Hari ini diriku menjadi bagian dari hampir 1500-an orang yang terlibat dalam acara halal bi halal, sebuah agenda rutin di hari pertama masuk kerja. Segenap rekan kerja dan teman sejawat berdiri dan berkeliling, bersalaman sambil melafalkan permohonan maaf lahir dan bathin, menebar senyum, sebagian berpelukan, sebagian cipika cipiki, sebagian tak bisa menahan air mata haru. Sungguh hikmad…. Apalagi sepanjang proses bermaaf-maafan diikuti alunan lagu-lagu bernuansa ketuhanan.
Di berpuluh meja yang tersaji ragam makanan menyambut selesainya acara salam-salaman. Setiap orang bebas memilih menu yg tersedia. Sambil mencicipi menu, sebagian besar bersenda gurau seputar perjalanan lebaran masing-masing. Suasana hangat…dan tak satupun salaman yang tertolak….semua saling melafalkan permohonan dan pemberian maaf lahir bathin.
Terbersit Tanya mengapa semua orang melafalkan “mohon maaf lahir dan bathin”, mengapa semua orang juga membalasnya dengan hal sama. Tak satupun yang tertolak atau tertunda….semua terdengar saling memaafkan. Adakah suasana agenda “halal bi halal” telah membentuk keikhlasan permanen untuk menjadi pribadi yang pemaaf..???. Ataukah suasana membentuk keramahan temporal..????. Ataukah lafal itu adalah semburan keinginan bathin atas kejujuran dan kesadaran tinggi pasti memiliki banyak salah dan dosa disepanjang interaksi selama ini???. Ataukah sebagai wujud nyata dari sebuah ke-legowo-an hati untuk memberi maaf atas apapun bentuk salah dan khilaf yang mungkin pernah dan sangat menyakitkan hati????. Ataukah sikap dan sifat semacam itu buah perjalanan ramadhan yang baru saja berakhir???.
Dalam tinjauan horizontal, agenda halal bi halal itu sepertinya mampu memberi spirit baru, re-fresh jiwa korsa yang efektif bagi keterpeliharaan stabilitas iklim komunikasi, mampu meningkatkan kemauan untuk saling asah,asih & asuh dan juga mampu membentuk gairah baru dalam meningkatkan kualitas interaksi satu sama lain.
Sementara itu, dalam tinjauan vertikal kaitannya dengan keterampunan dosa, adakah agenda itu menggerakkan Tuhan lewat malaikatnya untuk menghapus segala bentuk catatan dosa dan kekeliruan yang pernah terjadi baik di sengaja maupun tidak???. Adakah agenda itu membuat semua bentuk ”dosa interaksi” yang pernah ada di lingkungan kerja menjadi hilang dan semua orang kembali pada kesucian diri???. Ataukah halal bi halal itu adalah sebuah media ukur seberapa jauh ramadhan berhasil membentuk pribadi-pribadi yang taqwa, pribadi-pribadi yang lebih bijak dari sebelumnya, pribadi-pribadi yang lebih ikhlas dibanding hari kemarin????. Ragam tanya itu tetap ada sampai santapan menu berselera berakhir.
Diperjalanan menuju ruang kerja, ku coba membangun fikiran positif bahwa keterlibatanku dalam ”permohonan dan pemberian maaf ” itu adalah benar adanya. Aku berasumsi bahwa semua orang betul2 memberi maaf pada ku atas segala bentuk kekhilafan yang pernah terjadi. Bersamaan dengan itu, ku tandaskan sekali lagi pada hatiku bahwa yang melandasiku ikut hadir adalah karena kesadaran tinggi betapa banyak khilaf dan salah ku sebagai manusia biasa, sehingga bermohon maaf adalah bagian dari cara mengobati luka hati banyak orang yang mungkin disebabkan oleh ucapan, langkah dan tindakanku, baik di sengaja maupun tidak. Disisi lain, ditengah langkahku menuju meja kerja ku lantunkan do’a untuk sebuah pengampunan bagiku, rekan2 kerjaku, teman dan para sahabat, saudara-saudaraku, ”semoga idul fitri ini betul-betul membawaku dan kita semua kembali pada kesucian hati dan diri, layaknya kain putih yang tak bernoda atau seperti bayi yang baru terlahir tanpa dosa”, amin Ya Robbal ’Alamin.
Tanya ini bukan untuk menggugat agenda halal bi halal, tetapi hanya hanya sebentuk kontemplasi untuk memperoleh keyakinan bahwa agenda silaturrahmi yang di kemas dalam halal bi halal itu tak sia-sia. Semoga menginspirasi…
Di berpuluh meja yang tersaji ragam makanan menyambut selesainya acara salam-salaman. Setiap orang bebas memilih menu yg tersedia. Sambil mencicipi menu, sebagian besar bersenda gurau seputar perjalanan lebaran masing-masing. Suasana hangat…dan tak satupun salaman yang tertolak….semua saling melafalkan permohonan dan pemberian maaf lahir bathin.
Terbersit Tanya mengapa semua orang melafalkan “mohon maaf lahir dan bathin”, mengapa semua orang juga membalasnya dengan hal sama. Tak satupun yang tertolak atau tertunda….semua terdengar saling memaafkan. Adakah suasana agenda “halal bi halal” telah membentuk keikhlasan permanen untuk menjadi pribadi yang pemaaf..???. Ataukah suasana membentuk keramahan temporal..????. Ataukah lafal itu adalah semburan keinginan bathin atas kejujuran dan kesadaran tinggi pasti memiliki banyak salah dan dosa disepanjang interaksi selama ini???. Ataukah sebagai wujud nyata dari sebuah ke-legowo-an hati untuk memberi maaf atas apapun bentuk salah dan khilaf yang mungkin pernah dan sangat menyakitkan hati????. Ataukah sikap dan sifat semacam itu buah perjalanan ramadhan yang baru saja berakhir???.
Dalam tinjauan horizontal, agenda halal bi halal itu sepertinya mampu memberi spirit baru, re-fresh jiwa korsa yang efektif bagi keterpeliharaan stabilitas iklim komunikasi, mampu meningkatkan kemauan untuk saling asah,asih & asuh dan juga mampu membentuk gairah baru dalam meningkatkan kualitas interaksi satu sama lain.
Sementara itu, dalam tinjauan vertikal kaitannya dengan keterampunan dosa, adakah agenda itu menggerakkan Tuhan lewat malaikatnya untuk menghapus segala bentuk catatan dosa dan kekeliruan yang pernah terjadi baik di sengaja maupun tidak???. Adakah agenda itu membuat semua bentuk ”dosa interaksi” yang pernah ada di lingkungan kerja menjadi hilang dan semua orang kembali pada kesucian diri???. Ataukah halal bi halal itu adalah sebuah media ukur seberapa jauh ramadhan berhasil membentuk pribadi-pribadi yang taqwa, pribadi-pribadi yang lebih bijak dari sebelumnya, pribadi-pribadi yang lebih ikhlas dibanding hari kemarin????. Ragam tanya itu tetap ada sampai santapan menu berselera berakhir.
Diperjalanan menuju ruang kerja, ku coba membangun fikiran positif bahwa keterlibatanku dalam ”permohonan dan pemberian maaf ” itu adalah benar adanya. Aku berasumsi bahwa semua orang betul2 memberi maaf pada ku atas segala bentuk kekhilafan yang pernah terjadi. Bersamaan dengan itu, ku tandaskan sekali lagi pada hatiku bahwa yang melandasiku ikut hadir adalah karena kesadaran tinggi betapa banyak khilaf dan salah ku sebagai manusia biasa, sehingga bermohon maaf adalah bagian dari cara mengobati luka hati banyak orang yang mungkin disebabkan oleh ucapan, langkah dan tindakanku, baik di sengaja maupun tidak. Disisi lain, ditengah langkahku menuju meja kerja ku lantunkan do’a untuk sebuah pengampunan bagiku, rekan2 kerjaku, teman dan para sahabat, saudara-saudaraku, ”semoga idul fitri ini betul-betul membawaku dan kita semua kembali pada kesucian hati dan diri, layaknya kain putih yang tak bernoda atau seperti bayi yang baru terlahir tanpa dosa”, amin Ya Robbal ’Alamin.
Tanya ini bukan untuk menggugat agenda halal bi halal, tetapi hanya hanya sebentuk kontemplasi untuk memperoleh keyakinan bahwa agenda silaturrahmi yang di kemas dalam halal bi halal itu tak sia-sia. Semoga menginspirasi…
Posting Komentar
.