MEMULAI WIRAUSAHA DARI HAL SEDERHANA | ARSAD CORNER

MEMULAI WIRAUSAHA DARI HAL SEDERHANA

Senin, 22 Oktober 20122komentar



Disampaikan pada Kegiatan Pelatihan IKM di lingkungan Penghasil Tembakau/Cengkeh Bagi Pengurus/Pengelola Koperasi dan Kelompok/UKM”, diselenggarakan oleh Disperindagkop Kab.Banyumas, 23 sd 25 Oktober 2012 di Purwokerto, Jawa Tengah


A.  Permulaan
Prosentase ideal jumlah wirausahawan dari sebuah negara adalah 2% dari jumlah penduduk. Namun faktanya, Indonesia baru memiliki 0,24 % wirausahawan sehingga masih jauh dari titik ideal untuk masuk ke level negara maju. Atas dasar itulah, Pemerintah RI terus mengkampanyekan pentingnya berwirausaha.  Hal ini bisa difahami, mengingat lewat kewirausahaan akan tercipta masyarakat mandiri dan juga menciptakan kehidupan bagi masyarakat lainnya sehingga bisa menekan angka pengangguran yang berpotensi menimbulkan keresahan sosial.

Berbicara wirausaha identik dengan membicarakan tekad membangun kemandirian melalui pengembangan ragam kreativitas.  Hal ini membutuhkan mentalitas karena lekatnya  unsur ketidakpastian dalam wirausaha itu sendiri. Tak ada yang bisa memastikan apa yang anda dapat esok hari dari keputusan menanamkan uang ke dalam sebuah investasi (apapun bentuknya) pada hari ini. Hal ini berbeda ketika anda bekerja pada satu instansi atau perusahaan dimana anda hampir dipastikan mendapat penghasilan berbentuk gaji/salary setiap bulan yang jumlahnya sesuai kebijaksanaan sang pemilik perusahaan.

Atas dasar itulah, berwirausaha membutuhkan satu kebulatan tekad dan keberanian memulai. Wirausaha tidak akan menghasilkan apapun ketika hanya dibicarakan saja, tetapi akan berpeluang mendapatkan hasil ketika benar-benar dilakukan. Oleh karena itu, mulailah dari hal sekecil atau sesederhana apapun sebab hal itu merupakan jalan untuk menghasilkan karya dan  menjadi besar.


B.  Berwirausaha itu cocok bagi yang berani berbeda
Menekuni wirausaha tak  ubahnya berinteraksi  dengan alam se isinya dimana keselerasan tertemukan ketika potensi diri menemukan titik klik  dengan potensi yang mungkin untuk di kembangkan.  Ada yang memulainya   dengan mencontoh apa yang pernah dia lihat di suatu tempat dan kemudian melakukan beberapa modifikasi agar lebih mudah di terima konsumen dan ada  pula yang benar-benar berbasis ide genuine (ide asli dan tidak ada sebelumnya). Mereka terjun berdasarkan satu keyakinan bahwa ada harapan yang mungkin di raih ketika menekuni sesuatu secara serius. Percaya diri mereka kemudian tumbuh setelah mencoba dan terus mencoba. Ada juga  yang percaya dirinya kian tumbuh karena terinspirasi dari kesuksesan orang lain. Disamping itu,  ada pula yang percaya dirinya kian tumbuh  disemangati oleh spirit vertikal dimana kewirausahaan di fahami sebagai profesi yang berpeluang membentuk kebermanfaatan bagi banyak orang.
Pada umumnya, wirausahawan handal selalu berusaha menemukan gagasan yang tidak difikirkan oleh kebanyakan orang.  Hal ini yang membuat mereka tampak berbeda dan menarik perhatian. Mereka sering mengkampanyekan hal baru yang tidak ada  sebelumnya.  Di sinilah letak pertaruhan karena apa yang di tawarkan bisa jadi tidak mendapatkan respon positif dari orang-orang yang diharapkan.  Karakter semacam ini memang tidak ada pada semua orang, apalagi pada karakter yang bukan risk taker (pengambil resiko) dan menyukai stabilitas hidup. Bagi pencinta hidup stabil, mereka biasanya memilih  jadi karyawan dan mengabdikan diri pada perusahaan yang mau memberikan mereka salary/gaji.
Apapun yang  melatarbelakanginya, wirausahawan adalah orang-orang yang meyakini nanti atau esok adalah  harapan.  Karena hal ini tergolong kurang lazim, tidak mengherankan kalau berwirausaha hanya dilakukan oleh orang-orang yang berani berbeda, siap bertarung, selalu nyaman di ketidakpastian dan meyakini bahwa esok atau lusa terdapat harapan untuk maju dan berkembang.

C.  “Belajar Menghargai Uang” Baru “Berwirausaha”
Mulailah “belajar menghargai uang “sebelum menyentuh wirausaha. Saat  belajar menghargai uang “, anda bisa melakukan beberapa hal positif berikut ini :
1.       menghayati bagaimana uang itu di peroleh dengan susah payah dan harus memeras otak serta mengeluarkan keringat. Selanjutnya,
2.       mempelajari bagaimana uang itu berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Cari musabab perpindahan itu sehingga anda bisa membuat kesimpulan faktor-faktor yang menyebabkan pindahnya uang tersebut dari satu tangan ke tangan yang lain. Selanjutnya,
3.       defenisikan siapa yang mempunyai kebiasaan membiarkan uang  yang dia peroleh pindah  ke tangan orang lain dan siapa pula yang kemudian berperan sebagai penerima perpindahan uang tersebut. Kemudian,
4.       Carilah jawaban mengapa mereka menjadi tempat berpindahnya uang dan pelajari bagaimana mereka berhasil sampai pada posisi itu. 

Langkah ini tidak hanya efektif membangunkan semangat dalam berwirausaha tetapi juga membangun kebijaksanaan dalam pemanfaatan uang. Pelajaran ini sangat penting bagi calon wirausahawan sebab “belajar menghargai uang” bisa meng-inspirasi banyak hal dalam membangun sebuah usaha yang  seatle (mapan) dan bernilai masa depan.


D. Tidak mendapat uang ketika berharap uang
Tidak mendapat uang ketika berharap uang” merupakan sebentuk pesan bagi para wirausahawan untuk lebih concern pada ketekenunan berproses dan mendefenisikan hasil sebagai imbas saja. Ketika proses di lakukan dengan baik maka peluang mendapatkan hasil baik pun menjadi berpeluang. Dalam bahasa lugas, fokuslah membahagiakan orang lain dengan apa yang anda tawarkan. Saat anda berhasil membahagiakan orang lain, maka anda pun akan mendapatkan kebahagiaan pula sesudahnya sebab uang mereka sudah berpindah ke tangan anda.  Itulah sebabnya banyak yang mengatakan kalau wirausahawan itu menang nya belakangan. 

Sementara itu, kalau anda terjebak pada naluri mendapatkan  uang (money oriented) secepat mungkin, maka ada  potensi lalai untuk menyajikan service terbaik kepada pelanggan, akibatnya perlahan anda akan kehilangan sumber pemasukan dan akhirnya tidak mendapatkan apa-apa lagi.


E. Peluang dan Mimpi
Dalam bahasa pemasaran, transaksi diawali ketika calon konsumen mengetahui  sebuah barang atau jasaSetelah melalui serangkain promosi akhirnya calon konsumen merasa ingin untuk menggunakannya.  Setelah merasa ingin, kemudian calon konsumen tersebut merasa butuh sehingga siap mengorbankan sebagian penghasilannya untuk membeli.  Jadi, transaksi terjadi bila seorang wirausahawan mampu membahasakan produk atau jasa  yang di jualnya sehingga calon konsumen merasa butuh. Hal ini kemudian menginspirasi slogan kewirausahaan yang berbunyi: “Jual-lah apa yang dibutuhan”. Oleh karena itu, dengan mendalami apa yang dibutuhkan oleh calon konsumen yang anda targetkan, anda akan menemukan serangkaian peluang yang sangat mungkin di mobilisasi menjadi satu keuntungan. Kemudian bentuklah “mimpi” di hamparan kebutuhan yang berhasil anda himpun.

Mimpi adalah tujuan dan sekaligus landasan setiap orang untuk melangkah.  Jadikan mimpi sebagai sumber energi dan sekaligus penyemangat melakukan hal terbaik. Mimpi adalah kata yang membuat orang tetap bersemangat untuk berbuat. Mimpi adalah inspirasi gairah  mengembangkan ragam gagasan di keyakinan penuh. Oleh karena itu, bangunl ah mimpi setinggi langit untuk menghasilkan energi yang tak terhingga.


F. Wirausaha membutuhkan kesabaran berproses
Besar itu berawal dari kecil. Itulah kalimat yang tepat untuk menegaskan bahwa segala sesuatunya memerlukan proses. Oleh karena itu, seorang wirausahawan harus senantiasa ber-energi untuk melakukan segala hal tentang  penciptaan produktivitas sepanjang tidak berseberangan dengan ajaran Tuhan dan tidak mengganggu kepentingan umum. Konsistensi semangat, keterpeliharaan fikiran positif dan optimis harus senantiasa terjaga demi terciptanya ragam karya.  Kesabaran berproses adalah sisi lain yang juga harus ada pada diri seorang wirausahawan. Terkadang realitas tak se indah angan, sehingga seorang wirausahawan di tuntut keadaan untuk  terus melakukan perbaikan secara terus menerus  dengan berkaca pada pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dengan demikian, akan tercipta capaian-capaian yang kian hari kian menunjukkan peningkatan. 


G.  Di Ketiadaan Harapan
Tidak setiap waktu kenyataan seperti harapan dan atas dasar itu pula setiap orang harus berjuang. Kenyamanan tidak datang tiba-tiba sehingga setiap orang harus berupaya  meraihnya. Demikian pula halnya dengan berwirausaha yang dalam pencapaiannya  memerlukan proses yang terkadang tidak singkat dan bahkan tidak jarang di hadapkan pada situasi “ketiadaan harapan” dan tbahkan ak jarang mendatangkan perasaan putus asa.  

Satu hal yang perlu diingat, berwirausaha adalah tentang semangat dan stress  merupakan akibat kelumpuhan kemampuan  berfikiran positif atas kenyataan yang menyesakkan. Jangan biarkan diri dalam situasi semacam itu terlalu lama, karena bisa menyebabkan ke-mandeg-an dalam berkarya.  Disamping itu, berteriak juga tak  pernah bisa merubah keadaan. Dalam situasi kacau balau, katakan hal-hal yang menyemangati dalam hati dan bangunlah bayangan-bayangan indah tentang keberhasilan. Anggap saja ragam hambatan adalah tantangan bagi yang menginginkan sebuah keberhasilan. Atau pandanglah bahwa hambatan adalah jembatan untuk menuju kesuksesan. Disinilah keluasan berpandangan menjadi begitu berperan dalam menyemangati setiap wirausahawan.


H.  Koperasi dan Kewirausahaan
Sekilas tampak tak ada relevansi antara koperasi dan wirausahawan, bahkan kalau salah memandangnya bisa memunculkan pemaknaan bahwa dua hal ini adalah saling meniadakan karena pergerakannya memiliki tujuan yang sama, yaitu memupuk laba.

Sekilas bicara spirit, koperasi adalah kumpulan orang  yang  berkomitmen untuk hidup bersama dalam memenuhi aspirasi ekonomi, sosial dan budaya. Setiap orang yang berkumpul di pastikan memiliki kepentingan, sehingga agenda penyatuan kepentingan menjadi sebuah kebutuhan guna meminimalisir tejadinya tabrakan kepentingan antara anggota satu dengan lainnya dan bahkan tabrakan kepentingan antara anggota dengan koperasi-nya sendiri. Dengan demikian, berkoperasi akan bermakna saling memperkuat  dan meningkatkan kesejahteraan setiap orang yang terlibat didalamnya.

Oleh karena itu, pemilihan aktivitas (baca: unit lanan/ usaha) perlu diperhatikan relevansinya dengan daya dorong peningkatan kualitas hidup anggotanya dalam arti luas, termasuk urusan kesejahteraan ekonomi anggotanya. Untuk itu, dalam pemilihan aktivitas, koperasi harus memperhatikan kepentingan mayoritas anggotanya. Sebagai contoh, koperasi yang anggotanya kebanyakan berprofesi sebagai pedagang eceran, maka koperasi tersebut selayaknya mengambil porsi sebagai suplier (grosir) bagi segenap anggotanya. Disamping itu, koperasi juga bisa menyelenggarakan simpan pinjam yang di fungsikan mendukung  penguatan usaha anggota. Contoh lain, ketika sebuah koperasi  berangggotakan orang-orang yang berprofesi sebagai pengrajin, maka koperasi seharusnya memerankan diri pada support teknologi bagi peningkatan kualitas produk anggotanya, support manajemen untuk meningkatkan kualitas pengelolaan usaha, akses perluasan pasar  yang mendukung peningkatan kuantitas produksi, akses permodalan berupa  simpan pinjam atau lainnya yang memungkinkan untuk di jangkau oleh anggota. Kalau aktivitas koperasi seperti yang digambarkan diatas, anggota akan merasa begitu dekat deangan koperasinya di karenakan daya dukung nyata bagi peningkatan kesejahteraan anggota.

Dalam cara baca yang demikian, maka para wirausahawan sangat berpeluang  berkumpul dalam rangka memperkuat diri melalui koperasi. Hal ini disebabkan koperasi adalah organisasi yang berpeluang mempercepat pertumbuhan dan perkembangan usaha yang dijalankan oleh anggotanya yang berprofesi sebagai wirausahawan. Sebagai informasi tambahan, dalam iklim usaha yang super kompetitif saat ini, “bermitra” adalah solusi strategis untuk bisa bertahan, tumbuh dan berkembang. Dalam cara baca ini, koperasi adalah media strategis untuk membentuk kemitraan  saling menguntungkan di antara para wirausahawan.


I.  Penghujung
Sebuah pepatah bijak mengatakkan “tak ada pelaut tangguh dari air yang tenang”. Mungkin pepatah ini patut dijadikan penyemangat dalam menjalankan proses wirausaha yang bisa dipastikan  tak luput dari gelombang yang terkadang menyurutkan semangat. Niat baik selalu ketemu jalannya, kalimat inipun bisa menjadi sumber keyakinan para wirausahawan untuk tetap konsisten dalam perjuangannya.  Oleh karena itu, teruslah berjuang, menatap ke depan dan terus melangkah demi keterwujudan sebuah mimpi.

Kewirausahaan tidak hanya persoalan uang, tetapi juga terdapat banyak potensi kemuliaan, baik tentang kemandirian sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain maupun tentang peluang menciptakan kehidupan bagi orang lain sehingga mempertinggi derajat  di pandangan Sang Pencipta. Untuk itu, teruslah melangkah atas niat baik yang terjaga, karena di depan sana ada sebentuk keindahan dan ketenangan yang tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

Demikian tulisan sederhana ini disampaikan sebagai sebuah pengantar dalam diskusi kewirausahaan. Semoga menginsprasi kebaikan. Amin Ya Robbal ‘Alamin
GALLERY
MuhammadArsadDalimunte's diklat 232425 album on Photobucket
Share this article :

+ komentar + 2 komentar

Imam Bukhari
20 Februari 2013 pukul 05.03

BISA !!!!

25 Februari 2013 pukul 22.05

terima kasih atas apresiasinya...sepakat..kita harus meyakini bahwa diri kita bisa melakukannya...karena keyakinan adalah muasal gairah dalam berjuang...semangattttttttt...

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved