Kelihaian seorang gayus dalam mendramatisir pajak pun telah menginspiasi seorang pencipta lagu bertemakan ”perilaku gayus”. Keruwetan di masa transisi memasuki reformasi dan kehausan masyarakat akan penyejuk bathin, telah ikut mendorong AA Gim menjadi da’i kondang. Tak sampai disitu, multiplier efek dari ”gayus gate” juga telah melahirkan agenda opini bagi para pengamat. Demikian juga koran dan televisi.
Saat krisis ekonomi melanda di 1997 juga telah melahirkan banyak pengamat ekonomi, budaya dan politik dimana ketenaran mereka didongkrak oleh ragam media yang juga sesungguhnya simbiosis mutual bagi kepentingan oplah dan rating acara. Tema reformasi juga telah mengisnpirasi lahirnya ragam partai yang kemudian membuat orang-orang yang menyukai ”medan politik” mempunyai banyak opsi untuk menggeluti di bidang ini.
Perseteruan Inul dengan Roma Irama tentang ”goyang ngebor” telah mampu mengangkat Inul ke jajaran elit pedangdut. Konflik itu juga telah ikut menjaga eksistensi Bang Roma sebagai Raja Dangdut di tanah air. Demikian juga perpisahan antara Rhoma Irama dengan Angel Gelga telah membuat nama angel gelga kian melambung. Perseteruan Aida dengan Kiyai sejuta ummat juga berhasil melambungkan nama aida dibelantara keartisan.
Perceraian anang dan krisdayanti pun telah mengilhami peningkatan penghasilan mereka lewat pendefenisian kisah lewat tembang. Demikian pula perceraian Ahmad Dhani dengan Maya yang kala itu berlangsung mengisi layar kaca setiap acara infotainmen. Patah hati glen dengan sang kekasih yang sangat dicintainya juga telah menginspirasi Album, album yang mengisahkan rasa yang dia rasa saat di tinggal kekasih dan menikah dengan orang lain. Haruskah mereka berterimakasih atas perpisahan itu??
Pereteruan norman dengan institusi tempat dia bernaung juga semakin mengangkat eksistensinya di dunia selebritas. Pada siapakah dia harus berterimakasih??
Kelemahan-kelemahan incumbent dan pesaing juga selalu menjadi inspirasi para politikus dalam mengemas isu untuk bisa duduk di kepemimpinan daerah atau negara. Kekuasaan sepertinya memiliki magnet sehingga apapun dikorbankan untuk sebuah kemenangan. Layakkah seorang pemenang berterimakasih pada yang kalah??
Derasnya arus modernisasi dan westernisasi dikehidupan masyarakat yg mulai larut dalam hedonisme, pun telah menginspirasi para sineas melahirkan sinetron dan film yang berisi kritik sosial dan religiusitas. Mereka pun diuntungkan dalam situasi ini.
Banyak lagi situasi bernada sama....
Hmmm...dari ragam situasi dan kondisi terkadang berefek positif bagi saru pihak dan terkadang negatif bagi pihak yang lain. Dalam efek yang berakhir pada win-win solution, mungkin semua pihak akan baik-baik saja. Tetapi , lain halnya ketika disatu sisi ada yang berbahagia dan disisi lain ada yang menderita. Apalagi kalau disatu sisi ada yang mendapat manfaat tanpa harus membagi manfaat bagi orang lain.
Atas ragam realitas yang terjadi dilingkungan kehidupan masyarakat, terbersit tanya, ”siapa yang harus berterimakasih pada siapa??”.
Atau adakah ini waktunya yang memberi harus berterimakasih pada yang menerima???. Karena bila tidak ada yang mau menerima maka kesempatan berpahala takkan terjadi.
Atau ini hanya pertanyaan iseng yang sesungguhnya tak memerlukan jawaban???...
Posting Komentar
.