Assalamu ’alaikum Bang...Bagaimana Kabarnya???, begitu isi SMS yang baru saja masuk ke HP mukzi. Seketika Mukzi tercengang, gemetar dan tanpa terasa air matanya menetes. SMS itu ternyata dari seorang Ustad pengasuh panti asuhan. Seketika SMS ini membangkitkan memory Mukzi tentang wajah polos 60 (enam puluh) orang anak yatim dan piatu penghuni Panti Asuhan Al-Arif Alwasliyah, Rantau Prapat, Sumatera Utara. Saat pertama kali muncul di panti itu, mereka berlari menyambut mukzi yang datang bersama ayah, ibu dan adiknya dengan penuh semangat.. Mereka menyambut begitu hangat layaknya sedang kedatangan ayah dan ibu dan saudara kandungnya. Satu persatu mereka bersalaman dan mencium tangan mukzi sekeluarga.
Rasa berkecamuk menghinggapi mukzi dan tetesan air mata jatuh tanpa terasa sambil terus bersalaman dengan anak-anak polos itu satu per satu. Senyum tulus dan lugu para penghuni panti membuat perasaan mukzi bercampur aduk. Dibenak mukzi terbersit segenap sambutan hangat itu seolah memberi penegasan betapa Tuhan begitu sayang pada hidupnya yang masih dikaruniai orang tua dan keluarga yang lengkap dan sehat.. Sementara mereka..???.
Mereka..Mereka selalu hangat pada semua orang yang datang dan memperlakukan setiap tamu seperti saudara dan orang tua mereka sendiri. Mereka tampak tegar menyembunyikan kesedihan diwajahnya, menekan kerinduan akan kasih sayang yang tak pernah mereka dapatkan di hidup mereka. Mereka harus menunggu giliran rezeki tiap kali ingin sepatu baru, mereka hanya bisa menyampaikan pada Tuhan tanpa berkeberanian menyampaikan inginnya...disamping karena mereka tak punya tempat untuk menyampaikannya. Mereka harus menelan semua asa tentang indahnya cinta karena tak memiliki tempat sandaran layaknya sebuah keluarga. Apa yang mereka rasakan saat mendapati temannya di sekolah berpakaian baru tiap tahun ajaran berganti, sementara mereka sering harus memakai pakaian bekas pemberian orang lain atau lungsuran dari kakak seniornya di panti asuhan. Apa yang mereka rasakan ketika melihat teman sekelasnya bersepatu baru, sementara inginnya akan sepatu baru tak ada yang memberi jawab. Sedalam apa luka yang dia rasakan anak-anak itu ketika tiap pagi dia saksikan banyak temennya berangkat ke sekolah diantar oleh bapak dan ibunya. Pada siapa dia bisa bercerita tentang kisah suka dan duka yang dialaminya seharian di sekolah???. Pada siapa dia mengadu ketika ada teman sekelasnya nakal dan menyakiti perasaanya. Pada siapa dia bercerita lantang tentang cita-cita yang ingin digapainya???. Siapa yang akan menyambutnya dengan ciuman sayang ketika pulang sekolah???. Siapa yang menyemangatinya ketika spirit hidupnya melemah???. Pada siapa dia mengadu saat suhu tubuhnya panas karena demam. Apa yang bisa dia lakukan saat lapar datang disaat jam makan belom tiba..??Siapa yang mengobati gundahnya..??? Siapaaaaaaaaaaaaaaaa?????....
Setelah anak-anak itu selesai menyalami mukzi dan keluarganya, kemudian Ustad Ismayuddin (pengampuh anak2 panti yang begitu lekat kesan ketulusan) mempersilahkan mukzi dan keluarganya memasuki area mesjid dan diikuti oleh segenap penghuni panti. Tak lama kemudian, azan zuhur berkumandang lantang disuarakan salah satu dari mereka. Usianya begitu belia...lantang suaranya seolah meluapkan segenap jerit bathinnya. Mukzi terfana dengan cara anak itu menyuarakan nama Tuhan. Setelah sholat berjama’ah di gelar, sang Ustad mengambil posisi berbalik dari sajadah persujudannya, mukzi dan keluarganya menyesuaiakan yang diikuti dengan segenap penghuni panti sehingga terbentuk lingkaran. Sesekali mukzi mencoba menatap satu persatu anak-anak itu. Saat dia melihat kesebelahnya, ternyata usianya sama dengan anaknya yang masih duduk di kelas 3 (tiga) SD. Mukzi memijat pundak anak itu sambil mencium rambut anak itu. Air mata mukzi mengalir lagi. Mukzi tak bisa menahannya. Mukzi tak bisa membayangkan andai itu anaknya. Hati mukzi semakin tersayat ketika anak itu menyandarkan kepadalanya ke dada mukzi. Mukzi ndak kuat dan mencoba menahan isak tangisnya. Mukzi tak mau membuat anak itu larut dan kemudian ikut menangis. Beberapa anak yatim piatu lainnya melihat mukzi saat memeluk anak itu, wajah-wajah itu seolah meminta perlakuan yang sama. Oh Tuhan....mukzi semakin tak bisa menahan air matanya. Dalam perang bathin yang luar biasa, dalam menahan sekuat tenaga agar air mata nya segera berhenti, Mukzi dikejutkan lagi, ketika sang Ustad meminta satu dari anak-anak itu berdo’a. Lantunan do’a yang begitu khidmat itu semakin membuat kekuatan mukzi menahan air mata runtuh. Ya Allah...mukzi betul-betul tak membayangkan kalau situasinya akan seharu ini. Setelah do’a selesai, Ustad menutup acara tersebut dengan bacaan hamdalah yang diikuti segenap jama’ah. Kemudian Sang Ustad berdiri sambil mengumandangkan shalawat nabi yang diikuti oleh semuanya. Kemudian anak yang dekat pintu masuk mulai berkeliling menyalami segenap jama’ah. Ya Tuhannnnn....mukzi menyaksikan betapa mereka saling menghormati dan saling menyayangi satu sama lain, mukzi dan keluarganya semakin haru sampai nafas mereka terbata-bata, hingga tangis mukzi pecah saat anak itu satu persatu mulai menyalami mukzi...tiap kali satu anak menyalami,tiap kali pula mukzi mengusap kepala mereka. Satu, dua, tiga, empat ,lima..mukzi berusaha menahan isak tangisnya. Namun, ketika anak seusia 8 (delapan) tahun menyalami dan mencium tangannya, tangis mukzi pecah. Mukzi tak kuat...mukzi tak kuat lagi menahan isak tangisnya, mukzi melepaskan tangisnya...ohhhh....terasa hatinya tersayat-sayat melihat anak-anak polos dan tulus itu.
Setelah salam berakhir, mukzi berserta keluarganya berpamitan pulang pada sang ustad. Mukzi dan keluarganya mohon maaf tak bisa ikut makan siang berjama’ah karena ada agenda lain. Kemudian mukzi berpamitan dan lagi-lagi tangis mukzi lepas saat anak-anak itu berbaris sampai ke pintu gerbang keluar sampai ke kendaraan mukzi. Ya Allah....rasanya mukzi tak sanggup meninggalkan anak-anak itu disana, namun untuk tinggal lebih lama juga tak mungkin. Ada keinginan untuk membawa mereka semua..tapi belum memungkinkan. Akhirnya anak-anak itu melepas kepergian mukzi dengan lambaian tangan anak-anak tak berdosa itu. Mukzi berjanji dalam hati aku akan kembali lagi ke sini suatu saat nanti kalau diberi umur panjang. Ditengah derai air mata yang masih mengalir saat awal mula kendaraan mulai meninggalkan panti asuhan itu, mukzi berdo’a pada Allah untuk diberi kesempatan bisa berbuat sesuatu bagi anak-anak itu.
Wajah-wajah itu masih begitu kuat diingatan mukzi. Wajah-wajah itu menyemangati mukzi ketika harus kembali ke perantauannya di Jawa Tengah, tepatnya di Purwokerto. Wajah-wajah itu menjadi penyemangat mukzi untuk terus mengembangkan karya dengan harapan bisa berbuat sesuatu untuk anak-anak itu di suatu waktu nanti.
Saudara-saudaraku...andai aku diizinkan Tuhan untuk mencuri hartamu, akan ku lakukan dan kuberikan pada anak-anak itu untuk menemani mereka mengejar mimpinya tentang sebuah hidup. Apakah mereka bisa makan hari ini..?? Apakah akumulasi sumbangan yang datang bisa menutupi kebutuhan 60 orang anak itu, biaya sekolah mereka, biaya makan mereka sehari-hari...ataukah mereka sedang menahan lapar saat tulisan ini tersaji...???...Oh Tuhan...berilah kekuatan pada mereka. Bisikkanlah hamba-hambamu yang berlebih untuk peduli pada nasib mereka. Hadirkanlah kelembutan dan kasih sayang yang kemudian Engkau curahkan pada anak-anak itu...Limpahkanlah ya Allah rezeki yang cukup bagi anak-anak itu.
Saudaraku, sahabatku, teman-temanku...lewat tulisan ini aku mengemis rezeki yang dititipkan Tuhan pada kalian. Kumohonkan Ikhlaskanmu menyisihkan sebagian rezekimu karena itu sangat berarti bagi hidup dan masa depan mereka. Luangkanlah lah sedikit waktumu berkunjung ke sana, rasakan betapa anak-anak polos itu itu memerlukan uluran tanganmu...kunjungilah wajah-wajah yatim piatu itu...temukan kekuatan disana, kekuatan untuk berbagi, kekuatan untuk saling peduli. Atas ketergerakanmu melakukan sesuatu untuk anak-anak itu...ku ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya....percayalah apa yang kamu berikan akan menjadi penyebab berlipatgandanya nikmat Tuhan padamu di berikutnya.....
Kalau setelah membaca tulisan ini, Tuhan membisikkan sesuatu pada anda hingga tergerak untuk berbagi..anda bisa langsung menghubungi USTAD ISMAYUDDIN dengan no HAPE 085262058805 atau kalau anda mau langsung berbagi bisa transfer ke rekening PANTI ASUHAN AL-ARIF ALWASHLIYAH Bank BRI Nomor : 0228-01-012576-500
A
A
Posting Komentar
.