Berduyun-duyun
para orang tua bersama anaknya ke sebuah
supermarket untuk mengikuti perhelatan sebuah lomba matematika. Perlombaan kali ini pesertanya begitu
membludak , baik yang mendaftarkan diri atas inisitaif sendiri, maupun mereka
yang mengatasnamakan perwakilan sekolahnya. Saking banyaknya peminat, panitia sepertinya
sampai menolak peserta lomba.
Semua berkumpul, tumplek di halaman parkir Supermarket.
Tempat duduk peserta lomba di isi para peserta dan juga tak ketinggalan para
orang tua juga ikut nimbrung, sampai-sampai sebagian peserta tak dapat tempat
duduk. Panitia sampai
lelah menyuarakan pengumuman yang sama agar orang tua peserta lomba
keluar dari gelanggang dan membiarkan anaknya di lokasi perlombaan, namun tak
kunjung berhasil.

Perlombaan kian seru, ketika sebagian orang tua karut
dalam suasana lomba. Ambisi untuk menang seertinya telah mendorong mereka untuk
terus menyemangati anaknya walau harus mencuri kesempatan saat panitia lalai. Mereka
selalu memberi semangat pada anaknya dengan beragam tanda. Reaksi anak pun
bervariasi, ada yg tampak senang dengan sikap orang tuanya, ada pula yg
tampak kurang nyaman dengan sikap over aktif orang tuanya yang seolah tak percaya dengan kemampuan
anaknya sendiri.

”Waktu tinggal 6 menit lagi”, kalimat panitia itu
terdengar dari Toa. Sebagian orang tua pun mulai ikut panik
dan kian menyemangati anaknya. Anaknya pun ada yang jadi ikutan panik dan ada
pula yangtenang dan tetap fokus mengerjakan soal serta cuek dengan riuh
sekitarnya. Suasana makin ramau ketika panitia mengumumkan waktu hitungan mundur
di setiap menitnya.
Para orang tua pun langsung menemuin anaknya masing-masing.
Sesaat kemudian, sebagian memilih langsung pulang
walau panitia telah menyampaikan bahwa pengumuman akan dilaksanakan 1(satu) jam
kemudian. Mungkin saja, mereka sudah pesimis kalau anaknya bukan pemenang dan
atau bisa jadi mereka akan kembali pada hari selasa karena panitia berjanji
menempelkannya di papan informasi supermarket megah di kota mendoan ini. Sebagian
lagi, mengajak anaknya jalan-jalan di
sekitar supermarket untuk sekedar mengisi waktu sambil menunggu pengumuman
pemenang.

Adalah sebuah keadaan yang menggembirakan dan pantas
menjadi kebanggaan, ketika keikutsertaan dalam lomba semacam ini di inspirasi oleh
keinginan anak itu sendiri, bukan karena dorongan atau obsesi orang tua maupun
sekolah. Sebab, basis kesadaran merupakan muasal peluang munculnya capaian-capaian
spektakuler, sebab setiap anak menemukan dirinya dan keasikan dalam setiap melalui
tahapan lomba. Tetapi, mungkin saja pendapat ini kurang disepakati oleh orang
tua yang menganut mazhab bahwa anak maju kalau di dorong oleh orang tua. Manapun
konsep yang dipilih, semoga melahirkan anak-anak berkualitas yang akan
memajukan bangsa di mendatang. Amin.
Purwokerto, 21 Oktober 2012
di sudut Sebuah Supermarket
dimana lomba terselenggara...
Posting Komentar
.