Sebagai Inspirasi Penyusunan
Strategi
Pembangunan Koperasi Yang Meng-Anggota
Disampaikan pada kegiatan “Pengembangan Koperasi Berbasis
Partisipasi Anggota”
yang dilaksanakan oleh Disperindagkop Kab. banjarnegara,
di Hotel Asri,Banjarnegara, 16-17 Oktober 2012
A.
Pembuka
Penetapan
dan pemilihan tema ini di inspirasi oleh realiatas koperasi di berbagai belahan
dunia dimana eksistensinya terbukti berimplikasi luas pada peningkatan
kesejahteraan, keadilan ekonomi, perdamaian dan lain sebagainya. Artinya, fakta kebaikan-kebaikan koperasi
dalam tingkatan praktek menjadi bukti tak terbantahkan dan sekaligus mengisnpirasi
pada satu kesimpulan bahwa perusahaan koperasi adalah media strategis
untuk mewujudkan dunia yang lebih baik.
Hal
ini tak lepas dari keberhasilan koperasi
mem-personifikasi-kan
diri sebagai perusahaan yang memiliki keunikan sekaligus sumber keunggulan yang membawanya pada hal-hal bernuansa
kebijakan hidup anggotanya. Kebersamaan,
kegotongroyongan, kesetiakawanan, transparansi, demokrasi, saling tolong
menolog, yang merupakan nilai-nilai yang diyakini dan senantiasa di junjung tinggi
telah berpengaruh besar dalam mewarnai dan menentukan arah kebijakan
pengembangan dan keseharian koperasi.
Sebagaimana muasal kelahirannya, koperasi telah menjelma menjadi alat
perjuangan membentuk kesejahteraan melalui pemberdayaan segenap unsur organisasi
(baca: orang-orang) yang keberadaannya setara (equal) satu sama lain dan tidak membedakan latar belakang, gender,
agama, ras dan bahkan status sosial. Posisi angggota sebagai obyek
dan sekaligus subyek pembangunan koperasi telah mendorong lahirnya “aksi
kolektif” yang berimplikasi luas bagi peningkatan kualitas hidup
segenap unsur organisasi dan bahkan masyarakat sekitar.
Kalau
kemudian keberadaan dan eksistensi koperasi di negeri ini belum maksimal, maka
hal tersebut bukan dikarenakan kesalahan konsepsi nya, tetapi dikarenakan belum terbangunnya keyakinan
cukup
dan formula
efektif
dalam mengoperasionalkan koperasi. Ironisnya, spirit kebersamaan dan
kegotongroyongan yang selalu diusung oleh koperasi merupakan ciri budaya asli
bangsa Indonesia, sehingga seharusnya peluang koperasi tumbuh dan berkembang di
negeri ini lebih terbuka .
B.
Ketika Koperasi dipandang sebagai perusahaan pencetak keuntungan
C.
Koperasi Hanya Mengenal Keberhasilan dan Kegagalan Kolektif
Sebagai
organisasi berbasis orang, aktivitas koperasi selayaknya adalah refresentasi
(mewakili) dari kepentingan mayoritas anggotanya. Untuk itu, penentuan arah dan
tujuan pembangunan koperasi seharusnya diperoleh dari proses duduk bersama segenap
unsur organisasi. Demikian halnya dalam tahapan pencapaian tujuan, seharusnya
dilakukan secara bersama-sama lewat distribusi peran dan partisipasi
proporsional masing-masing unsur organisasi. Dengan demikian, apapun hasil
akhir dari perjalanan dan perjuangan sebuah koperasi sesunggunya adalah karya
kolektif dan sekaligus indikator obyektif keterbangunan kualitas
kebersamaan. Dalam proses yang demikian, maka RAT (Rapat Anggota Tahunan) akan
menjadi momen strategis melakukan “auto koreksi berjama’ah “ dan
sekaligus merumuskan mimpi bersama berikutnya.
D.
Edukasi sebagai ruh koperasi
Dalam
bahasa romantisme, koperasi bisa disefenisikan sebagai “hidup bersama” yang di dalamnya
terdiri dari orang-orang yang mempunyai latar belakang berbeda dan
masing-masing memiliki tujuan (motif) bergabung dalam koperasi. Oleh karena
itu, keberagaman potensi, gagasan dan bakat yang melekat pada setap orang,
disatu sisi adalah potensi luar biasa bagi pertumbuhan dan perkembangan
koperasi, tetapi disisi lain hal ini bisa menjadi bumerang atau blunder
ketika tidak dikelola dengan tepat.
Oleh
karena itu, sebelum seseorang bergabung dalam sebuah koperasi, idealnya terlebih dahulu diberikan pendidikan
tentang apa, mengapa dan bagaimana seharusnya berkoperasi. Disamping itu,
kepada calon anggota juga harus disampaikan defenisi, nilai-nilai dan
prinsip-prinsip koperasi. Dengan demikian, ketika pada akhirnya seseorang
menetapkan diri untuk bergabung, hal itu semata-mata didasarkan pada pemahaman
yang benar dan keyakinan yang tinggi bahwa koperasi adalah media tepat untuk
memperjuangkan aspirasi dan memenuhi kebutuhan
ekonomi, sosial dan budaya- nya.
Jika
tidak, maka koperasi akan dihuni oleh orang-orang yang memiliki persepsi dan
ekspektasi yang mungkin berbeda satu sama lainnya. Ketika hal ini terjadi, maka
koperasi akan berjalan diatas kerapuhan pondasi dan bahkan
berpotensi terjebak dalam konflik kepentingan yang tak pernah berkesudahan.
E.
Penyatuan Kepentingan
Setiap
orang yang bergabung ke dalam koperasi pasti memiliki motif kepentingan. Dan
sangat terbuka kemungkinan satu sama lain berbeda. Oleh karena itu, koperasi
harus mendeteksi masing-masing kepentingan dan melakukan langkah penyatuan yang
berujung pada tersusunnya “kepentingan bersama” yang merupakan
refresentasi (perwakilan) kepentingan mayoritas anggota. Selanjutnya, “kepentingan
bersama” ini menjadi dasar lahirnya ragam aktivitas yang diperjuangkan
segenap unsur organisasi melalui distribusi peran proporsional. Dengan
demikian, ketika koperasi memasuki tahap evaluasi pencapaian, maka setiap orang
akan mempersepsikan dari sudut pandang
yang relevan.
Hal
ini perlu dilakukan, sehingga indikator-indikator penilaian keberhasilan atau
ke belum-berhasilan tidak menjadi liar tak berarah. Tidak di pungkiri,
terkadang seseorang menjadi tidak terkendali hanya karena kepentingan sempitnya
tidak terakomodir. Namun demikian, ketika hal itu terjadi di tengah populasi
mayoritas koperasi yang faham dan mengerti tujuan koperasi, maka akan terbentuk
pola penyelesaian yang lebih bijak karena penyelesaiannya berlandaskan semangat
kebersamaan.
F. Pemilihan Aktivitas Koperasi
Koperasi
lahir dari, untuk dan oleh anggota. Artinya koperasi berjalan untuk
kebahagiaan anggotanya. Oleh karena itu, apapun aktivitas yang dijalankan
koperasi haruslah merujuk pada hal-hal yang memperbesar peluang penigkatan kebahagiaan anggotanya dalam arti luas. Pada
titik ini, koperasi yang lahir untuk kesejahteraan anggotanya harus melakukan
perumusan tujuan dan aktivitas-aktivitas yang mengarah pada ketercapaian tujuan
tersebut.
Sebagai
pengingat, kesejahteraan anggota sebagai tujuan dalam koperasi tidaklah
terbatas pada persoalan pemenuhan kebutuhan ekonomi, tetapi juga menyangkut
pemenuhan kebutuhan sosial dan budaya. Keterpenuhan ke-3 (tiga) aspek ini akan memungkinkan
koperasi menjadi organisasi yang mampu meningkatkan kualitas hidup anggotanya. Disinilah letak kemuliaan dan juga nilai beda
koperasi dibanding badan usaha lainnya. Keseharian perusahaan koperasi selalu
lekat dengan nuansa edukasi dan nilai-nilai yang memotivasi semua orang untuk ikut didalamnya
mengembangkan partisipasi. Itu pula sebabnya penggunaan istilah SHU (Sisa Hasil
Usaha) bukanlah hanya pembeda saja, tetapi didalamnya terdapat nilai-nilai
kebersamaan, baik dalam penentuan pendapatan maupun biaya. Hal ini pasti tidak
di dapati pada pelaku usaha lainnya dimana “pangsa pasar” di posisikan sebagai
konsumen murni dan tidak pernah di libatkan dalam proses pengambilan keputusan apapun.
G. Beberapa Gagasan Yang Mengstimulan
Koperasi
sebagai alat perjuangan pemenuhan aspirasi dan kebutuhan anggotanya di bidang
ekonomi, sosial dan budaya, senantiasa harus mengembangkan ragam gagasan
sehingga meningkatkan peluang keterwujudan hidup yang lebih berkualitas dari
segenap anggotanya. Hal ini tidak terbatas pada perjuangan yang bersifat material saja, tetapi juga menyangkut hal-hal im-material sepanjang berhubungan dengan pembangunan
kualitas hidup yang lebih baik. Sebagai
sebuah gagasan, peningkatan kesejahteraan tidaklah hanya dengan cara meningkatkan
pendapatan, tetapi juga bisa melalui peningkatan kecerdasan menggunakan pendapatan. Disinilah letak koperasi yang
multi dimensi dan tidak terbatas pada
perjuangan perolehan SHU sebesar-besarnya.
Berikut
ini dijabarkan beberapa gagasan yang dimaksudkan untuk men-stimulan peningkatan
pemahaman dan pemaknaan koperasi sekaligus mengisnpirasi semangat pengayaan
ragam ide dalam mengembangkan sebuah koperasi, yaitu :
1.
Mengkampanyekan hidup sederhana.
Fakta menunjukkan bahwa individualisme begitu merebak dan berimplikasi pada
suburnya budaya konsumerisme di tengah masyarakat yang didalamnya juga adalah
anggota koperasi. Lewat ragam propaganda yang terus dikembangkan
oleh produsen (penghasil barang dan jasa) non koperasi, telah menjebakkan
masyarakat terobsesi pada slogan “yang
penting hebat dan modern”. Merasuknya slogan ini di ikuti dengan di produksinya
ragam barang dan jasa yang melebihi fungsinya. Sebagai contoh, mobil tak lagi
sekedar fungsi alat transportasi, tetapi telah menembus fungsi harga diri.
Demikian juga halnya dengan Handphone yang tidak lagi sebatas
fungsi komunikasi, tetapi telah memasuki bagian dari gaya hidup modern.
Syukuran pernikahan yang fungsi dasarnya adalah sosialisasi untuk menghindarkan
dari fitnah, telah berubah simbol harga diri sehingga setiap orang menjadi
terobsesi menggelar pesta mewah. Kalau ditelusuri lebih dalam, Banyak lagi
contoh lainnya. Ironisnya, sebagian anggota masyarakat memaksakan diri haya
untuk sebuah pengakuan “hebat atau
modern”. Tata nilai dan budaya masyarakat telah tercerabut dari akarnya dan
hal ini berpotensi menyebabkan bangsa ini kehilangan jati dirinya. Sebagai alat
perjuangan membangun hidup yang lebih berkualitas, koperasi seharusnya
mengambil inisiatif melakukan koreksi bijak lewat ragam tindakan sehingga masyarakat
(khususnya anggota koperasi ) tidak masuk lebih dalam lagi ke dalam arus yang
keliru. Misalnya, koperasi bisa mengkampanyekan perlunya “hidup
sederhana”. Hal ini juga bisa di perkuat dengan penerbitan
kebijakan pengetatan pemberian pinjaman kepada anggota yang
peruntukkannnya untuk kebutuhan konsumsi. Disisi lain, kampanye “hidup
sederhana” ini juga bisa di hubungkan dengan peningkatan gairah menabung lewat menekan naluri konsumsi
anggota. Dengan demikian, program ini tidak hanya akan membentuk gaya hidup
anggota menjadi lebih bijaksana, tetapi juga meningkatkan kemampuan koperasi
dalam mengembangkan ragam investasi berbasis kolektivitas melalui pertumbuhan
gairah menabung. Perumbuhan simpanan anggota di koperasi akan meningkatkan
kemampuan koperasi mendukung aktivitas-aktivitas produktif anggota atau
mengembangkan unit layanan yang meningkatkan pendapatan riil anggotanya.

3.
Mengelola Bank Sampah. Dalam tinjaun vertikal, kebersihan adalah
sebagian dari iman. Sementara itu, dalam tinjauan horizontal, hidup bersih
adalah bagian dari upaya menciptakan hidup sehat. Dalam hal ini, Koperasi bisa
mengembangkan kebiasaan hidup sehat lewat pengelolaan sampah rumah tangga. Anggota
di edukasi untuk memisahkan sampah organik dan non organik. Selanjutnya,
koperasi mengambil tanggungjawab untuk memikirkan bagaimana sampah-sampah
tersebut memiliki nilai manfaat lewat pengembangan industri kreatif. Bila
perlu, untuk lebih mendukung program ini, anggota bisa membayar transaksi kebutuhannnya di toko milik
koperasi dengan sampah yang sudah dikumpulkan oleh anggota. Bukan hanya
itu, anggota juga bisa membayar cicilan
pinjaman dengan sampah rumah tangga yang
mereka kumpulkan. Selanjutnya, koperasi bisa mengembangkan industri kreatif
dengan kumpulan sampah-sampah tersebut. (terinspirasi
dari apa yang sedang dikembangkan oleh kawan-kawan koperasi di kab.malang, Jawa
Timur)
5.
Relevansi
aktivitas koperasi dengan peningkatan produktivitas anggota.
Relevansi antara aktivitas yang dikembangkan koperasi dan produktivitas anggota
perlu menjadi perhatian, sehingga ada hubungan linier dari pertumbuhan dan
perkembangan di kedua sisi tersebut. Sebagai contoh, pada koperasi yang
anggotanya menekuni usaha perdagangan retail, maka koperasi seharusnya
memposisikan diri sebagai suplier bagi
usaha anggota sehingga tidak terjadi
tabrakan kepentingan. Disamping itu, koperasi juga selayaknya mengambil
tanggungjawab untuk ikut mengembangkan kapasitas anggota sehingga kualitas
pengelolaan usahanya menjadi lebih berdaya saing tinggi. Demikian hal nya pada koperasi yang dihuni
oleh para pengrajin, koperasi bisa memposisikan diri sebagai suplier bahan
baku, support teknologi dan akses pemasaran serta akses permodalan lewat mobilisasi
potensi menabung anggota atau sumber lainnya yang memungkinkan. Bagi koperasi
yang anggotanya mayorittas berprofesi petani padi, koperasi seharusnya
memainkan peran sebagai penyedia saprodi dan juga menyelenggarakan penyuluhan
pertanian untuk hasil tanam yang lebih bekualitas. Disamping itu, koperasi bisa
menyelenggarakan rice mill (penggilingan
padi) dan sekaligus memasarkannya dengan pola yang lebih membuka peluang
anggota mendapatkan hasil yang lebih baik ketimbang hanya dijual dalam bentuk
gabah kepada para tengkulak. Kalau hal demikian
dipertimbangkan dalam pemilihan
aktivitas koperasi, maka bisa dibayangkan akan tercipta pemberdayaan
(empowering) dikalangan anggota dan dipastikan berimplikasi positif bagi
pertumbuhan koperasi secara kelembagaan maupun peningkatan produktivitas
anggota. Disamping itu, koperasi juga berpotensi menjadi mesin pencetak para
wirausahawan handal yang bersumber dari anggotanya.
6.
dan
lain sebagainya.
H.
Penghujung
Dalam
hal kehadiran sebuah koperasi yang
meng-anggota menjadi sebuah keinginan, maka kemampuan koperasi mewujudkan diri
sebagai mesin penjawab keterpenuhan kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya
anggota-nya menjadi satu hal yang harus diwujudkan. Oleh karena itu, relevansi
antara aktivitas koperasi dengan aktivitas anggotanya seharusnya saling
mendukung dan bukan saling meniadakan. Utuk itu, sebelum koperasi menetapkan
tujuan dan melangkah lebih sejauh, sebaiknya segenap unsur organisasi
menyelenggarakan agenda penyatuan kepentingan.
- aktivitas
Berbasis Pencerdasan penggunaan pendapatan. Dalam
cara ini, kebersamaan dalam berkoperasi bisa diarahkan pada penciptaan efisiensi
kolektif lewat tindakan bersama. Sebagai contoh, pada koperasi yang
mengakar terkumpul potensi kebutuhan yang pemenuhannya bisa dilakukan oleh
koperasi. Semakin besar kebutuhan, maka semakin rendah pula nilai prolehan
yang harus dibayarkan . Aksi semacam ini pasti akan meningkatkan pendapatan
riil anggota. Mengkampanyekan hidup sederhana juga merupakan contoh aksi
kolektif yang diarahkan pada
penurunan naluri konsumsi sehingga mempertinggi kemampuan anggota untuk
menabung. Terakumulasi-nya sejumlah modal dari tabungan memperbesar peluang koperasi
mengembangkan aktivitas investasi yang berorientasi pada pemenuhan ragam
kebutuhan anggota yang lebih efisien.
- aktivitas
Berbasis Peningkatan Produktifitas Anggota. Cara
ini tepat diterapkan pada koperasi beranggotakan orang-orang produktif,
seperti petani, pengrajin dan lain sebagainya. Dalam hal ini, koperasi
bisa mengambil peran memperluas akses permodalan (baik lewat tabungan
anggota maupun akses lainnya), support teknologi sehingga output lebih
bernilai, packaging dan perluasan market (pasar) sehingga mendukung
pertumbuhan produksi. Dengan demikian, koperasi akan besar seiring dengan
semakin tumbuh dan berkembangnya anggota.
Demikian
disampaikan, beberapa pemikiran sederhana ini semoga meningisnpirasi lompatan
energi untuk semakin menumbuhkembangkan koperasi yang meng-anggota dengan
pertumbuhan kebermanfaatan yang terus meningkat. Aminnn.
+ komentar + 2 komentar
Senang sekali bertemu orang berharga seperti anda. So inspiring. Wish to follow your next training, Pak Arsad. Good Luck!
Mbak Siti...thanks atas apresiasinya.saya juga merasa bahagia dengan semangat yang ada pada kawan2 di banjarnegara dalam mengembangkan koperasi.Spirit luar biasa telah memberi tambahan keyakinan pada diri saya untuk terus mengkampanyekan nilai-nilai kebaikan koperasi kepada lebih banyak orang. Saya yakin suatu saat koperasi akan lebih berkibar di banjarnegara dan saya berharap Mbak Siti mengambil tanggungjawab untuk membuktikan kedigdayaan sebuah kebersamaan yang menjunjung tinggi keikhlasan dan kebijaksanaan...sukses selalu dan....tak ada lagi hal terindah di dunia ini kecuali membuat perbedaan...keep spirit...
Posting Komentar
.