara itu,
persoalan modal yang sering dipandang sebagai faktor penghambat berwirausaha
sesungguhnya berawal dari pandangan yang bersangkutan atas modal itu sendiri.
Ketika modal di maknai menyempit sebatas “uang nyata”, maka peluang seorang
apoteker mengecil untuk mendirikan sebuah apotek. Tetapi ketika dirinya dan
segenap pengetahuan farmasinya di anggap modal modal penting, maka melalui pola
kemitraan mutual menjadikan peluang berwirausaha dibidang ini menjadi terbuka
lebar. Disinilah letak besarnya pengaruh “pemaknaan” terhadap wirausaha dalam arti luas. Banyak
orang yang mempunyai keinginan
berwirausaha tetapi gagal jauh sebelum memulainya sama sekali. Langkahnya terhenti oleh karena pemaknaannya
yang sangat sempit atas sesuatu. Bagaimana
dengan anda??.
E. Mengintip Peluang Wirausaha di Kalangan Farmasis
Namun demikian, ada
catatan khusus dalam urusan optimalisasi peluang di bidang kesehatan ini, yaitu
tentang “moral dan tanggungjawab sosial”. Artinya , paradigma dan kebutuhan masyarakat
tentang kesehatan serta kesiapan mereka untuk mengorbankan apa saja yang mereka
miliki bukan sebagai pembenar untuk melakukan eksploitasi bagi pemuhan
tujuan pelipatgandaan keuntungan. Koridor moral ini menjadi penting, mengingat seringnya
penguasaan ilmu pengetahuan membuat seseorang menjadi otoriter dan menjadi
individualis serta kehilangan kepedulian sosialnya.
Sejenak menilik
peluang di bidang farmasi, terbentang
peluang perdagangan (baik menjadi PBF
atau memiliki apotek), penciptaan formula obat baru bagi pengayaan
alternatif upaya penyembuhan pasien dan lain sebagainya yang kesemuanya bisa di
drive
berdasarkan ilmu pengetahuan farmasi. Di samping itu, pengetahuan
farmasi dan UU yang melindungi profesi ini, membuat pemain di sektor ini
menjadi terlokalisir. Artinya, ditinjau dari jumlah pemain
bisa dikatakan terbatas sebab tidak setiap orang bisa memasuki wilayah
ini. Otoritas ini juga merupakan sumber peluang yang bisa menjadi inpsirasi dalam melahirkan
kreasi-kreasi wirausaha, khususnya di bidang
farmasi. Turunan dari bidang
perobatan ini juga telah melahirkan
ragam jenis usaha lainnya, seperti bekas botol infus, kerdus obat dan lain
sebagianya.
Kalau di tarik
kesimpulan, sesungguhnya profesi farmasi berada di lingkaran peluang yang cukup
luas. Persoalannya tinggal bagaiman farmasis jeli melihat peluang dan punya keberanian
mendalami sampai ke tingkatan teknis operasional.
F. Penghujung
Semua orang berpeluang
menjadi wirausahawan sepanjang memiliki
keyakinan yang cukup dan kemudian mengelola keyakinan tersebut menjadi sumber
energi untuk melakukan hal-hal berbau kreatif.
Disamping itu, kewirausahaan memang memerlukan nyali cukup, karena tak
satupun yang bisa mendefenisikan apa yang anda dapat besok hari dari apa yang
dilakukan pada hari ini. Untuk itu, “keyakinan bahwa setiap niat baik pasti
ketemu jalannya” perlu terus di jaga sehingga sang wirausahawan berada pada on
the right track menuju mimpinya.
Bagi mereka yang
bersepaka, wirausahawan sesungguhnya begitu indah, sebab wirausahawan tidak
hanya tentang peluang keterciptaan kemandirian (dimana didalamnya terdapat
kebebasan), tetapi juga berpeluang
memperluas kebermaknaan bagi banyak orang.
Oleh karena itu, mengkombinasi kerja keras (work hard) dan kerja
cerdas (work smart) menjadi satu keharusan ketika keberhasilan masih
didefenisikan sebagai mimpi yang harus diraih. .
Sebagai penutup, keberhasilan
bukanlah sebentuh hadiah tanpa musabab, tetapi bentuk keberpihakan Tuhan atas
kesungguhan seseorang dalam berproses menggapai mimpinya. Dalam lingkar wirausaha,
Tuhan mengambil posisi sebagai pemberi restu (dalam arti luas) atau
pelipatgandaan
hasil dari upaya serius manusia
dalam mendapati sebuah keberhasilan. Semoga kita menjadi manusia pilihan untuk
mengenyam keberhasilan yang tidak hanya membentuk kebahagiaan pribadi tetapi
juga memperluas kebermaknaan bagi manusia lainnya. Akan KAH?
GALLERY
+ komentar + 2 komentar
mantaplah ini pokoknya..
saya SUKA!!!!
^_^d
terima kasih atas apresiasinya...sukses selalu dan semangat....
Posting Komentar
.