REVOLUSI INDUSTRI 4.0
ANTARA PELUANG & ANCAMAN BAGI KOPERASI
A. Pengantar

Berbagai kegelisahan pun muncul dan kenyataan memaksa untuk mempelajari
secera komprehensif agar memahami dan menemukan “cara baru” untuk tetap hidup,
tumbuh dan berkembang, Jika memilih passive
atau tidak melakukan penyesuaian dengan
smart, maka hampir bisa dipastikan akan tergerus oleh perkembangan zaman
dan teknologi yang berlangsung demikian cepat. Fakta menunjukkan, teknologi
berbasis internet dan ragam aplikasi
telah menghadirkan kemudahan dalam
meng-akses ragam kebutuhan. Hal ini tentu mendatangkan kenyamanan, efisiensi
dan kecepatan. Hari ini orang tidak perlu lagi datang ke gerai untuk berbelanja
kebutuhannya, mereka cukup membuka aplikasi dan melakukan pemesanan maka barang
pun datang. Hari ini orang tidak perlu lagi ke stasiun, ke terminal atau ke
bandara hanya untuk memesan tiket bepergian. Mereka cukup membuka aplikasi
dan semuanya beres. Ringkasnya. Dengan
internet dan aplikasi, orang cukup meng-akses dan tidak perlu repot ke sana ke
mari. Ekonomi digital sudah berlangsung dan kecanggihan dunia virtual ini mulai
menggerogoti eksistensi pelaku usaha konvensional, tidak terkecuali pelaku
usaha besar dan juga koperasi tentunya.
B. Sekilas Menilik Tahapan Revolusi
Industri .
Kecanggihan
dalam men-sinergikan internet, data dan mesin di era revolusi industri 4.0 telah
melahirkan berbagai terobosan brilian yang melahirkan efisiensi dan kemudahan
bagi masyarakat. Istilah “desrupsi” pun mendadak populer sebagai
penggambaran terjadinya “perubahan
radikal proses bisnis” dan luasnya dampak yang ditimbulkan. Digitalisasi ekonomi yang menjadi simbol
revolusi industri 4.0 secara nyata memberikan pengaruh luar biasa.
Sebelum
membahas tentang pensikapan dan pola adaptasi yang harus dilakukan oleh
koperasi di era industri 4.0, berikut disajikan beberapa cuplikan materi yang diambil dari session “economic outlook” yang dilaksanakan oleh
BI (Bank Indonesia) Kantor Perwakilan Cabang
Purwokerto pada 27 Desember 2018 yang lalu :
·
Cuplikan
materi presentasi Bapak Muhammad Arsad Dalimunte, Sekjen Kadin Banyumas:
TABEL TAHAPAN INDUSTRI
NO
|
TAHAP
|
INDIKATOR
|
1
|
Revolusi
1.0
|
Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada
tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan dengan mesin tersebut. Banyak
orang menganggur tapi produksi diyakini berlipat ganda.
|
2
|
Revolusi
2.0
|
produksi massal berdasarkan pembagian kerja
|
3
|
Revolusi
3.0
|
penggunaan elektronik dan teknologi informasi
guna otomatisasi produksi. mesin industri tidak lagi dikendalikan manusia.
Dampaknya memang biaya produksi menjadi lebih murah
|
4
|
Revolusi
4.0
|
yang ditandai dengan sistem cyber-physical. Saat ini industri mulai
menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data,
semua sudah ada di mana-mana. Istilah ini dikenal dengan nama internet of things.
|
Sumber
berita: https://www.viva.co.id/digital/digilife/1040470-4-tahap-revolusi-industri-sampai- ke-era-4-0
·
Cuplikan
materi presentasi Ibu Chaterina, Dosen Universitas Parahiyangan :
·
Cuplikan
materi presentasi Bapak Faisal Basri, Pengamat Ekonomi :
C. Adaptasi atau mati
Tragedi krisis ekonomi 1998 membuktikan bahwa Koperasi
mampu bertahan ditengah ambruknya pelaku usaha besar, khususnya yang memiliki
hutang dalam satuan mata uang USD dan atau memiliki content bahan baku impor yang juga dibayar dengan
satuan mata uang USD. Namun, satu hal
yang menjadi catatan adalah bertahannya UMKM ditengah badai 1998 bisa jadi dikarenakan oleh ketiadaan
2 (dua) faktor yang ada pada perusahaan besar yaitu hutang dalam USD dan
kandungan impor dalam proses produksinya.
Disamping itu, hutang dalam negerinya pun tidak dominan karena skala usaha
yang dijalankan tergolong mikro dan kecil sehingga tidak terjebak dengan dampak
kebijakan bank dalam negeri yang melakukan penyesuaian tingkat bunga
pinjaman. Namun demikian, terlepas dari
sempitnya skala permainan dan atau bahan baku yang nersumber dari lokal saja, eksisnya
Koperasi saat itu merupakan sebuah keadaan yang sangat di syukuri, setidaknya
ekonomi makro tidak sampai ke titik nol walau krisis keuangan telah memantik
krisis multidimensi. Namun, akankah kemampuan
bertahan semacam itu berulang di Era Revolusi Industri 4.0?.
Kali
ini, pilihan yang tersedia hanya “adaptasi atau mati” karena implikasi
revolusi industri 4.0 terus melaju dan terbukti mulai menyentuh berbagai sektor
yang semakin mengancam eksistensi bisnis konvensional. Kalau kemudian hari ini koperasi
masih eksis dengan metode serupa, perlahan dipastikan akan ter-eliminasi seiring
semakin kencangnya inovasi dalam peng-integrasian internet, mesin dan
teknologi. Oleh karena itu, kreativitas dan inovasi berbasis
teknologi wajib dilakukan, baik dalam tahapan proses produksi, pemasaran
dan juga pembayaran. “Berbeda dan unik” harus bisa
dipertahankan walau dinamika perubahan pun memaksa untuk terus memproduksi nilai-nilai “perbedaan
dan keunikan baru”. Alasannya
sederhana saja, apa yang hari ini “berbeda dan unik” begitu mudah direflikasi
lewat implementasi konsep 3M (melihat, meniru dan menambahkan) berbasis
teknologi sehingga menjadi tidak berbeda dan tidak unik lagi.
D. Beberapa Pemantik Aksi perkuatan Koperasi
di Era Revolusi Industri 4.0
Meningkatkan “daya saing” menjadi penting sebab
kompetisi di lingkar dunia bisnis
merupakan sesuatu yang pasti sejak kelahirannya. Pengembangan kreativitas dan
inovasi harus mampu memproduksi “nilai
tambah” yang terus tumbuh sehingga anggota dan konsumen (baca: non-anggota)
memiliki alasan cukup untuk tetap loyal dan tidak beralih.
Sebagai pemantik, berikut ini disampaikan beberapa stimulan gagasan aksi kaitannya dengan penguatan koperasi di era revolusi
industri 4.0, yaitu :
1. Penguatan
kapasitas kelembagaan. Penguatan organisasi dan kelembagaan
perlu dilakukan oleh koperasi. Dalam hal ini, koperasi harus konsisten
berpegang teguh pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi sehingga mewujud
menjadi kekuatan yang terus tumbuh. Dengan berpegang teguh pada nilai2 dan
prinsip2, koperasi akan menjadi kumpulan orang nan solid yang
me-refresentasikan kumpulan potensi dan sumber daya sebagai bekal untuk
bertahan, tumbuh dan kembang.
2. Penguatan
kapasitas manajemen. Kapasitas
manajemen menjadi kunci tumbuhkembang.
Untuk itu, perusahaan koperasi harus
dikelola oleh orang-orang yang memiliki kompetensi mumpuni dan
berkemampuan mengelola segala faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi eksistensi perusahaan
koperasi. Sebagaimana konsepsinya, manajemen koperasi tidak boleh terjebak pada
pola superman
cenderung menggantungkan segala sesuatunya pada satu orang (baca: superman), tetapi harus ber-basis super team yang didalamnya terbangun distribusi peran yang saling
menguatkan dan penyatuan sumber daya. Untuk itu, kehadiran profesional di
lingkar pengelolaan koperasi mutlak menjadi kebutuhan, baik dalam konteks
menumbuhkembangkan perusahaan koperasi maupun dalam memberdayakan ekonomi
anggota.
3. Modernisasi
proses dan pelibatan IPTEK. Era digital ekonomi menandaskan perlunya sinergitas antara modernisasi proses dan
pelibatan IPTEK guna menciptakan peningkatan efisiensi dan pengembangan kreasi
dan inovasi yang berujung pada peningkatan performance
dan daya saing.
4. Berjejaring. Hari ini adalah zaman kolaborasi untuk menciptakan sinergitas yang saling menguatkan. Oleh
karena itu, berjejaring merupakan alat efektif dalam menguatkan keberadaan dan
kemampuan bertahan dan berkembang dari perusahaan koperasi. Lewat berjejaring
dimungkinkan terbangunnya kemitraan berbasis sharing economy. Sejalan dengan itu, koperasi perlu
mengimplementasikan prinsip kerjasama yang diawali dengan pembangunan
komunikasi intensif. Sebagai satu
catatan penting, koperasi memiliki Dekopin (Dewan Koperasi Indonesia) yang bisa
diotimalkan sebagai penghubung antar satu koperasi dengan koperasi lainnya.
Mungkin awalnya hanya saling berbagi
informasi, namun intensitas komunikasi akan menumbuhkan saling percaya dalam mengembangkan ragam gagasan dan atau membentuk
mutual
partnership, seperti perluasan
pasar, join buying bahan baku, distribusi, join capital, pengembangan SDM, up
date teknologi dan lain sebagainya.
5. Membangun
dan menguatkan ekosistem kewirausahaan. Hakekat juang koperasi
adalah membangun orang-orang yang terhimpun di dalamnya melalui pendidikan
berkelanjutan. Dengan demikian, kapasitas anggota akan terbangun sehingga lebih cerdas dan bijak dalam
ber-ekonomi, termasuk kewirausahaan di dalamya.
Hal ini dimaksudkan
untuk mendorong laju tumbuh ekonomi
anggota melalui pendekatan aktivitas produktif. Sejalan dengan itu, ekosistem wirausaha perlu dibangun di kalangan
anggota sehingga terbangun kesadaran dan kemauan meningkatkan taraf hidupnya. Sebagai
bagian dari membangun dan menguatkan ekosistem kewirausahaan tersebut, berikut
disampaikan beberapa stimulan gagasan
:
a.
Merintis hubungan produktif. Koperasi perlu merintis pembangunan hubungan
produktif dengan anggotanya, baik dalam konteks mendukung usaha yang sedang
dijalankan anggota maupun memainkan peran sebagai “mediator” antar anggota
dalam melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi produktif. Koperasi harus segera
menumbuhkembangkan ‘nilai tambah”
yang lebih memberi peluang anggota untuk sejahtera, baik secara individu maupun
secara kolektif.
b.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan bagi anggota. Koperasi
perlu menggelar pendidikan dan pelatihan, baik dalam rangka melahirkan minat
anggota untuk berwirausaha, maupun dalam meningkatkan kualitas dan kapasitas
usaha yang sudah atau sedang ditekuni oleh anggota.
c.
Apresiasi terhadap keberanian berwirausaha. Berwirausaha
memerlukan keberanian sehingga perlu meningkatkan apresiasi
terhadap kemauan dan kesadaran
anggota dalam menekuni wirausaha. Perlu dibangun paradigma berwirausaha
merupakan sebuah kemuliaan sebab disamping membangun kemandirian dirinya dalam
hal ekonomi, juga berpeluang menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Dengan
kata lain, menjadi wirausaha perlu ditandaskan sebagai tindakan heroik
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Intinya, keberanian anggota
koperasi dalam bergagasan perlu dibangun dan pengayaan imajinasi perlu
ditingkatkan sehingga budaya kreatif dan inovasi terbentuk dan menjadi budaya
hidup keseharian anggota.
d.
Bersinergi dengan pemerintah. Sebagai regulator
dan pemberdaya, pemerintah dengan segenap infra dan supra strukturnya sangat
strategis dalam membangun dan mengembangkan ekosistem kewirausahaan. Melalui
mediasi dan fasilitasi yang edukatif & motivasional, pemerintah berpeluang mendorong
pertumbuhan wirausaha secara kuantitas maupun kualitas. Untuk itu, koperasi
harus aktif melakukan komunikasi dengan pemerintah guna menyatukan persepsi dan
melahirkan daya dukung berkelanjutan.
e.
Bersinergi dengan kampus. Kampus merupakan
gudang pengetahuan dan juga pusat pengembangan metodologi. Hal ini sangat
penting bagi akselerasi peningkatan kualitas wirausahawan, baik dalam hal tata
kelola melalui pelibatan IPTEK maupun dalam meningkatkan dan meluaskan akses.
Untuk itu, koperasi juga perlu melakukan komunikasi produktif dengan kampus.
f.
Mendorong Industri kreatif.
Industri kreatif dalam hal ini didefenisikan sebagai upaya meningkatkan nilai tambah berbasis pada pengembangan
ide, gagasan dan kreativitas. Sejalan dengan itu, koperasi dan anggota
perlu terus melakukan pencarian dan “pengayaan
cara” sehingga terbangun nilai tambah
baru dari produk yang sudah ada. Sebagai contoh, treatmen
kreatif pada komoditas gula kelapa menghasilkan
gula kristal sehingga dijual dengan harga yang lebih tinggi; melakukan packaging yang terbukti mampu
meningkatkan perform dan harga jual produk.
g.
Maintenance berkelanjutan. Ekosistem wirausaha
tidak cukup hanya dibangun, tetapi juga memerlukan maintenance sehingga ekosistem itu terus terawat dan terus meluas
serta menguat.ketika hal ini mewujud, maka koperasi sebagai institusi
pemberdaya benar-benar mewujud secara nyata dan manfaatnya bisa di rasakan oleh
anggota dan juga masyarakat.
6.
Dan lain sebagainya
E. Penghujung
Dalam kesehariannya, koperasi perlu terus berjuang untuk tetap bisa
eksis, tumbuh dan kembang. Keinginan kuat untuk itu telah menggiring alam bawah
sadar pejuang koperasi melakukan
pengembangan kreativitas dan inovasi secara terus menerus. Bagi koperasi yang
memiliki jelajah juang tinggi, serangkaian
“perubahan” dan “sengitnya kompetisi”
dimaknai sebagai gejala alamiah yang sudah ada sejak kelahirannya. Bahkan “perubahan dan kompetisi” selalu efektif
sebagai pemantik adrenaline kreatif dalam membarukan atau memperbaharui cara
dalam mengelola usahanya. Sejalan dengan itu, senada dengan berlangsungnya revolusi industri 4.0 berikut segala implikasinya,
koperasi perlu terus untuk berinovasi,
entah itu dilakukan sendirian maupun berkolaborasi lewat mutual partnership, baik dengan koperasi maupun dengan pelaku usaha
lainnya. Semoga semangat semacam ini efektif
menjadi stimulan terbentuknya penyesuaian cerdas sehingga revolusi
industri 4.0 bukan sebagai ancaman tetapi justru peluang yang meng-akselerasi
tumbuhkembang koperasi dan segenap anggotanya.
Posting Komentar
.