A. Warning
- Tulisan ini disusun oleh sosok yang masih jauh dari berhasil, hanya mewakili orang yang bersemangat untuk sebuah mimpi.
- Bacalah tulisan sederhana ini dengan hidmat karena diliputi penggunaan kalimat yang memerlukan konsentrasi untuk mendapatkan pemahaman.
- Jangan cepat berkesimpulan, oleh karena itu saya menyarankan bacalah minimal 2 (dua) kali dalam suasana hening dan menginspirasi.
- Segala resiko akibat membaca dan meyakini isi tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab pembaca dan bukan pada penulis.
- Kalau anda berfikir bersahabat dengan saya berpotensi mendatangkan kebaikan, anda bisa memulainya dengan memberi respon atas tulisan ini via email atau blog saya. Tetapi anda tak perlu melakukannya kalau itu membebani hidup anda.
B. Sebuah Permulaan
Ketika melihat pengusaha sukses melintas dihadapan kita, sering kali tergerak ingin untuk seperti sang pengusaha. Itu ingin yang lazim, sebagaimana banyak orang mengidolakan sosok-sosok penting dan berpengaruh di negeri ini, mulai dari politisi, artis, pejabat negara sampai dengan pemain sebak bola dan lain sebagainya. Banyak orang yang rela merogoh kantongnya untuk bisa bertemu sang idola dan tak jarang ada yang sampai pingsan dan bahkan meninggal dunia.
Ada beberapa catatan yang layak kita fikirkan. Pertama, anda bukanlah dia dan sampai kapanpun anda tetaplah anda dengan segenap diri dan potensi yang melekat pada anda. Kedua, anda sering terjebak pada apa yang anda lihat dan sering luput mencari jawab bagaimana mereka bisa sampai pada titik pencapaian itu.
”No free lunch”, pepatah berbahasa aneh ini memberi pesan bahwa segala sesuatu butuh pengorbanan. Artinya, keberhasilan tidak datang begitu saja, tetapi melalui proses berliku dan bahkan tak jarang diwarnai fakta yang bisa melemahkan semangat. Keberhasilan memang tidak dititipkan Tuhan pada sembarang orang dan mempersembahkannya hanya pada manusia yang mampu melahirkan faktor2 yang layak diberi keberpihakan. Jika tidak, keadilan Tuhan pasti dipertanyaan.
Atas dasar itulah, selayaknya difahami bahwa sesuatu yang besar berawal dari yang kecil dan keberhasilan/kesuksesan adalah akibat positif dari efektivitas cara mencapainya. Untuk itu, belajar dan belajar adalah pilihan terbaik untuk layak berharap dan berdo’a atas ”sukses”.
Sekedar menyarankan, sebelum anda memasuki era kemandirian berkaya, mulailah dari ”kemandirian berdefenisi”. Defenisikan-lah kata ”wirausaha” sesuka hati anda dengan catatan defenisi itu mampu menjadi ”kalimat penyemangat penuh keramat” dalam hidup anda. Saran saya yang lain adalah ”mengandung nilai harapan bagi orang lain”, dengan demikian anda menjadi tidak egois dimata manusia lainnya maupun dimata Tuhan.
Entah kenapa, akhir-akhir ini banyak orang dan pihak lagi doyan mendengungkan perlunya mengembangkan jiwa kewirausahaan. Ada yang sekedar latah mengkampanyekan wirausaha tanpa substansi yang jelas, ada yang dilatar belakangi kesadaran dan kekhawatiran atas efek sosial yang ditimbulkan dari perluasan peta pengangguran, ada pula yang diinspirasi keinginan kuat terbentuknya manusia-manusia produktif yang tidak hanya menghidupi dirinya sendiri, tetapi juga menciptakan kehidupan bagi orang lain.
Apapun yang melandasinya, keberhasilan mem-bumikan (memahami dan mau melakukan) kewirausahaan berpotensi membentuk dampak luar biasa bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Atas dasar itulah, kewirausahaan layak menjadi thema untuk di dengungkan, agar manusia-manusia Indonesia faham dan berkeinginan kuat menggelutinya. Semoga yang mendengungkan dapat pahala dan balasan setimpal dari Tuhan.Amin.
- Di satu sisi terjadi pengangguran, di sisi lain ada segelintir orang bekerja dibeberapa tempat sekaligus dengan berbagai jabatan penting.
- Sebagian orang menyampaikan lamaran dengan pola normatif (surat lamaran dalam bahasa monoton dengan melampirkan beberapa copy dokumen), tetapi sangat jarang yang mau menyajikan ”alasan kuat” bahwa kedatangannya di perusahaan dipastikan bukan sebagai faktor penambah beban/biaya perusahaan. Akibatnya, penerima kerja memperlakukan mereka sebagai peserta lomba yang harus memperebutkan sedikit kursi.
- Sebagian orang menginginkan salary prestisius dan menjanjikan kemapanan hidup, tetapi tak banyak dari mereka yang bisa memberikan argumentasi rasional mengapa mereka layak mendapatkannya.
- Sebagian dari sarjana sukses mempunyai masa lalu yang tampak tak memiliki relevansi dengan kebiasaannya pada masa kuliah, di sisi lain ada yang ber-IP (indeks prestasi) tinggi saat kuliah tetapi mengalami nasib kurang beruntung dikehidupan nyatanya.
4 (empat) hal tersebut diatas layak menjadi referensi dalam merancang formula menggapai masa depan berpengharapan.
Adakah anda mewakili orang-orang yang suka kebebasan dengan segala akibatnya???. Ini perlu ditanyakan karena tak ada pilihan yang tidak mengandung resiko. Sekilas pertanyaan itu mudah, tetapi sesungguhnya perlu ”mental dan keyakinan” dalam memilih jawabannya. Dengan demikian, ketika berketetapan memasukinya, anda tidak akan pernah menyesalinya dikemudian hari.
Untuk lebih mendalami kegilaan dunia wirausaha, berikut ini disajikan beberapa fakta:
1. Ketika anda memulainya, anda tak mendapatkan jaminan keberhasilan dari siapapun.
2. Karena wirausaha biasanya berawal dari kecil, kemartabatan diri hadir hanya ketika anda berhasil membuktikannya. Artinya, status sosial anda memiliki relevansi dengan pencapaian anda. Kondisi ini biasanya berseberangan dengan naluri dasar kebanyakan orang yang sangat menginginkan status dan mengelukan harga diri.
3. Ketika anda meng-investasikan atau mengorbankan sesuatu (waktu atau sejumlah uang), tak ada yang memastikan bahwa pengorbanan anda akan menjadi seperti yang anda harapkan. Artinya, anda harus terbiasa memaknai bahwa ”kepastian itu terletak pada ketidakpastian itu sendiri”.
4. Bila anda mencapai sebuah keberhasilan, karena itu buah dari keberanian dan peluh anda, maka tak ada pula yang bisa membatasi anda atas keberhasilan itu, kecuali kekuatan alam dan Tuhan. Kondisi ini berseberangan ketika anda menciptakan sesuatu untuk perusahaan, maka anda hanya berhak sebatas apa yang diperjanjikan dalam kontrak kerja anda (sebagai karyawan) dengan perusahaan.
Pengungkapan fakta kegilaan ini dimaksudkan untuk mendorong anda serius melakukan perenungan sebelum menetapkan diri memasukinya.
G. Mengembangkan Instuisi
Demikian halnya saat anda mencoba mengembangkan instuisi dibidang bisnis, lewat melihat bagaimana bisnis terbentuk & berproses, kemudian mencobanya terus menerus, maka tanpa anda sadari bahwa perlahan instuisi anda telah berkembang dan menjadi mahir. Jadi, kuncinya adalah ”membiasakan diri”.
Teknologi memang terbukti mengkinikan zaman dan membentuk kemudahan-kemudahan baru, khususnya dalam wirausaha. Teknologi telah memposisikan dirinya memiliki pengaruh besar dalam siklus sebuah bisnis. Untuk itu, para teknokrat tidak hanya cukup menciptakan temuan-temuan baru, tetapi juga dituntut memiliki jiwa kewirausahaan, sehingga temuan-temuan yang dihasilkan memiliki nnilai tawar dan nilai manfaat.
Ini memang bukan perkara mudah, tetapi pada titik inilah mentalitas teruji. Seorang wirausahaan harus komitmen berdiri diatas defenisinya dalam keadaan apapun. Seorang wirausahawan harus mampu tetap berdiri diatas keyakinan dan optimisme ditengah badai yang mungkin melanda. Seorang wirausahawan harus bisa mendeklarasikan bahwa hanya kematianlah yang bisa menghentikan segala sesuatunya. Artinya, sepanjang masih diberi kesempatan bernafas oleh Sang Pemilik nafas, pada titik itu masih ada kesempatan untuk berfikir melakukan yang terbaik.
Seorang wirausahawan harus membangun kesadaran bahwa menjerit tak merubah apapun. Menangis hanya boleh dilakukan bila menemukan kekuatan di dalam bulir air mata yang menetes. Wirausahan tidak boleh cengeng dan mudah menyerah pada kenyataan. Ingat, tugas seorang wirausahawan adalah meng-ada-kan yang belum ada dan mempertahankan serta memperluas yang sudah ada. Oleh karena itu, seorang wirausahawan tidak boleh punya sifat kagetan atau gumunan, seorang wirausahawan harus bisa tenang dalam ketiadaan sebagaimana tenangnya saat masih ada. Wirausahawan harus waspada dan memaknai bahwa sukses hari ini bukan berarti esok hari pasti berhasil. Sebaliknya, kebelum berhasilan hari ini bukan penjamin kegagalan esok hari.
Tuhan maha pemberi restu dan memiliki hak prerogatif melipatgandakan hasil atas manusia yang diinginkan-Nya. Tuhan penguasa atas jagad raya dengan segenap geliat di dalamnya. Tsunami di Aceh dan Jepang, gempa di yogya dan ragam kejadian diluar kemampuan logika manusia menjadi bukti nyata bahwa Tuhan pun berkemampuan meniadakan yang sudah ada dalam hitungan sekejap. Demikian pula dengan bangunan bisnis anda, tiada kesulitan bagi Tuhan meluluhlantahkannya dalam sekejap, sebagaimana tiada kesulitan bagi Tuhan untuk melipatgandakan pertumbuhan bisnis anda.
Bersahabat dengan Tuhan sesungguhnya masalah pilihan saja. Kalau memang anda berkeyakinan dan berkeberanian hanya berbekal logika dan instuisi, tentu anda tak perlu bersahabat dengan-Nya. Satu hal yang perlu menjadi catatan, Dia pun tak pernah memerlukan anda, karena Dia maha kuasa dan maha segalanya.
Pada akhirnya saya mau menyampaikan 2 (dua) hal yaitu; (i) dalam perspektif horizontal, diawali dari niat yang tergambar dalam defenisi dan langkah-langkah konstruktif mewujudkan karya yang dibutuhkan orang (baca: konsumen), menjadi 2 (dua) hal penting dalam menekuni wirausaha; (ii) dalam perspektif vertikal, jarak anda dengan Tuhan memiliki pengaruh signifikan atas akhir dari sebuah perjuangan.
Selamat berkontemplasi, jaga semangat untuk menekuni dunia wirausaha, pelihara semangat untuk terus mengembangkan teknologi dan mengkombinasikannya dengan jiwa kewirausahaan yang melekat pada jiwa anda. Ingat....niat baik pasti ketemu jalannya dan berkawan dengan Tuhan mempercepat pencapaian mimpi anda, kecuali anda tak memerlukan Tuhan dalam hidup anda.
+ komentar + 2 komentar
Sukses terus untuk saya dan pak Arsad Dalimunte, semoga menjadi kebermanfaatan bagi yang lain^^
oke mas Unggul...sukses selalu, semoga kita senantiasa diberi kesempatan memperluas kebermanfaatan bagi banyak orang melaui karya2 sederhana penuh makna.Semangatttt...
Posting Komentar
.