A. Pembuka
B. Setiap Orang Adalah Pemimpin
Pada dasarnya, setiap orang adalah pemimpin minimal untuk dirinya sendiri. Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Sementara itu, luas kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh obyek yang dipimpin.
C. Macam kepemimpinan.
D. Mengenal 2 (dua) Pemaknaan Kepemimpinan
Dalam perolehan hak memimpin sebuah organisasi formal ada 2 (dua) pemaknaan yang sangat mempengaruhi proses kepemimpinan, yaitu : (i) sebagai kendaraan dan; (ii) sebagai beban.
Dalam pemaknaan sebagai kendaraan, pemimpin tersebut memaknai memimpin sebagai media yang akan membawanya pada titik-titik yang dia kehendaki. Dalam situasi tak terkendali, pemaknaan semacam ini membentuk perilaku opportunist dan cenderung egois. Kepentingan pribadi juga sering mempengaruhi keputusan-keputusan dan sikap-sikap yang diambil. Pada cara pemaknaan ini sering menjadikan seorang pemimpin mengalami apa yang dinamakan ”post power syndrome” ketika masa jabatan berakhir atau diambil.
Sementara itu, dalam pemaknaan kepemimpinan adalah sebuah beban, pemimpin tersebut memahami kepemimpinan sebagai proses penitipan sebuah amanah (kepercayaan) yang harus dibawa ke satu titik yang di cita-citakan komunitas yang mengangkatnya. Pada cara pemaknaan ini, pemimpin tersebut cenderung terhindar dari ”post power syndrom”, sebab ketika kepemimpinannya berakhir (oleh masa waktu ataupun diganti), maka bebannya merasa terkurangi, sehingga menjadi ringan.
E. Perbedaan Pemimpin dengan Manager
F. Menilik Syarat-Syarat Menjadi Pemimpin
Sebenarnya tak ada aturan baku tentang syarat-syarat seorang pemimpin. Dalam organisasi formal, sebelum memilih dan menetapkan pemimpin, mereka terlebih dahulu mendefenisikan kriteria-kriterian yang selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam proses mencari, memilih dan menetapkan.
Sebagai gambaran saja, berikut ini disajikan beberapa kriteria yang mungkin bisa dijadikan tambahan referensi dalam meresapi dan belajar menjadi seorang pemimpin, yaitu :
1. Memiliki ”Trust”
2. Ketauladanan
Ketauladanan adalah kebiasaan-kebiasaan yang layak dijadikan contoh. Memberi ketauladanan memerlukan komitmen tinggi, karena ini berkaitan dengan kemauan untuk memberikan contoh nyata bagi orang lain. Sangat sulit seorang pemimpin mendorong yang dipimpin untuk berprestasi, sementara rekam jejaknya sendiri jauh dari prestasi.
3. Punya mimpi
Seorang pemimpin harus punya mimpi yang berfungsi sebagai arah dan sekaligus sumber energi dalam menterjemahkan kepemimpinannya.
4. Optimis
Optimis adalah bentuk keterjagaan keyakinan dan keterpeliharaan fikiran positif. Hal ini perlu dimiliki seorang pemimpin agar langkah pencapaian mimpi tak pernah menemukan titik lelah sebelum tercapai.
5. Kewibawaan.
Kewibawaan berkaitan dengan kualitas apresiasi kepada seorang pemimpin. Selanjutnya hal ini sangat mempengaruhi efektivitas dan kepatuhan yang dipimpin terhadap pimpinannya.
Seorang pemimpin harus bisa memerankan diri sebagai sumber inspirasi bagi yang dipimpin. Seorang pemimpin harus mampu mempersonifikasikan dirinya sebagai sumber energi bagi orang-orang yang dipimpinnya, mulai dari perkataannya dan juga langkah-langkahnya.
7. Edukator
Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan mendidik (meng-edukasi). Pemimpin yang baik bukanlah pemimpin yang hanya cerdas, tetapi juga harus berkemampuan mencerdaskan orang-orang yang dipimpinnya. Untuk itulah, seorang pemimpin harus mampu mengedukasikan nilai-nilai yang layak ditumbuhkembangkan di wilayah yang dipimpinnya.
8. Motivator
Seorang pemimpin harus mampu memotivasi yang dipimpin sehingga mereka memiliki keinginan kuat untuk menciptakan prestasi atau kinerja tinggi. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus berkemampuan memaksimalkan ragam tools untuk menyemangati. Dengan demikian, energi berkarya dari orang-orang yang dipimpin senantiasa terjaga.
9. Ketegasan
Tidak semua proses kepemimpinan berjalan. Terkadang banyak situasi-situasi serba sulit namun harus melakukan pilihan. Disinilah seorang pemimpin harus tegas dan berani bersikap dengan segala resiko yang mungkin muncul atas keputusan yang diambi.
10. Adil
Adil tak berarti sama. Dalam konteks penugasan, seorang pemimpin harus jeli melihat relevansi kapasitas diri yang dipimpin dan luas penugasan yang akan diberikan. Demikian halnya dengan distribusi hasil, seorang pemimpin harus memperhatikan proporsional berdasarkan partisipasi.
11. Disiplin dan konsisten
Disiplin dan konsisten adalah hal yang tak mudah dalam proses pembudayaannya. Hal ini berkaitan dengan komitmen diri atas ragam hal. Seorang pemimpin harus bisa disiplin dan konsisten, sehingga yang dipimpin tidak kebingungan akibat sikap yang plin plan dari seorang pemimpin.
12. Apresiatif dan Akomodatif
13. paling depan dalam menghadapi masalah dan paling belakang dalam hal kenikmatan.
Seorang pemimpin harus berani menghadapi setiap masalah yang ada. Seorang pemimpin tak boleh pengecut dan kemudian memposisikan yang dipimpin menjadi umpan. Sementara itu, dalam hal kenikmatan, seorang pemimpin harus paling belakang.
14. dan lain sebainya
G. Penghujung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
.