Rabu, 07 Desember 2011

Ketika Kita Bersepakat…


Suatu ketika, beberapa orang buruh pabrik duduk santai dan membicarakan tentang bagaimana menciptakan kehidupan yang lebih berpengharapan. Gaji mereka yang kecil dan kebijakan pemilik perusahaan (majikan mereka) yang cenderung egois dan tak berperikemanusiaan, membuat kebutuhan hidup mereka kian terancam.  Mereka merasa tak  punya masa depan sama sekali. ”Persamaan nasib” yang dirasakan segenap peserta diskusi santai itu melahirkan semangat untuk merubah keadaan. Menghujat majikan mereka sepakati bukan pilihan yang menarik, karena mereka berpandangan bagaimanapun juga sang majikan telah memberi mereka kehidupan walau masih jauh dari harapan. Berbuat hal yang sama seperti majikan (membangun pabrik) juga adalah hal yang mustahil atau mimpi yang terlalu jauh. Akhirnya, mereka berkomitmen menyatukan segala potensi dan sumber daya yang ada pada masing-masing orang.  Karya pertama dari penyatuan potensi itu berwujud “toko” yang menjual segala kebutuhan mereka. Semua anggotanya berkomitmen untuk membelanjakan kebutuhan mereka di toko itu. Dalam waktu singkat, toko tersebut menjadi besar dan bahkan bisa menghasilkan laba yang mereka nikmati bersama.  Akhirnya mereka menyadari bahwa kebersamaan itu mendatangkan manfaat yang luar biasa. Disatu sisi mereka tetap bisa bekerja menjadi buruh di pabrik tersebut dan mendapatkan gaji tetap,  disisi lain mereka bisa menciptakan efisiensi melalui toko yang mereka miliki bersama-sama. Dalam perjalanannya, took itu kemudian menjadi besar dan menjadi pembicaraan banyak orang.  Kemudian mereka nama kan”kebersamaan”  itu “koperasi (co-operative)”.

Cerita di atas adalah cikal bakal lahirnya koperasi pertama di dunia yang kemudian menginspirasi lahirnya koperasi-koperasi lain di dunia ini, termasuk di negeri kita.  Berkaca dari sejarah tersebut, dan kemudian mencoba membandingkan dengan sejarah pembentukan koperasi kita yang bernama si SEHAT (penyebutan yang gampang di ingat dari KPRI SEHAT RSMS), ada perbedaan situasi namun dalam spirit yang sama, yaitu kebersamaan. Satu hal yang menjadi catatan penting bahwa kondisi insan-insan yang membentuk koperasi  kita jauh lebih baik dari pada buruh-buruh pabrik itu. Si SEHAT di bentuk oleh insan-insan  yang bekerja di institusi RSUD Prof.Dr.Margono, sebuah institusi yang dihuni oleh mayoritas insan mapan secara penghasilan. Kalau demikian adanya, adalah sebuah hal yang wajar…kalau kemudian kita berharap dan bermimpi atas kebersamaan kita di dalam si SEHAT ini.

Andai kemudian semangat kita membangun kebersamaan ini seperti semangat yang melekat pada buruh dalam membentuk koperasi pertama di dunia itu, sesungguhnya kita jauh lebih berpeluang membangun usaha apapun . Bayangkan saja, seandainya semua anggota ( lebih kurang 900 orang) membelanjakan kebutuhannya di toko koperasi, maka dipastikan harga-harga di toko kita akan sama dengan supermarket terbesar di kota kita (karena jumlah pembelian barang dari supplier  jumlah  sama atau bahkan lebih dengan yang dibeli supermarket).  Andai semua uang sisa kita (selisih antara pendapatan dengan kebuthhan hidup) di simpan di koperasi mungkin kita tak perlu pinjam ke bank (karena harus membayar bunga bank hanya) untuk memenuhi kebutuhan pinjaman sebagian anggota yang sedang membutuhkan.  Bahkan, kita tak akan kesulitan modal kalau mau mengembangkan usaha-usaha baru yang kita inginkan bersama.

Kalau sejenak kita mencoba melihat  ke belakang, disadari atau tidak, kebersamaan kita  dikoperasi sudah mampu menciptakan manfaat yang luar biasa. Misalnya, dengan syarat meminjam yang relatif mudah dan persyaratan yang simpel (ditengah persyaratan perbankan yang begitu rigit/detail), secara tidak langsung koperasi mungkin telah pernah berperan dalam membayar  perpanjangan kontrak rumah,  kontrak ruko, pembelian alat-alat kesehatan bagi pembuatan klinik, pembelian dan atau perbaikan rumah, pembelian kendaraan, biaya sekolah anak bahkan sampai sarjana bahkan sampai mendukung pegelaran acara nikahan dan sunatan. Mungkin, toko kita juga  pernah menyambung hidup beberapa anggota dengan memanfaatkan belanja di toko koperasi bayar kemudian (potong gaji). Dengan adanya GSA (Griya Shifa Alamanda), anggota koperasi yang belum  punya atau ingin menambah rumah juga  bisa mendapatkan rumah di lokasi strategis dan memiliki nilai investasi masa depan dengan harga terjangkau.  Mungkin banyak lagi makna koperasi yang tidak mungkin dijelaskan satu persatu.

Setidaknya, contoh-contoh tersebut  memberi gambaran nyata bahwa kebersamaan kita di koperasi telah membuktikan betapa dahsyatnya kebersamaan ini. Andai kita lebih dekat dan menyatu dalam artian yang lebih kuat, maka hampir bisa dipastikan akan hadir manfaat-manfaat baru yang mungkin jauh dari dugaan kita sebelumnya.....mungkin melebihi asa kita....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.