Disampaikan pada diskusi tanggal 05 Agustus 2010, di Wisma Satria, Baturraden, Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia
Apapun yang mendasarinya, tetapi istilah ”ekonomi kerakyatan” begitu populer dan sering dimanfaatkan para calon penguasa dan calon legislatif sebagai jargon/thema untuk mendulang suara dan keberpihakan rakyat. Disisi lain, di kalangan masyarakat Istilah ini pun kemudian lekat dengan penggambaran sebuah kondisi yang ”jauh dari mapan” sehingga menegaskan bahwa ada sesuatu yang harus diperjuangkan, yaitu; ” mewujudkan keadaan yang lebih baik dan berpengharapan”. Akibatnya, istilah ini menjadi familiar dikalangan masyarakat khususnya kelompok marginal (yang secara ekonomi tergolong miskin).
Akhirnya, Apapun pembacaan anda atas istilah ”ekonomi kerakyatan” terserah anda saja. Karena sesungguhnya saya, anda, dia, dan mereka adalah sama-sama berstatus rakyat. Disisi lain setiap rakyat pasti berkeinginan untuk mempertahankan hidupnya dan atau bahkan bermimpi hidup layak dan nyaman. Keinginan ini pula yang kemudian menggerakkan mereka untuk bergerak di bentangan alam untuk memperjuangkan ”ekonomi” mereka masing-masing.
Bagi mereka yang meyakini hukum causa, ”perbedaan hasil” itu diakibatkan oleh perbedaan tingkat efektivitas cara. Bagi mereka yang suka memperhatikan perilaku negara (dengan segenap perangkatnya), ”perbedaan hasil” itu dibaca sebagai salah satu bentuk kekeliruan negara dalam mengurus permasalahan ekonomi dan pembangunan. Bagi mereka yang berkawan dengan Tuhan memandang ”Perbedaan hasil” itu bentuk keadilan Tuhan. Bahkan mereka berpandangan Tuhan menjadi aneh dan tak adil ketika memberi ”hasil sama” pada setiap orang, sementara tingkat spirit, keseriusan, kesungguhan dan amunisi masing-masing orang yang berjuang (pengetahuan dan sarana) nyata-nyata berbeda. Banyak lagi pembacaan atas ” perbedaan hasil” itu dan mungkin...anda pun punya pembacaan sendiri atas perbedaan hasil itu. Itu sah-sah saja, sepanjang pembacaan itu membuat anda nyaman dan tak mengganggu kenyamanan orang lain. Tetapi pertanyaan menarik adalah ketika ”perbedaan hasil” ndak pernah ada, artinya semua rakyat akan kaya raya atau miskin papah. Gimana jadinya ya ????
C. Ketika Kemiskinan di anggap sebuah masalah
Ketika kemiskinan melanda anda dan memahami hal ini sebagai sebuah masalah, maka sikap yang terbaik adalah memulainya dengan ”tidak mencoba menyalahkan siapapun kecuali menyalahkan diri sendiri”. Artinya, sikap ini menunjukkan adanya ”spirit auto koreksi dan semangat untuk melakukan perubahan”. Memilih mandiri dan tak berpangku tangan adalah sikap yang paling arif untuk merubah keadaan anda. Anda boleh saja bersedih atau bahkan menitikkan air mata, tetapi dikesedihan dan derai airmata itu, anda harus bisa menemukan semangat untuk berubah dan melakukan sesuatu lewat memaksimalkan segala potensi yang ada dan berhenti berfikir tentang segala keterbatasan.
Kalau memang kebetulan anda kaya (baik karena usaha anda maupun karena terlahir dari keluarga kaya raya) dan kemudian menganggap ”kemiskinan” adalah peluang beribadah dan kemudian memacu adrenaline anda untuk melakukan sesuatu, Insya Allah anda akan menjadi lebih kaya dan mendapat kemuliaan dipandangan Tuhan. Saya hanya berpesan, ketika anda melakukannya bukan karena keinginan untuk mulia dipandangan manusia, sebab anda berpeluang menjadi hina ketika anda sudah tak berbuat apa-apa lagi untuk rakyat miskin.
Yang menarik adalah ketika ”orang miskin” menganggap dirinya dan lingkungan nya yang juga ”miskin” sebagai sebuah masalah serius. Kemudian dia mencoba membangun kesadaran kolektif untuk tidak menyerah pada keadaan dan bergerak melawan kemiskinan dengan cara-cara cerdas dan mengarah pada penciptaan produktivitas kolektif. Mereka memilih untuk menciptakan karya bersama secara mandiri dan terbuka terhadap siapapun yang bergabung atas dasar spirit kebersamaan dan ikhlas mengambil tanggungjawab. Mereka menyatukan segala potensi dan sumber daya untuk kemanfaatan bersama. Kalau kondisi ini benar-benar nyata, sepertinya menarik untuk mencermati apa yang akan terjadi berikutnya. Menurut anda, Adakah ini yang disebut sebagai ”ekonomi kerakyatan???”.
Posting Komentar
.